• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen tipe

Nonequivalent Control Group Design yang bersifat mengujikan suatu teori di

lapangan. Penelitian ini menguji pengaruh Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap sikap peduli lingkungan untuk siswa kelas IV di SD Negeri Selang Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Penelitian dilakukan di

kelas IVA dan IVB dengan jumlah subjek sama-sama 21 siswa. Variabel dalam

penelitian ini yaitu Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai variabel

bebas, dan sikap peduli lingkungan sebagai variabel terikat. Pada penelitian ini

terdapat kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelas

IVB diberi perlakuan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL)

sedangkan kelompok kontrol yaitu kelas IVA tidak diberikan perlakuan apapun

artinya tetap menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru

dalam mengajar yaitu ceramah.

Pemberian perlakuan pada kedua kelompok tersebut dimaksudkan

untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan terhadap sikap peduli lingkungan.

Pemberian perlakuan pada kedua kelompok dilakukan dalam empat kali

87

peduli lingkungan siswa pada kedua kelompok benar-benar merupakan akibat

dari adanya perlakuan tersebut, bukan bersifat kebetulan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data tentang sikap

peduli lingkungan yang diperoleh melalui pre-angket dan post-angket pada

masing-masing kelompok. Pre-angket dan post-angket dilakukan dengan cara

menyebarkan angket kepada siswa. Hasil dari pekerjaan angket tersebut

selanjutnya dianalisis menggunakan pedoman dan rumus statistik tertentu. Data

dihitung menggunakan rumus mean dan uji statistik berupa penghitungan

standar deviasi.

Pre-angket pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 dan diperoleh skor tertinggi sebesar 142, skor terendah sebesar 122,

serta rata-rata skor sebesar 133,57. Pre-angket pada kelompok kontrol

dilaksanakan pada tanggal 1 April 2015 dan diperoleh skor tertinggi sebesar

143, skor terendah sebesar 126, dan rata-rata skor sebesar 134. Berdasarkan

hasil tersebut, dapat diketahui bahwa sikap peduli lingkungan siswa pada

kedua kelompok terdapat perbedaan rata-rata skor sebesar 0,43.

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian treatment. Kelompok

eksperimen diberikan treatment menggunakan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan kelompok kontrol tidak diberikan treatment apapun

artinya tetap menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru

dalam mengajar yaitu ceramah. Treatment dilakukan masing masing pada hari

Kamis, 2 April 2015, 9 April 2015, 16 April 2015, dan 23 April 2015 pada

88

pertemuan kesatu sampai pertemuan keempat. Observasi dilakukan untuk

mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru telah

sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Setelah diberikan treatment, kedua kelompok diberikan (post-angket)

untuk mengetahui kondisi akhir dari sikap peduli lingkungan yang berkembang

dalam masing-masing kelompok. Data hasil post-angket pada kelompok

eksperimen yaitu diperoleh skor tertinggi sebesar 148, skor terendah sebesar

133, serta rata-rata skor sebesar 140,52. Data hasil post-angket pada kelompok

kontrol yaitu diperoleh skor tertinggi sebesar 144, skor terendah sebesar 126,

serta rata-rata skor sebesar 135,04. Hasil post-angket pada kedua kelompok

tersebut menunjukan sikap peduli lingkungan siswa semakin lebih baik

dibanding dengan kondisi awal (pre-angket) sebelum dikenai treatment.

Perolehan skor rata-rata kelompok eksperimen mempunyai selisih sebanyak

6,95 poin dari kondisi awal, sedangkan perolehan skor rata-rata kelompok

kontrol mempunyai selisih sebanyak 1,04 poin dari kondisi awal.

Kelompok eksperimen memperoleh skor rata-rata 140,52 lebih tinggi

dibanding dengan kelompok kontrol yang mendapatkan skor rata-rata 135,04.

Perolehan nilai rata-rata tersebut menunjukan bahwa sikap peduli lingkungan

dikelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Perolehan hasil

akhir tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar dalam

perolehan rerata skor. Terdapat perbedaan skor diantara kedua kelompok

89

Berdasarkan hasil post-angket, penggunaan Contextual Teaching and

Learning (CTL) cocok diterapkan untuk mengembangkan sikap peduli

lingkungan siswa. Penggunaan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang

diterapkan dengan baik dalam pembelajaran menjadikan aktivitas siswa lebih

bermakna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nanang Hanafiah (2009 : 67)

yang menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) yang

umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses

pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam

memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan

konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama,

sosial, ekonomi maupun kultural. Siswa dapat memiliki pengetahuan atau

keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu

permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lainnya.

Jadi, Contextual Teaching and Learning (CTL ) mempunyai pengaruh

dalam mengembangkan sikap peduli lingkungan siswa. Siswa secara aktif

menemukan materi dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata

sehingga terbentuk siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

peduli terhadap masalah lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Syaiful Sagala (2005 : 88) yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

90

Hasil rerata skor sikap peduli lingkungan antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol menunjukan bahwa rata-rata sikap peduli lingkungan

di kelompok eksperimen mempunyai selisih sebesar 6,95 poin, sedangkan di

kelompok kontrol mempunyai selisih sebesar 1,04 poin.

Melalui proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),

siswa tidak hanya menghafal namun siswa dapat memperluas pengetahuan,

pengalaman dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Sanjaya (2005:114) yang mengungkapkan salah satu

hal yang harus dipahami tentang dalam konteks Contextual Teaching and

Learning (CTL) bahwa belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses

mengonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.

Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak

pula pengetahuan yang mereka peroleh.

Contextual Teaching and Learning (CTL) cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn karena menanamkan nilai-nilai moral melalui serangkaian

praktek dan pengamatan langsung di lapangan, bukan sekedar visualisasi

poster semata. Melalui pengamatan secara langsung terhadap suatu objek

lingkungan, siswa dapat menemukan sendiri permasalahan mengenai

lingkungan dan bisa berdiskusi bersama mengenai solusi yang perlu diberikan.

Siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan secara langsung

sehingga mendorong aksi-aksi dalam diri yang diwujudkan dalam kesediaan

diri meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan. Siswa dapat memaknai

91

dapat berlatih dan mengaplikasikan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari

mereka.

Secara keseluruhan, ceramah yang berjalan pada saat pembelajaran di

kelompok kontrol berjalan dengan baik. Namun, sering dijumpai didalamnya

terdapat pembahasan materi yang meluas sehingga porsi yang harus dipelajari

menjadi terlalu banyak dan sulit untuk diukur sejauh mana tingkat pemahaman

siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Wina Sanjaya (2006:148) yang

mengungkapkan salah satu kelemahan dari ceramah yaitu sangat sulit untuk

mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau

belum. Selain itu juga proses pembelajaran bila terlalu lama menjadi

membosankan, kegiatan seperti itu menimbulkan siswa tidak dapat

berpartisipasi secara total. Hal tersebut sesuai pendapat Syaiful Bahri Djamarah

dan Aswan Zain (2006: 97) yang mengungkapkan salah satu kelemahan dari

ceramah ialah menyebabkan siswa menjadi pasif. Proses ceramah demikian

menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap kurang efektifnya proses

pembelajaran.

Dokumen terkait