• Tidak ada hasil yang ditemukan

Didapatkan informasi dari deskripsi hasil penelitian bahwa kegiatan in-house training yang diadakan di SMP Kristen 1 terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Pelatihan dinilai baik dan efektif apabila pelatihan tersebut berd asarkan dan sesuai pada kebutuhan (Santoso, 2010:4). Sebab, manfaat yang didapat akan kurang jika pelatihan tersebut tidak merujuk kepada pemenuhan kebutuhan. Oleh karena itu, wawancara dan lembaran angket digunakan untuk menggali informasi langsung dari sasaran. Penggalian informasi ini dilakukan terhadap guru dan Kepala Sekolah.

Dari data yang ada maka diketahui bahwa pelatihan pembuatan media pembelajaran

93

menggunakan PowerPoint memang dibutuhkan. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah guru yang belum bisa menggunakan PowerPoint sebanyak 58%.

Selain itu, dari total keseluruhan terdapat 75% guru yang belum pernah mendapatkan pelatihan pembuatan media pembelajaran. Sehingga, dengan adanya pelatihan ini, dapat terjadi pengurangan gap atau selisih antara pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan dengan dengan ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Pelaksanaan IHT pembuatan media pembelajaran menggunakan PowerPoint mendapatkan respon yang baik dari peserta. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah peserta yang mengikuti pelatihan sebanyak 12 orang guru dari total keseluruhan 15 orang guru. Beberapa guru tidak bisa mengikuti kegiatan dikarenakan ada kegiatan yang lainnya. Keikutsertaan dalam kegiatan ini tidak dipaksakan namun berdasarkan pada kebutuhan.

Oleh karena itu, senada dengan pendapat yang mengatakan bahwa pembelajar dewasa akan belajar dan meningkatkan kemampuannya berdasarkan pada kesadaran akan kebutuhannya, bukan karena

94

paksaan orang lain. Maka, pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pendekatan andragogi yang memang diperuntukan untuk pembelajar dewasa.

Selama perencaanaan berlangsung, dirumuskan tujuan dan sasaran. Sebab, kesesuaian tujuan dan sasaran memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan IHT. Tujuan pelaksanaan pelatihan didasarkan pada analisis kebutuhan pelatihan.

Pada awalnya, yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh guru matapelajaran yang mengajar di SMP Kristen 1 Salatiga. Namun, pada saat sosisalisasi pelatihan, terdapat 2 guru yang tidak dapat mengikuti pelatihan. Salah seorang guru tidak mengikuti pelatihan karena ada kegiatan penting yang bersamaan dengan waktu pelatihan. Sedangkan, salah seorang guru yang lain tidak bersedia mengikuti pelatihan tanpa memberikan alasan. Seperti yang sebelumnya sudah disampaikan oleh Kepala Sekolah SMP Kristen 1, bahwa motivasi dan ketertarikan masih menjadi kendala dalam pelaksanaan pelatihan. Dapat dikatakan bahwa orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal

95

yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya (Santoso, 2010:31).

Mengacu pada hal-hal di atas, maka pelaksanaan program pelatihan memerlukan perencanaan yang baik. Salah satunya adalah pemilihan fasiltator atau pelatih yang akan mendampingi selama pelatihan berlangsung. Karakteristik dan gaya belajar orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Oleh karena itu, pelatih yang dipilih adalah pelatih yang sudah berpengalaman dalam memberikan pembelajaran bagi orang dewasa.

Menurut hasil observasi yang dilakukan, kegiatan IHT berlangsung dengan baik sebab pelatih mampu menjalin komunikasi yang baik serta memberikan motivasi kepada peserta pelatihan. Sehingga, peserta pelatihan mendapatkan suasana yang nyaman untuk belajar dan termotivasi untuk mengikuti pelatihan. Penciptaan iklim pelatihan yang nyaman merupakan salah satu langkah penting dari pelaksanaan pelatihan dengan pendekatan andragogi. Sebagaimana diungkapkan pada kajian teori bahwa proses belajar orang dewasa dipengaruhi pengalaman lalu dan daya pikir, maka dibutuhkan rangsangan untuk mendorong peserta lebih aktif dalam kegiatan pelatihan. Nyatanya, rangsangan

96

yang diberikan oleh pelatih mampu membuat peserta untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran serta memiliki keinginan untuk menggali informasi dengan bertanya kepada pelatih atau sesama peserta.

Kegiatan pelatihan dengan pendekatan andragogi memang didasarkan pada prinsip bahwa orang dewasa akan belajar dengan baik apabila dapat ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan secara penuh. Keterlibatan peserta dalam pengambilan keputusan menciptakan komitmen untuk ikut bertanggungjawab atas proses dan hasil pelatihan.

