BAB IV HASIL PENELITIAN
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di MTs Riyadhus Sholihin Sunggal ini menggunakan dua kelas eksperimen dimana setiap kelas eksperimen berasal dari 10 orang setiap kelas yang terdapat pada sekolah tersebut. Kelas eksperimen I yang akan diajar menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education dan kelas eksperimen II yang akan diajar dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education dan Contextual Teaching and Learning, sehingga pada akhirnya akan diketahui model pembelajaran mana yang lebih baik untuk kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa ditinjau dari rata-rata kedua kemampuan tersebut.
Temuan hipotesis pertama: Menyimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Kemampuan pemahaman konsep sebenarnya dapat dibedakan mmenjadi tiga kategori, yaitu tingka terendah adalah pemahama dalam menerjemahkan, kedua adalah pemahaman dalam menafsirkan, dan yang ketiga adalah pemahaman dalam mengekstrapolasi. Dalam kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat mengartikan, menjelaskan, serta menerapkan setiap konsep matematika ke dalam bentuk representasi matematis. Penggunaan model pembelajaran Realistic Mathematics Education dalam proses pembelajaran
akan menekankan tentang pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk memahami masalah konstektual yang dihadapi sehingga akhirnya siswa mampu menjelaskan dan menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Dan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam konteks kehidupan nyata untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepasa siswa agar mampu menciptakan kerja sama secara akti, kreati dan menyenangkan. Setelah melakukan tes kemampuan pemahaman konsep diperoleh rata-rata nilaii di kelas eksperimen I sebesar 74,667 dengan nilai minimum yakni 47 dan nilai maksimum 93. Pada kelas eksperimen I sebanyak 24 dari 30 orang yang mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 24 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Sementara untuk kelas eksperimen II memperoleh nilai rata-rata sebesar 61,067 dengan nilai minimum 42 dan nilai maksimum 88. Dan pada kelas eksperimen II hanya sebanyak 12 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 12 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai yang tertinggi diperoleh oleh kelas eksperimen I dengan model pembelajaran Realistic Mathematiics Education dengan nilai rata-rata sebesar 74,667 dan sebanyak 24 dari 30 orang siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau melebihi nilai KKM.
Temuan hipotesis kedua: Menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa
101
yang diajar menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Kemampuan berpikir kreatif merujuk pada kemampuan mental siswa agar dapat melahirkan dan mencetuskan suatu ide atau gagasan baru yang berbeda dan unik dari sudut pandang pribadi siswa masing-masing. Penggunaan model pembelajaran Realistic Mathematics Education dalam proses pembelajaran akan menekankan tentang pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk memahami masalah konstektual yang dihadapi sehingga akhirnya siswa mampu menjelaskan dan menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Dan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam konteks kehidupan nyata untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepasa siswa agar mampu menciptakan kerja sama secara aktif, kreati dan menyenangkan. Setelah melakukan tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh rata-rata nilaii di kelas eksperimen I sebesar 70,733 dengan nilai minimum yakni 44 dan nilai maksimum 90. Pada kelas eksperimen I sebanyak 23 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 23 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Sementara untuk kelas eksperimen II memperoleh nilai rata-rata sebesar 62,567 dengan nilai minimum 41 dan nilai maksimum 80. Dan pada kelas eksperimen II hanya sebanyak 13 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 13 dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai yang tertinggi diperoleh oleh kelas eksperimen I dengan model pembelajaran Realistic Mathematiics Education dengan nilai
rata-rata sebesar 70,733 dan sebanyak 24 dari 30 orang siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau melebihi nilai KKM.
Temuan hipotesis ketiga : Menyimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematis dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics Education lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa yang diajar menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Kemampuan pemahaman konsep sebenarnya dapat dibedakan mmenjadi tiga kategori, yaitu tingka terendah adalah pemahaman dalam menerjemahkan, kedua adalah pemahaman dalam menafsirkan, dan yang ketiga adalah pemahaman dalam mengekstrapolasi. Dalam kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat mengartikan, menjelaskan, serta menerapkan setiap konsep matematika ke dalam bentuk representasi matematis. Kemampuan berpikir kreatif merujuk pada kemampuan mental siswa agar dapat melahirkan dan mencetuskan suatu ide atau gagasan baru yang berbeda dan unik dari sudut pandang pribadi siswa masing-masing. Penggunaan model pembelajaran Realistic Mathematics Education dalam proses pembelajaran akan menekankan tentang pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika siswa. Dalam model ini siswa diajak untuk memahami masalah konstektual yang dihadapi sehingga akhirnya siswa mampu menjelaskan dan menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Dan penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam konteks kehidupan nyata untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepasa siswa agar mampu menciptakan kerja sama secara akti, kreati dan menyenangkan. Setelah melakukan
103
tes kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kreatif diperoleh rata-rata nilaii di kelas eksperimen I dan II dengan model RME sebesar 72,700 dengan nilai minimum yakni 44 dan nilai maksimum 93. Pada kelas eksperimen I dan II dengan model RME sebanyak 47 dari 60 orang siswa mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 47 dari 60 orang siswa yang mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Sementara untuk kelas eksperimen I dan II dengan model CTL memperoleh nilai rata-rata sebesar 61,817 dengan nilai minimum 41 dan nilai maksimum 88. Dan pada kelas eksperimen I dan II dengan model CTL hanya sebanyak 24 dari 60 orang siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 atau sebanyak 24 dari 60 orang siswa mendapatkan nilai sama dengan dan lebih dari nilai KKM yang telah ditetapkan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai yang tertinggi diperoleh kelas yang diajar dengan model pembelajaran Realistic Mathematiics Education dengan nilai rata-rata sebesar 72,700 dan sebanyak 47 dari 60 orang siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau melebihi nilai KKM.
Temuan hipotesis keempat : Menyimpulkan bahwa tidak terdapat
interaksi yang signifikan antara model pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa pata materi keliling dan luas lingkaran. Dengan adanya temuan ini maka tidak terdapat interaksi yang signifikan, yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan positif antara model pembelajaran terhadap hasil kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis dan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model pembelajaran Realistic Mathematics Education berbeda secara signifikan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas VIII MTs Riyadhus Sholihin T.P 2020/2021.