• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan perhitungan data tahap akhir terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan rata-rata tersebut dipengaruhi oleh perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan model Brain Based Learning berbantu media benda konkret dimana peserta didik dituntut mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan model pembelajaran Brain Based Learning efektif terhadap kemampuan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 19 Tegal pada materi kubus dan balok. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adiastuty, Rochmad, & Masrukan (2012) dimana respon positif

ditunjukkan oleh peserta didik dan guru terhadap pembelajaran Brain Based Learning, sehingga rataan hasil tes kemampuan pemecahan masalah melebihi batas KKM. Hidayah (2015) rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model Brain Based Learning dengan pendekatan saintifik berbantu alat peraga lebih tinggi daripada rata-rata kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Lestari (2014) menunjukkan bahwa secara keseluruhan motivasi belajar dan respon peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika melalui Brain Based Learning menunjukkan sikap yang positif

Model pembelajaran Brain Based Learning dapat digunakan untuk melatih kemampuan pemecahan masalah dan membangkitkan motivasi peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan Adiastuty, N., Rochmad,

& Masrukan (2012: 88) bahwa peserta didik dapat

mengasah kemampuan memecahkan masalah dengan metode BBL, sehingga kemampuan otak kanan dan kiri peserta didik dapat digunakan secara bersamaan. Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015: 61) bahwa model pembelajaran Brain Based Learning merangsang serta memotivasi peserta didik untuk belajar dengan sendirinya.

Ada beberapa kelebihan yang membuat pembelajaran efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Model pembelajaran Brain Based Learning mendorong peserta didik untuk mempertimbangkan sifat alamiah otak dalam membuat keputusan (Jensen, 2008:12). Sehingga model pembelajaran tersebut memberikan kesempatan peserta didik untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah. Tahap persiapan pada pembelajaran Brain Based Learning, peserta didik didorong untuk berpikir tentang hubungan antara masalah atau materi yang harus dipelajari dengan materi sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan teori Ausubel tentang belajar bermakna dimana suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik.

Model pembelajaran Brain Based Learning dalam proses pelaksanaannya material dan pengajaran berpusat pada peserta didik (Jensen dalam Chamidiyah, 2015: 291). Pelaksanaan model pembelajaran Brain Based Learning berbantu media benda konkret ini peserta didik menemukan sendiri informasi berkaitan dengan materi yang dipelajari berdasarkan permasalahan yang ada pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan media berbantu benda konkret. Tahap

persiapan menyajikan permasalahan nyata dengan menyajikan benda konkret dan mendorong peserta didik memecahkan permasalahan yang ada. Tahap insisasi dan akuisisi serta elaborasi memberikan peserta didik kesempatan untuk dapat memahami, menerapkan pengetahuannya, berusaha untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, sehingga mereka dapat mengasah kemampuan pemecahan masalah.

Kemudian model pembelajaran Brain Based Learning memberikan lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman (Handayani & Corebima, 2017: 155). Tahapan-tahapan pada model pembelajaran Brain Based Learning merupakan tahapan pembelajaran yang mengoptimalkan kinerja otak untuk proses belajar sehingga sehingga mempersiapkan peserta didik untuk menyimpan, memproses dan mengambil informasi (pengetahuan) baru dengan cara yang menyenangkan Handayani & Corebima, 2017: 156). Hal tersebut relevan dengan teori Piaget bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu asimilasi, akomodasi, dan equlibrasi.

Kelebihan model pembelajaran Brain Based Learning yang membuat pembelajaran efektif terhadap motivasi peserta didik. Model pembelajaran Brain Based Learning dalam proses pelaksanaannya didesain dengan

menyenangkan, bermakna untuk peserta didik (Jensen dalam Chamidiyah, 2015: 291). Hal tersebut peserta didik merasa senang untuk belajar sehingga pembelajaran bermakna dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Tahap pra pemaparan terdapat senam otak, senam otak ini dapar memacu semangat peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Tahap inkubasi dan memasukkan memori terdapat peregangan otot untuk membuat peserta didik rileks. Selain itu pada tahap perayaan terdapat penghargaan peserta didik yang aktif selama mengikuti proses pembelajaran. Tahapan-tahapan tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.

Pelaksanaan model pembelajaran Brain Based Learning dengan memecahkan permasalahan yang ada pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik karena masalah yang akan diselesaikan berkaitan dengan lingkungan sekitar. Selain itu pada pelaksanaan model pembelajaran Brain Based Learning ini berbantu media benda konkret, penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran mampu membuat peserta didik tertarik dan lebih termotivasi untuk semangat dalam belajar. Penggunaan media benda konkret ini relevan dengan teori Bruner bahwa proses internalisasi pengetahuan

yaitu tahap enaktif, suatu pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-de mereka sendiri berbantu benda konkret yang telah disediakan.

Berbeda dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran Brain Based Learning berbantu media benda konkret, peserta didik mendapatkan penjelasan dari guru melalui metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sehingga mengakibatkan peserta didik pasif, sulit dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalahs secara maksimal serta tidak membangkitkan motivasi belajar mereka. Jadi penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Brain Based Learning berbantu media benda konkret lebih efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar peserta didik.

Dokumen terkait