• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Perencanaan Pengajaran

Berdasarkan data-data di atas, diperoleh gambaran berkaitan dengan perencanaan pengajaran sebagai berikut :

a. Fungsi perencanaan pengajaran

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pandangan yang positif mengenai perencanaan pengajaran, hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan item no.1, bahwa sebagian besar responden menyatakan selalu membuat perencanaan pengajaran setiap akan mengajar di kelas (83,87%). Dari jawaban responden tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengajaran sangat penting bahkan utama sehingga kegiatan belajar mengajar membutuhkan perencanaan yang matang. Hal itu diperkuat dengan pernyataan pada Tabel.1 yang mengungkapkan fungsi dari perencanaan pengajaran itu sendiri. Melalui pernyataan item no 2

terungkap bahwa perencanaan pengajaran yang ditulis secara rapi dan sistematis dapat membantu mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) dalam menghindari kebingungan saat kurang konsentrasi dalam mengajar .

Sebagai seorang guru praktikan pada jenjang pendidikan menengah mahasiswa memang dituntut untuk siap dalam berbagai tugas dan tanggungjawab yang berhubungan dengan sekolah, termasuk membantu dalam persiapan akreditasi sekolah sejauh diperlukan. Dengan membuat perencanaan pengajaran responden merasa dapat membantu memudahkan proses akreditasi sekolah, sebagaimana tercantum dalam pernyataan item no 3 (41,93%). Selain berguna untuk proses akreditasi perencanaan pengajaran juga mempunyai andil dalam melatih tanggungjawab mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) untuk menjadi seorang guru yang sesungguhnya. Melalui perencanaan pengajaran pula responden merasa menjadi terbiasa untuk selalu mengatur dan mengolah isi pembelajaran (70,97%) mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup kegiatan belajar mengajar.

Kenyataan tersebut terbukti dari pernyataan item no. 5 yang menunjukkan bahwa dalam mempersiapkan kegiatan belajar mengajar mahasiswa menjadi terbiasa mempersiapkan bahan pembelajaran berikut media pengajaran yang diperlukan, sehingga kemampuan mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai guru praktikan dapat berkembang dan pada kenyataannya seringkali mahasiswa Program

Pengalaman Lapangan (PPL) dapat memadukan teknik-teknik pengajaran guna memotivasi belajar peserta didik (45,16%) agar dapat memahami materi pelajaran dengan mudah. Walaupun sebanyak 5 responden (16,12 %) menyatakan perencanaan pengajaran yang mereka buat hanya kadang-kadang saja dinilai secara langsung oleh kepala sekolah, namun tidak menyurutkan semangat mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) untuk menyiapkan perencanaan pengajaran secara maksimal. Mereka menyadari bahwa tugas seorang kepala sekolah tidak hanya memeriksa perencanaan pengajaran yang dibuat oleh para guru, sehingga tugas tersebut dipercayakan oleh guru pamong. Justru para guru Program Pengalaman Lapangan (PPL) biasanya merasa lebih nyaman jika perencanaan pengajaran diperiksa oleh guru pamong sekaligus sebagai sarana untuk berkonsultasi dan belajar secara intensif mengenai hal ikhwal mengajar.

b. Manfaat Perencanaan pengajaran

Berdasarkan Tabel no 2 dijelaskan manfaat perencanaan pengajaran yang diuraikan berdasarkan hasil dari penelitian. Perencanaan pengajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Bagi guru perencanaan pengajaran memiliki manfaat yang luar biasa, diantaranya adalah membentuk pribadi yang disiplin serta tertib administrasi (54,83%). Disiplin bisa diartikan dengan tepat waktu serta pelaksanaan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya. Kedisiplinan terbentuk melalui kebiasaan. Jika dalam proses Program Pengalaman Lapangan (PPL), mahasiswa sudah disiplin maka dapat dipastikan pada saat menjadi guru nantinya juga

demikian. Kedisiplinan dapat dibiasakan dengan tidak menunda-nunda pekerjaan, mulai dari membuat program tahunan, program semester hingga rencana pelaksanaan pengajaran. Apabila perencanaan pengajaran sudah disiapkan secara maksimal maka responden akan selalu tampil percaya diri saat mengajar di kelas (51,61%).