Peserta dilibatkan dalam menentukkan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan, teknik penugasan, serta pembuatan tata tertib demi kedisiplinan bersama. Jadwal yang sudah disiapkan ditawarkan kembali kepada peserta. Sehingga, peserta dan pelatih membuat keputusan apakah ada perubahan jadwal atau urutan proses pembelajaran. Dengan begitu, peserta akan bertanggungjawab terhadap keputusan yang turut mereka ambil.

Secara keseluruhan, kegiatan berjalan sesuai dengan action plan. Dari hasil perencanaan hingga proses pelatihan yang berlangsung dengan baik, maka kegiatan IHT dapat membawa manfaat bagi peserta dalam hal peningkatan kemampuan. Bukti

97

yang menunjukkan peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat dari nilai post-test. Soal-soal dalam post-test berisi tentang teori pengenalan dasar dan penggunaan PowerPoint sebagai media pembelajaran. Selain itu, ketrampilan peserta IHT dapat dilihat dari nilai praktik yang menghasilkan produk berupa slide presentasi pembelajaran yang berisi tentang materi untuk satu pertemuan (2 jam pelajaran).

Peningkatan pemahaman dan pengetahuan guru dalam pengelolaan Microsoft PowerPoint sebagai media pembelajaran terlihat dari hasil pre-test yang semula hanya 61% kemudian diberi tindakan pelatihan sehingga menjadi 85% pada nilai post-test. Hal ini menunjukkan bahwa secara teori para guru sudah memiliki sedikit pemahaman tentang penggunaan media berbasis teknologi informasi. Hanya saja tingkat pemahamannya belum mendalam.

Penguasaan guru secara teori dalam penggunaan PowerPoint belum mendalam. Pemahaman tersebut hanya sebatas kegunaan multimedia pembelajaran dan teori teknologi informasi, yang juga terdapat pada Microsoft Word. Dimana para guru sudah mengenal beberapa ikon

98

dan menu yang terdapat pada Microsoft Word dan dapat juga ditemukan Microsoft PowerPoint. Sehingga, pengalaman serta pemahaman atau pengetahuan awal yang dimiliki para guru yang mempengaruhi nilai pre-test. Namun, selanjutnya para guru mendapat tindakan pelatihan dimana mereka mendapat informasi baru maupun tambahan mengenai PowerPoint, sehingga informasi tersebut dapat meningkatkan nilai pada post-test.

Berdasarkan pada hasil refleksi maka dapat diketahui bahwa kegiatan IHT ini memberikan dampak positif bagi guru terutama dalam meningkatkan kemampuan dalam membuat media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan lainnya.

Pendekatan andragogi yang digunakan dalam kegiatan IHT ini memberikan dampak yang baik bagi pelatihan. Sebagaimana dikemukakan oleh beberapa guru bahwa pelatih dapat berkomunikasi baik dengan peserta. Selain itu, dari awal pelatihan hingga akhir pelatihan, peserta tidak merasa canggung untuk bertanya karena gaya komunikasi trainer yang dianggap cukup santai dan bersahabat.

99

Dengan demikian, guru-guru sebagai pelatihan mendapatkan iklim yang nyaman untuk belajar sehingga dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan baik ditambah dengan peningkatan kompetensi pedagagi dalam membuat media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Knowles (dalam Basleman dan Mappa, 2011: 126), yang menegaskan bahwa pembelajaran orang dewasa akan berhasil dengan baik jika melibatkan baik fisik maupun mental emosionalnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2014), menunjukkan hasil yang sama bahwa dengan IHT maka kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran dapat meningkat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eriston (2011), yang menunjukkan bahwa kegiatan IHT dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan guru dalam membuat PowerPoint untuk media pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil 86% guru dapat melampaui batas ketuntasan. Sama halnya, penelitian ini juga berawal dari banyaknya jumlah guru yang belum menguasai, kemudian setelah mendapat tindakan penelitian

100

hasilnya dapat menunjukkan hasil kenaikan skor yang signifikan.

Kegiatan IHT dengan pendekatan andragogi ini sangat tepat apabila dilaksanakan di sekolah-sekolah yang masih terdapat ketimpangan atau gap dalam hal kompetensi. Tentunya kegiatan IHT harus memperhatikan kebutuhan peserta, materi yang digunakan, strategi dan metode pelatihan, fasilitator yang berkompeten, perencaan program yang baik, dan tentunya fasilitas sekolah yang representatif. Sehingga, dengan adanya kegiatan IHT di sekolah, maka dapat diketahui tindak lanjut peserta setelah program pelatihan.

Dokumen terkait