• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

20. PT.Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

4.3 Pembahasan Hasil penelitian

Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa profitabilitas,

tangibility, ukuran perusahaan, risiko, nondebt tax shield, dan pertumbuhan perusahaantidak berpengaruh terhadap struktur modal dilihat dari Fhitung< Ftabel (1,464

< 2,25) dan Signifikansi penelitian 0,209 > 0,05.Angka Adjusted R Square atau

dari keenam variabel independen (profitabilitas, tangibility, ukuran perusahaan,

risiko, nondebt tax shield, dan pertumbuhan perusahaan) dapat menjelaskan variabel

dependen sebesar 4,5% dan sisanya 95,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam persamaan. Adjusted R Square sebesar 4,5%

mengindikasikan bahwa keenam variabel independen memiliki pengaruh yang sangat

lemah terhadap struktur modal.

Hasil pengujian secara parsialmenunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Pembahasan terhadap masing – masing variabel independen dalam pengujian secara

parsial akan dibahas berikut ini :

1) Profitabilitas

Profitabilitas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2009-2011. Profitabilitas (ROA) menunjukkan thitung

-0,171 dengan nilai signifikansinya 0,865, nilai ttabel adalah 2,00030

sehinggathitung< ttabel ( 0,865 < 2,00030 dan signifikansi menunjukkan angka

di atas 0,05 (0,865 > 0,05) maka profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal perusahaan. Koefisien regresi profitabilitas (ROA)

menunjukkan sebesar 0,011 atau 1,1% menunjukkan bahwa setiap kenaikan

ROA sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan struktur modal sebesar 1,1%

Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Al-Fayoumi & Abuzayed (2009), Febriyani & Srimindarti (2010), Sisworo

(2011), Nurita (2012), Nasution (2012) dan Simanjuntak (2012) yang

menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Indra Wijaya (dalam Sisworo:2011) “semakin tinggi profit

suatu perusahaan maka akan semakin menurun hutangnya karena semakin

banyak dana internal yang tersedia untuk mendanai investasinya”. Ini berarti

perusahaan cenderung menggunakan modal dari dalam perusahaan daripada

dari luar perusahaan. Teori stuktur modal yang mendukungini adalah pecking

order theory.

2) Tangibility

Tangibilitysecara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2009-2011. Tangibilitymenunjukkan thitung sebesar 2,001

dengan nilai signifikansinya 0,051, nilai ttabel adalah 2,00030 sehingga thitung<

ttabel (2,001 > 2,00030) dan signifikansi juga menunjukkan angka di atas 0,05

(0,051 < 0,05) maka tangibility tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modal perusahaan. Koefisien regresi tangibility (ASV) sebesar 0,418 atau

oleh penurunan struktur modal sebesar 4,18% dengan asumsi variabel yang

lain tetap.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriyani

& Srimindarti (2010) dan Nasution (2012) yang menyatakan bahwa tangibility

memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Fayoumi &

Abuzayed (2009) dan Simanjuntak (2012) yang sama-sama menarik

kesimpulan bahwa tangibility tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modal perusahaan. Ini dikarenakan perusahaan yang sebagian besar asetnya

berupa aset tetap biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam

struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan konsep konservatif yang menyatakan

bahwa besarnya modal hendaknya sendiri paling sedikit menutup jumlah aset

tetap ditambah aset lain yang sifatnya permanen.

3) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2009-2011. Hal ini ditunjukkan dengan thitung sebesar 0,135

dengan nilai signifikansinya 0,893, nilai ttabel adalah 2,00030 sehingga thitung<

ttabel (0,135 < 2,00030 dan signifikansi menunjukkan angka di atas 0,05 (0,893

struktur modal perusahaan. Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,345

atau 34,5% menunjukkan bahwa setiap kenaikan SIZE sebesar 1% akan

diikuti oleh penurunan struktur modal sebesar 34,5 dengan asumsi variabel

yang lain tetap.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Al-Fayoumi & Abuzayed (2009), Febriyani & Srimindarti (2010), dan Nasution

(2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nurita (2012) dan Simanjuntak (2012) yang sama-sama

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal perusahaan. Jika perusahaan semakin besar, maka

semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan dalam mempertahankan atau

mengembangkan perusahaan. Perusahaan besar lebih cenderung

menggunakan hutang jangka panjang untuk pemenuhan dana perusahaannya.

4) Risiko

Risiko secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2009-2011. Hal ini ditunjukkan dengan thitung sebesar -0,752 dengan nilai

signifikansi 0,455, nilai ttabel adalah 2,00030 sehingga thitung< ttabel (0,752 <

2,00030) dan signifikansi menunjukkan angka di atas 0,05 (0,455 > 0,05)

Koefisien regresi RISK sebesar 0,111 atau 11,1% menunjukkan bahwa setiap

kenaikan RISK sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan struktur modal

sebesar 11,1% dengan asumsi variabel yang lain tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Fayoumi &

Abuzayed (2009) tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nasution (2012) yang menyatakan bahwa risiko berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal.Perusahaan dengan risiko bisnis besar

harus menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang

mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin

besar risiko perusahaan akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan

hutang mereka.

5) Nondebt Tax Shield

Nondebt Tax Shield secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2009-2011. Hal ini dikarenakan NDTS menunjukkan thitung

-0,694 dengan nilai signifikansinya 0,491, nilai ttabel adalah 2,00030 sehingga

thitung< ttabel (0,491 < 2,00030) dan signifikansi menunjukkan angka di atas

0,05 (0,491 > 0,05) maka nondebt tax shield tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal perusahaan. Koefisien regresi NDTS sebesar -0,159

diikuti oleh penurunan struktur modal sebesar 15,9% dengan asumsi variabel

yang lain tetap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Fayoumi

dan Abuzayed. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurita (2012) yang menyatakan bahwa nondebt tax shield berpengaruh

negatif signifikan terhadap struktur modal. Penggunaan hutang akan

menimbulkan kewajiban membayar bunga yang dalam laporan laba rugi biaya

bunga tersebut akan mengurangi keuntungan kena pajak. Jadi semakin besar

utang perusahaan maka semakin besar beban bunga, dan berarti semakin besar

penghematan pembayaran pajak penghasilan. Selain itu, penghematan

pembayaran pajak penghasilan juga dapat terjadi karena depresiasi. Semakin

besar depresiasi maka semakin besar penghematan pajak penghasilan dan

semakin besar cash in flow perusahaan.

6) Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2009-2011. Hal ini dikarenakan MB menunjukkan thitung

-0,171 dengan nilai signifikansinya 0,686, nilai ttabel adalah 2,00030 sehingga

thitung< ttabel (-0,171 < 2,00030) dan signifikansi menunjukkan angka di atas

0,05 (0,686>0,05) maka pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh

-0,041 atau 4,1% menunjukkan bahwa setiap kenaikan MB sebesar 1% akan

diikuti oleh penurunan struktur modal sebesar 4,1% dengan asumsi variabel

yang lain tetap.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Simanjuntak (2012) yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya

dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber

pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham

dengan manajemen perusahaan. Menurut Sartono (dalam Simanjuntak, 2012)

menyatakan bahwa semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin

besar kebutuhandana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan

untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan

untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak

membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk

BAB V

Dokumen terkait