• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian quasi eksperimen mengenai perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar model pembelajaran Teams Games Tournament di kelas XI IPA SMA Negeri 15 Medan ditinjau dari penilaian tes kemampuan siswa yang menghasilkan skor rata-rata hitung yang berbeda-beda. Dan dengan berdasarkan temuan – temuan analisis sebelumnya, hipotesis dijelakan sebagai berikut :

1) Temuan hipotesis pertama memberikan kesimpulan bahwa:

Model pembelajaran Teams Games Tournament telah dikemukakan oleh Aris Shoimin bahwa model pembelajaran ini cocok untuk pelajaran matematika karena salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan, dan melibatkan peran siswa sebagai turor sebaya dan mengandung unsur permainan. Sehingga siswa tertarik dan semangat belajar matematika, bahkan siswa antusias dalam waktu proses pembelajaran di mulai.

Pemilihan model pembelajaran kedua yaitu model pembelajaran Creative Problem Solving. Menurut Zahara Creative Problem Solving

175

adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa secara aktif berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan di soal, sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan maksimal, dikarenakan seluruh peserta didik ikut berpartisipasi dalam menyampaikan ide/gagasan yang diperlukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Pada bagian deskripsi diketahui bahwa 4 butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan 4 butir tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang telah diberikan kepada 64 siswa pada kelas eksperimen I, maka diperoleh nilai siswa yang terbanyak adalah pada kelas eksperimen I dengan interval 92,5 ─ 97,5 adalah 13 siswa atau sejumlah 20,3125 %.

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament memiliki nilai yang baik dan memiliki pengaruh sebelum dilakukan perlakuan. Seperti pada penelitian Ahmad Munif Nugroho (2013) juga telah melakukan penelitian yang menunjukkan adanya keefektifan yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem

176

Solving pada materi turunan di SMA Negeri 15 Medan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil , yaitu = 5,446 > 3,996. Maka diterima. Begitu juga dengan nilai rata – rata siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji Tukey, hasil perhitungan yang diperoleh pada uji Tukey di lampiran 27 diperoleh ( dan ) . = 4.630 > .= 4.481. Dari hasil pembuktian uji Tukey ini dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dapat diterima secara signifikan.

Sama halnya dengan yang telah disampaikan pada kerangka pikir kedua model memiliki kelebihan masing - masing tetap saja peranan Teams Games Tournament memberikan suasana belajar yang lebih baik dibanding dengan Creative Problem Solving, hal ini mungkin berpengaruh bagi kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2) Temuan hipotesis kedua memberikan kesimpulan bahwa:

Pada hakikatnya kemampuan pemecahan masalah adalah usaha siswa untuk dapat menemukan jawaban atau penyelesaian atas suatu persoalan dengan terlebih dahulu mengetahui gambaran dan karakteristik masalah yang dihadapi pada bidang matematika. Dengan diajarkan

177

menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dapat diasumsikan siswa akan semangat dan termotivasi untuk selalu aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan belajar sehingga mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, karena siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa akan mendapatkan jawaban yang bervariasi dari teman-teman yang lain dalam kelompoknya. Sehingga pada akhirnya akan memacu siswa untuk memunculkan ide-ide yang baru dalam menyelesaikan masalah matematika.

Sedangkan dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving siswa dapat melakukan pembelajaran kelompok juga namun dengan tipe model belajar bersifat penemuan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan melakukan diskusi dengan teman semejanya. Guru memberikan permasalahan yang akan dipecahkan siswa dan meminta siswa untuk memberikan pemecahan masalah sementara dari permasalahan yang diberikan. Dimungkinkan siswa akan terdorong namun siswa akan lebih sulit jika tidak fokus dengan baik.

Pada bagian deskripsi diketahui bahwa 4 butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang telah diberikan kepada 64 siswa pada kelas eksperimen I, maka diperoleh nilai siswa yang terbanyak adalah pada kelas eksperimen I dengan interval 83,5 ─ 90,5 adalah 21 siswa atau sejumlah 32,8125 %.

178

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament memiliki nilai yang baik dan memiliki pengaruh sebelum dilakukan perlakuan. Model pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving pada materi turunan di SMA Negeri 15 Medan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil

, yaitu = 5,446 > 3,996. Maka diterima. Begitu juga dengan nilai rata – rata siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji Tukey, berdasarkan uji Tukey yang dilakukan pada lampiran 27, diperoleh ( dan ) = 5.030 > = 4.481. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving pada materi Turunan diterima secara signifikan.

Dengan demikian kemampuan koneksi matematis yang diajarkan dengan model pembelajaran Teams Games Tournament memiliki katagori penilaian yang baik karena siswa mampu memperoleh nilai yang terkategori baik dan sangat baik dengan jumlah yang tinggi. Pada kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dengan Teams

179

Games Tournament dapat dilihat bahwa nilai beragam karena dengan varian 68,83 yang lebih besar dari nilai maksimum yakni 95.

Sama halnya dengan yang telah disampaikan pada kerangka pikir kedua model memiliki kelebihan masing - masing tetap saja peranan Teams Games Tournament memberikan suasana belajar yang lebih baik dibanding dengan Creative Problem Solving, hal ini mungkin berpengaruh bagi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3) Temuan hipotesis ketiga memberikan kesimpulan bahwa:

Pada hakikatnya kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan siswa dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah yang tepat, dan jawaban harus bervariasi pada bidang matematika.

Pada bagian deskripsi diketahui bahwa 4 butir soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang telah diberikan kepada 64 siswa pada kelas eksperimen II, maka diperoleh nilai siswa yang terbanyak adalah pada kelas eksperimen II dengan interval 62,5 ─ 69,5 dan 76,5 ─ 83,5 adalah 14 siswa atau sejumlah 21,875 %.

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament memiliki nilai yang baik dan memiliki pengaruh sebelum dilakukan perlakuan. Model pembelajaran Teams Games Tournament tidak lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving pada materi turunan di

180

SMA Negeri 15 Medan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil

, yaitu = 1,232 < 3,996. Maka ditolak. Begitu juga dengan nilai rata – rata siswa pada kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji Tukey, Berdasarkan uji Tukey yang dilakukan pada lampiran 27, diperoleh ( dan ) = 2.840 < = 2,89. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: secara keseluruhan hasil kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament tidak lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving materi Turunan tidak dapat diterima secara signifikan.

Meskipun hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan diantara kedua model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, namun skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diajar dengan model pembelajaran Teams Games Tournament menunjukkan skor yang lebih tinggi daripada skor siswa yang diajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving.

4) Temuan hipotesis keempat memberikan kesimpulan bahwa:

Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi turunan di kelas XI IPA SMA Negeri 15 Medan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil

181

ditolak. Maka berdasarkan pengujian hipotesis keempat bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran Teams Games Tournament dengan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Hal ini terbukti berdasarkan pada perhitungan Uji Tuckey diatas yang mana penelitian ini menunjukkan model pembelajaran Teams Games Tournament dan model pembelajaran Creative Problem Solving memberi pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Sehingga hipotesis yang diajukan ditolak ( ditolak).

Dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis tidak lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament maupun Creative Problem Solving tidak dapat diterima secara signifikan.

Dokumen terkait