Responden umumnya merasa bahwa perencanaan pengajaran yang mereka buat seringkali dapat memonitor kemampuan siswa (45,16%). Berdasarkan langkah-langkah yang telah dijabarkan oleh responden dalam rencana pelaksanaan pengajaran maka dapat terlihat apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum. Jika pembelajaran belum tercapai dapat dijadikan evaluasi oleh guru Program Pengalaman Lapangan (PPL), maka pada pertemuan berikutnya dapat disesuaikan metode dan sarana mengajar yang lain guna menunjang pemahaman siswa akan materi, sehingga perencanaan pengajaran menjadikan mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat memiliki kerangka pola pengajaran yang pasti dan sistematis (48,38%).

Latar belakang peserta didik satu dan yang lainnya tidaklah sama, hal itu juga mempengaruhi tingkah laku mereka di dalam kelas. Satu guru mengajar puluhan siswa yang semuanya membutuhkan perhatian yang sama sehingga seringkali guru merasa kewalahan, hal ini juga sering dirasakan oleh mahasiswa Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) sebagai guru Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK). Berdasarkan pernyataan item no 12, perencanaan

pengajaran dapat memudahkan responden dalam mengkoordinasi siswa di kelas (48,38%), maka perencanaan pengajaran perlu disesuaikan dengan kondisi kelas dan peserta didik.

Pada rancangan pelaksanaan pengajaran, penjabaran langkah-langkah telah disesuaikan dengan indikator pencapaian hasil belajar, sehingga secara sistematis telah diurutkan kegiatan guru dan siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Berdasarkan pernyataan item no 13, perencanaan pengajaran yang baik menjadikan responden dapat memfokuskan diri pada kegiatan pembelajaran (51,61%), tanpa kecemasan akan materi yang belum dikuasai. Sebagai guru Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah, mahasiswa diwajibkan membuat rencana pelaksanaan pengajaran jauh hari sebelum praktik mengajar, karena perencanaan tersebut terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari dosen pembimbing praktikan. Pada pernyataan item no.14, responden menyatakan bahwa kadang-kadang perencanaan pengajaran dapat digunakan oleh guru lain yang menggantikan (22,80%), jika mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) berhalangan hadir. Hal ini dipengaruhi oleh tanggungjawab mahasiswa yang diwajibkan datang setiap hari mulai pk. 07.00 hingga selesai, selama kurang lebih setengah semester. Umumnya para mahasiswa enggan melewatkan kesempatan mengajar yang sedikit itu, agar mendapat lebih bayak pengalaman berinteraksi dengan peserta didik di kelas. Sebagian besar responden yaitu mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) tertib dalam hal masuk kelas untuk mengajar peserta didik sesuai dengan kelas yang telah ditentukan oleh guru pamong.

Dari berbagai pernyataan diatas responden merasakan manfaat dari perencanaan pengajaran seperti dikatakan dalam pernyataan item no.15. Dan terbukti dari jawaban responden yang mengatakan seringkali bahkan selalu perencanaan pengajaran dapat dipakai untuk mengontrol keseluruhan kegiatan pengajaran (48,38%).

2. Pelaksanaan Mengajar Pendidikan Agama Katolik

Setelah rangkaian persiapan mengajar dibuat, maka tibalah saatnya pelaksanaan mengajar. berikut akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan mengajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) berdasarkan hasil penelitian yang meliputi :

a. Prinsip Mengajar

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3, dipaparkan mengenai prinsip mengajar yang dijabarkan dalam pembahasan berikut. Dalam mengajar diperlukan perencanaan yang matang, dan setelah perencanaan tersebut dibuat, tibalah saatnya pelaksanaan dari rangkaian perencanaan yang telah disiapkan. Dalam hal ini Mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah diharapkan dapat membangkitkan perhatian peserta didik akan materi. Berkaitan dengan perencanaan yang telah mereka siapkan, responden merasa bahwa seringkali mereka dapat membangkitkan perhatian peserta didik akan materi pelajaran yang diberikan (58,06%). Responden juga merasa seringkali mampu membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir, mencari kemudian menemukan sendiri pengetahuan (70,96%) dengan memberikan

stimulus. Misalnya saja untuk memahami makna dari bacaan Kitab Suci, peserta didik diminta membaca perikop Kitab Suci yang disiapkan dengan panduan pertanyaan untuk diskusi.

