• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan Hasil Pengujian data periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 untuk CR, DTA, TATO, ITO, NPM, ROE, dan PER pada industri manufaktur menunjukkan bahwa secara bersama-sama signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian secara parsial dari masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa hanya CR, NPM, dan ROE yang signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sejalan dengan teori bahwa faktor fundamental berpengaruh terhadap harga saham (J. Gruber, 2003). Bahwasannya dalam hal ini faktor fundamental yang dimaksud adalah rasio keuangan. Penelitian ini juga sejalan oleh pengujian yang dilakukan O’Connor (1973) yang menguji kekuatan relasi antara rasio-rasio keuangan dengan return saham. Hasilnya menunjukkan bahwa kekuatan variasi dari model rasio rate of

return dapat memprediksi kegunaan rasio-rasio keuangan bagi investor.

Faktor-faktor fundamental ekonomi tidak termuat dalam model penelitian ini. Faktor-faktor fundamental ekonomi tersebut seperti; tingkat suku bunga, nilai tukar, gross domestic product, inflasi, jumlah uang yang beredar, neraca perdagangan, tenaga kerja, pengangguran, angkatan kerja adalah faktor-faktor yang berlaku untuk semua emiten. Meskipun faktor-faktor fundamental ekonomi tidak dimasukkan ke dalam variabel penelitian, tetapi dalam kegiatan operasionalnya, emiten atau perusahaan tentu telah memperhitungkan semua faktor-faktor fundamental ekonomi, sehingga hasil yang diperoleh dari laporan

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

keuangan adalah proyeksi dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental ekonomi.

Jika dilihat dari hasil penelitian ini bahwa Current Ratio (CR) mempengaruhi harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor akan tertarik untuk melihat rasio likuiditas dalam menentukan keputusan membeli atau menjual saham karena rasio likuiditas menggambarkan ketersediaan uang tunai yang dimiliki emiten untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Sehingga hal ini sejalan dengan teori fundamental bahwa ketersediaan aliran dana tunai akan menjadi pertimbangan oleh investor untuk melakukan pembelian saham emiten yang bersangkutan karena memiliki prospek masa depan dan diharapkan memiliki hasil operasional yang lebih baik di masa yang akan datang (Ross,et.al, 2004).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa laba perusahaan berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham sehingga semakin besar laba, menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan aliran uang tunai semakin besar yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden (Brigham, 1986).

Bahwasannya fenomena yang terjadi di pasar modal, untuk melihat baik atau tidaknya suatu emiten investor menilai dari jumlah besar atau kecilnya deviden yang dibagikan kepada masing-masing pemegang saham. Apakah ada pertumbuhan deviden yang diberikan emiten dari pertumbuhan laba usahanya dari tahun ke tahun. Tetapi di sisi lain untuk menilai deviden tidak hanya berdasarkan

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

dari laba usaha yang dihasilkan namun ada faktor-faktor lain dalam menentukan deviden yaitu kebijakan manajemen perusahaan dan hasil Rapat Umum Pemegang Saham.

Ketersediaan laba dianggap oleh para investor dan analis saham sebagai prospek masa depan dari pada emiten, apakah bertambah baik atau tidak sehingga investor dapat menentukan keputusan investasinya apakah melakukan pembelian saham atau sebaliknya. Berdasarkan teori permintaan dan penawaran yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah pembelian saham akan mendorong peningkatan harga saham, demikian juga sebaliknya jika jumlah penawaran semakin banyak maka akan mengakibatkan turunnya harga saham. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu, menurut hasil penelitian Nur Fadjrih (1999) menujukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara profit

margin dengan harga saham. Hal ini menunjukkan para investor akan bereaksi

dengan adanya pengumuman tentang laba perusahaan sehingga reaksi tersebut akan mempengaruhi nilai saham perusahaan. Hasil ini juga didukung oleh Wiwik Utami dan Suharmadi (1998) yang menunjukkan terdapat pengaruh antara penghasilan dengan harga saham. Bahwa informasi penghasilan berpengaruh positip terhadap harga saham.

