• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………...………….7 8

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta. Pada tabel model

summary diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,251. Ini menunjukkan

bahwa pengaruh variabel kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik sebesar 25,1%, sedangkan 74,9% dipengaruhi variabel lain selain kreativitas guru seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya.

Dari hasil penelitian, secara teoritis kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bila dibandingkan dengan variabel lainnya yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 25,1%. Oleh karena itu, kajian secara ilmiah menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kekuatan dari segi variabel bebas atau independen yaitu kreativitas

guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik yang memiliki pengaruh yang cukup besar dan signifikan terhadap variabel terikat dependen yaitu

motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.

Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dengan jumlah mean sebesar 33,30,

median sebesar 33,00, standar deviasi sebesar 3,956, range sebesar 16, serta mode

sebesar 30, skor minimum 24, skor maksimum 40, dan sum sebesar 3097, memberi

pengaruh untuk motivasi belajar siswa. Semakin guru kreatif dalam proses belajar- mengajar, maka akan semakin semangat pula motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada tabel coefficients yang menghasilkan persamaan regresi Y =

50,680 + 0,360 X yang menunjukkan hubungan yang positif antara kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Hal ini karena di dalam kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terdapat unsur rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, menambah sesuatu yang sudah ada. Salah satu tujuan dari kreativitas guru adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Pernyataan ini diperkuat dengan hasil mean dari deskripsi data per sub

variabel pada rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik dengan mean

sebesar 33,30. Dari 93 siswa, 53 orang siswa (57%) menyatakan guru selalu ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, 39 orang siswa (42%) menyatakan guru

sering ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, 1 orang siswa (1%) menyatakan guru jarang ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru selalu ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil wawancara dengan guru, yakni untuk mendukung aspek ini bila ada kesempatan seperti studi banding, seminar/sosialisasi tentang kurikulum ataupun pelatihan apapun yang mendukung profesi sebagai guru Pendidikan Agama Katolik maka guru selalu menyediakan waktu untuk ikut.

Pada sub variabel mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada dengan mean 30,06. Dari 24 orang siswa (26%)

menyatakan guru selalu mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, 59 orang siswa (63%) yang menyatakan guru sering mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, 10 orang siswa (11%) menyatakan guru jarang mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru sering mengadakan media, metode, dan model pembelajaran yang belum ada menjadi ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa mereka membandingkan dengan guru yang sebelumnya dengan yang sekarang, dimana guru yang dulu selalu monoton, ceramah dan tidak pernah menggunakan media. Hal ini bisa dimaklumi karena guru lama itu tidak bisa menggunakan alat-alat elektronik seperti yang sekarang ini.

Pada sub variabel menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi dengan mean sebesar 16,27. Dari 43 orang siswa (46%) menyatakan guru selalu menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, 43 orang siswa (46%) menyatakan guru sering menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, 7 orang siswa (8%) menyatakan guru jarang menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru tidak pernah menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, mereka mengatakan bahwa guru selalu menambah sesuatu yang sudah ada atau memodifikasi baik media, metode, maupun model pembelajaran karena apa yang mereka terima selalu baru sehingga membuat mereka semangat dan senang dan tidak membosankan. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru tergolong selalu dan sering.

Hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta perlu dipertahankan agar motivasi belajar siswa kelas XI dan XII juga meningkat sehingga pencapaian hasil belajar semakin meningkat pula.

Dalam analisis deskriptif mengenai variabel terikat yaitu motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diukur dari 5 sub variabel yaitu semangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, perhatian dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, menggerakan untuk melakukan sesuatu atau inisiatif, prestasi belajar. Dari sub variabel semangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean sebesar 17,33. Dari 93 siswa diperoleh 64 orang siswa (69%) menyatakan

sangat bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, 29 orang siswa (31%) menyatakan cukup bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa kurang bersemangat atau tidak bersemangat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa sangat bersemangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Sub variabel senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean 16,03. Dari 93 siswa diperoleh 36 orang siswa (39%) menyatakan sangat senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 59 orang siswa (60%) menyatakan cukup senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 1 orang siswa (1%) menyatakan kurang senang belajar Pendidikan Agama Katolik dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak senang belajar Pendidikan Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa sangat bersemangat dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta cukup belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan para siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mata pelajaran yang lain semuanya penting dan berguna, karena pada umumnya semua siswa cukup belajar dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

Sub variabel perhatian dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean 16,44. Dari 93 siswa diperoleh 43 orang siswa (46%) menyatakan sangat perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 47 orang siswa (51%) menyatakan cukup perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 3 orang siswa (3%) menyatakan kurang perhatian dalam mengikuti

pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak perhatian dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik tergolong cukup perhatian. Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran ini dapat memudahkan mereka untuk memahami informasi dari guru serta memudahkan untuk menyimpan informasi dalam sistem memorinya, sehingga saat dibutuhkan, ia pun dengan mudah mampu mengeluarkan gagasan atau pendapatnya.

Sub variabel menggerakan dengan mean 15,08. Dari 93 siswa diperoleh 20 orang siswa (21%) menyatakan sangat tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, 62 orang siswa (67%) menyatakan cukup tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, 11 orang siswa (12%) menyatakan kurang tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak tergerak untuk membaca, megerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa para siswa cukup tergerak hatinya untuk membaca buku-buku, tekun mengerjakan tugas Pendidikan Agama Katolik, dan lain sebagainya.

Sub variabel prestasi belajar dengan mean 14,38. Dari 93 siswa diperoleh 14 orang siswa (15%) menyatakan sangat berprestasi, 60 orang siswa (65%) menyatakan cukup berprestasi, 19 orang siswa (20%) menyatakan kurang berprestasi, dan tidak ada yang menyatakan bahwa tidak berprestasi. Maka perlu dari guru untuk meningkatkan prestasi belajar dari para siswa. Data ini memperlihatkan bahwa siswa yang berprestasi dengan yang kurang berprestasi secara akademik masih lebih banyak yang berprestasi. Dari uraian di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa para siswa kelas XI dan XII SMA Sang Timur Yogyakarta memiliki motivasi belajar yang tergolong cukup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kreativitas guru dengan motivasi belajar siswa yang dihitung dengan korelasi cukuplah besar yakni 0,051 atau 50,1%. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara kreativitas guru dan motivasi belajar. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05. Maka korelasi antara kreativitas guru dengan motivasi belajar sangatlah jelas. Dengan kata lain semakin tinggi kreativitas guru semakin tinggi pula motivasi belajar siswa.

Untuk mengetahui seberapa besar presentase pengaruh variabel kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik maka digunakan R Square. Dari tabel 27 model summary di atas diperoleh nilai

koefisien determinasi sebesar 0,251, yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (X): kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik terhadap variabel terikat (Y): motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah 25,1% (0,251 x 100%). Sedangkan 74,9% (100% - 25,1%) dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel bebas : kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik. Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa antara variabel kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dengan variabel motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik menunjukkan adanya pengaruh yang positif

dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini ditunjukkan pula dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu: Y = 50,680 + 0,360 X. Persamaan ini menunjukkan hubungan yang positif antara kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik (X) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Y). Oleh karena itu, semakin baik kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas maka motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik juga semakin baik.

Dokumen terkait