Sebuah perencanaan pengajaran sudah pasti merupakan suatu rangkaian yang sistematis yang mencakup bagian pembukaan, isi dan penutup kegiatan belajar mengajar di kelas. Sesuai dengan pernyataan item no.18, sebagian (48,38 %) responden menyatakan selalu menyampaikannya secara runtut, materi pembelajaran, mulai dari pembukaan yang terdiri dari doa dan salam, isi yang meliputi materi dan langkah-langkah pembelajaran, hingga penutup dengan doa dan penugasan ataupun evaluasi singkat.

Mempelajari Pendidikan Agama Katolik (PAK) tidaklah dapat dipisahkan dengan pengalaman pribadi sebagai manusia ciptaan Allah, karena Pendidikan Agama Katolik (PAK) berkaitan erat dengan proses dan kelangsungan hidup manusia, dengan kemurahan hati Allah yang memelihara dan memberi kehidupan. Maka pengetahuan dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) harus dapat diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari. Berkaitan dengan ini, dan sesuai pernyataan item no.19 bahwa responden (67,74%) menyatakan, selalu menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman konkrit peserta didik, di mana kedudukan Allah sebagai penyelenggara kehidupan yang harus di junjung tinggi dan dihormati.

Perbedaan tingkat pemahaman antara satu peserta didik dan yang lainnya terkadang mengharuskan mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai guru, untuk lebih sabar dan telaten dalam mengelola kelas,

bahkan mengulangi penjelasan materi jika peserta didik tidak langsung dapat mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Pada pernyataan item no.20 jelas terlihat dari jawaban responden, bahwa sebagian besar menyatakan seringkali (45,16%) menjelaskan materi secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik jelas.

b. Keterampilan mengajar

Berdasarkan Tabel 4 diuraikan bahwa mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah, sebagai praktikan yang nantinya akan menjadi guru sesungguhnya, memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam suatu sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya, sehingga diperlukan kemampuan dan keterampilan khusus dalam mengajar. Salah satu nya adalah memahami dan menguasai materi Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang akan diajarkan kepada peserta didik, seperti terdapat pada pernyataan item no.21. Untuk item no 21, sebagian besar responden menyatakan seringkali (58,06%) dapat menjawab pertanyaan peserta didik seputar materi yang diajarkan. Dari jawaban responden tersebut, terjadi indikasi bahwa ada responden yang terkadang tidak dapat menjawab pertanyaan dari peserta didik seputar materi yang disampaikan(6,45%). Hal itu dipengaruhi oleh kesiapan peserta didik untuk tampil di depan kelas, atau bahkan kurangnya wawasan responden akan materi yang disampaikan. Maka untuk menghindari hal tersebut diharapkan mahasiswa agar lebih rajin membaca buku-buku pengetahuan dan menggunakan berbagai sumber buku untuk memperkaya pengetahuan.

Untuk mengukur daya ingat peserta didik akan materi yang disampaikan minggu sebelumnya, dan juga melihat kesiapan peserta didik untuk mengikuti PAK dapat digunakan tanya jawab, biasanya peserta didik akan antusias apabila diberikan poin sebagai penambahan nilai. Melalui Tanya jawab ini pula dapat dinilai minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran Agama Katolik yang disampaikan oleh mahasiswa PPL. Dalam hal ini sebanyak 12 responden (38,7%)menyatakan selalu mengadakan tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari sebelum memulai pelajaran. Keterampilan mengajar yang dibutuhkan seorang guru sebagai pendidik haruslah dapat berguna bagi pengembangan pribadi dan juga pengetahuan peserta didik, di mana peserta didik diajak untuk memahami materi melalui berbagai variasi sarana mengajar yang menarik guna mempermudah pemahaman mereka akan materi yang diberikan. Responden sendiri mengaku selalu menggunakan sarana mengajar yang variatif untuk mempermudah pemahaman peserta didik akan materi yang disampaikan (54,83%). Variasi sarana tersebut dapat berupa cerita, gambar, film dan lain-lain yang sesuai dengan materi dan juga kebutuhan peserta didik.