Hasil penelitian Mas’ud Machfoedz (1994) menemukan bahwa dari rasio profitabilitas ternyata hanya tiga rasio keuangan yang signifikan berhubungan dengan prediksi laba untuk periode satu tahun kedepan. Ketiga rasio tersebut adalah Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), dan Return on Equity (ROE). Jika dilihat dari hasil penelitian ini, bahwa ROE juga

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

mempengaruhi harga saham, hal ini semakin meyakinkan bahwa informasi laba sangat diperhatikan oleh investor. Informasi lain seperti pengumuman deviden, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan pendanaan tidak mempengaruhi harga saham (Sutanto,2005).

Dalam penelitian ini variabel Total Debt to Total Assets tidak signifikan terhadap harga saham. Ketidaksignifikanan variabel Total Debt to Total Assets disebabkan oleh data penelitian yang berlangsung tahun 2003 sampai tahun 2005 yang berarti periode ini adalah periode setelah melewati masa krisis ekonomi moneter yang dialami Indonesia sejak akhir tahun 1997 namun dampaknya masih dirasakan pada periode penelitian. Pengaruh krisis ekonomi moneter yang disebabkan oleh naiknya nilai tukar US Dollar terhadap rupiah sangat dirasakan bagi sejumlah emiten sehingga posisi hutang lebih besar dari pada ekuitas dalam neraca keuangan perusahaan. Oleh karena itu adalah wajar jika Total Debt to Total Assets tidak signifikan terhadap harga saham. Sehingga pendapat ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa Total Debt to Total Assets berpengaruh negatip terhadap harga saham (Miller,M.H, 1985).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian tentang hubungan leverage dengan ramalan laba yang dilakukan oleh Meily Surianti dan Nur Indriantoro (1999) yang menunjukkan bahwa Total Debt to Total Assets mempunyai hubungan yang negatip dengan harga saham. Meily Surianti dan Nur Indriantoro (1999) menemukan bahwa semakin besar rasio leverage menunjukkan tingkat pengembalian yang semakin kecil, dan berakibat menurunkan harga saham.

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

Hasil penelitian juga menunjukkan variabel Total Assets Turnover tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini disebabkan oleh pada periode penelitian pengaruh kondisi ekonomi masa lalu masih dirasakan sehingga menyebabkan perputaran assets emiten yang rendah. Karena assets yang dimiliki perusahaan tidak dapat dipergunakan secara maksimal. Hal ini sejalan dengan teori bahwa Total Assets Turnover yang rendah akan mengakibatkan Return on Total Assets (ROTA) yang rendah yang pada akhirnya mempengaruhi margin atas penjualan (Ciaran Walsh, 2003)

Dalam hasil penelitian menunjukkan variabel Inventory Turnover tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini disebabkan oleh pada periode penelitian masih dirasakan krisis ekonomi di masa lalu yaitu naiknya nilai tukar US Dollar terhadap rupiah yang menyebabkan tingginya biaya produksi sehingga harga pokok penjualan menjadi naik. Dengan naiknya harga pokok penjualan perusahaan, di satu sisi daya beli masyarakat dirasakan masih rendah menyebabkan rendahnya perputaran persediaan emiten. Hal ini sejalan dengan teori bahwa Inventory Turnover yang rendah mempengaruhi margin atas penjualan (Ciaran Walsh, 2003)

Hasil penelitian menunjukkan variabel Price Earning Ratio tidak signifikan terhadap harga saham. Oleh karena Earning per Share yang rendah pada periode penelitian, sedangkan Earning per Share memberikan informasi seberapa besar laba yang diperoleh pemegang saham atas setiap lembar saham yang dimilki (Ciaran Walsh, 2003), maka menyebabkan variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Karena PER sejalan dengan EPS,

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

sedangkan psikologis investor adalah memilih saham yang dapat memberikan

Dipo Satria Alam : Pengaruh Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas, dan Pasar) Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, 2007

USU Repository © 2009

Dokumen terkait