Untuk mengukur kemampuan peserta didik diperlukan evaluasi. Evaluasi dapat berupa ulangan harian setiap dua atau tiga menggu sekali, atau bisa juga menggunakan kuis secara spontan setiap akhir pembelajaran, kemudian memberikan poin penilaian kepada peserta didik untuk setiap pertanyaan yang dapat dijawab. Dalam hal ini, sesuai pernyataan item no.24, sebagian besar responden mengatakan selalu mengadakan ulangan atau kuis secara

berkala sebagai penilaian hasil belajar (48,38%.). Namun responden juga ada yang kadang-kadang saja mengadakan ulangan, disebabkan waktu yang diberikan guru pamong kepada responden kurang mencukupi, sehingga hanya digunakan untuk mengajar atau menyampaikan materi, sedangkan untuk ulangan harian biasanya dilaksanakan oleh guru pamong sendiri, yang juga menjadi sarana bagi guru pamong untuk menilai ketersampaian materi yang diberikan oleh mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Kenyataan di lapangan terkadang tidak sesuai dengan harapan mahasiswa PPL, walau begitu responden berusaha untuk selalu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan pengajaran yang mereka siapkan (54,83%). Walaupun ada juga responden yang mengaku terkadang sesuai tetapi juga kadang-kadang tidak (12,90%), yang biasanya disebabkan oleh perubahan alokasi mengajar, atau bahkan kondisi kelas yang tidak memunkinkan untuk dilaksanakan pengajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat.

c. Spiritualitas guru Pendidikan Agama Katolik (PAK)

Mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) sudah sepantasnya memiliki pengetahuan dan juga spiritualitas sebagai guru Agama Katolik. Di mana sebagai seorang guru Agama perlu dibangun relasi yang mendalam akan Allah yang Maha segalanya. Pada penelitian ini terungkap bahwa sebagian besar responden selalu mendalami hidup dalam Yesus Kristus, sehingga dapat membina peserta didik dari hidup dan karya pribadi

Yesus Kristus (54,83%). Responden memang tidak selalu tetapi seringkali berusaha untuk semakin mencintai Kitab Suci dengan merenungkannya, sehingga mampu memberi teladan kepada peserta didik (58,06%). Sikap mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang senantiasa meneladan Yesus Kristus tersebut membentuk kepribadian mereka yang memiliki kasih akan sesama dan juga kepada profesi yang digelutinya. Hal tersebut mendorong responden untuk seringkali berusaha menyelami kebutuhan peserta didik dan berusaha untuk menjadi “perpanjangan tangan Tuhan” di dunia khususnya bagi anak-anak didik mereka (51,61%).

Responden juga selalu masuk kelas tepat waktu agar dapat menggunakan jam mengajar secara efektif dan efisien (77,42%). Kedisiplinan para mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) membuktikan bahwa para responden menghidupi spiritualitas sebagai pendidik Agama Katolik yang berkompeten dan dapat dijadikan teladan. sehingga peserta didik pun dengan sendirinya mengikuti teladan tersebut. Pendidikan Agama Katolik diharapkan memiliki dampak yang meluas dan dapat di integrasikan dalam hidup sehari-hari. Dalam hal ini responden selalu mengajak peserta didik untuk mengaplikasikan nilai kebaikan dari Pendidikan Agama Katolik (PAK) ke dalam kehidupan sehari-hari (61,29%). Misalnya saja jika dalam pelajaran Agama mempelajari mengenai hubungan anggota keluarga, maka dalam keluarga pun peserta didik diajak untuk menyelami kebutuhan masing-masing anggota keluarga dan melatih kepekaan dan tanggungjawawab dalam keluarga peserta didik sebagai seorang anak.

Pada penelitian yang penulis laksanakan, penulis membatasi penelitan pada pengaruh Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disiapkan oleh mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi pelaksanaan mengajar. Karena kondisi waktu dan juga keterbatasan penulis dalam meneliti, maka pada penelitian ini belum dapat dikaji lebih lanjut mengenai kesulitan yang dihadapi mahasiswa berkaitan dengan proses pembuatan rancangan pelaksanaan pengajaran. Berdasarkan dari pengamatan dan pengalaman penulis sendiri, letak kesulitan dalam pembuatan rancangan pelaksanaan pengajaran antara lain: sulitnya menemukan metode dan sarana yang tepat untuk mempermudah pemahaman naradidik, membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menyusun sehingga membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya, kebiasaan menunda pekerjaan oleh mahasiswa yang mengakibatkan bertumpuknya tugas dan kuwalahan dalam mengerjakan.

Dokumen terkait