• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini diuraikan temuan yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian tentang keefektifan teknik bercerita dalam meningkatkan kemampuan memahami cerita bagi siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar.

1.Hasil penelitian sebelum menggunakan teknik bercerita (strategi konvensional)

Fenomena menunjukkan bahwa pada tes pertama(post-test), siswa mengalami berbagai kendala dalam memahami cerita. Tampak sebagian siswa mengalami

kebingungan, hanya tinggal diam, dan kurang bersemangat. Menurutnya, sulit memahami maksud dan alur cerita sehingga segala yang diharapkan dari guru sulit ditemukan. Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan memahami tema, alur cerita, kapan terjadi, di mana terjadi, apa penyebabnya, dan bagaimana akibatnya. Fenomena lain yang tampak, yaitu ketika siswa menjawab pertanyaan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar memahami cerita, waktu yang digunakan rata-rata lama dan melewati batas waktu 2x35 menit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya semangat siswa dan sulitnya memahami cerita.

Menurut penulis, siswa tidak berusaha mencari tahu dengan menanyakan kepada teman atau guru tentang cerita sehingga sulit memahami cerita tersebut. Padahal, pemahaman terhadap cerita yang berjudul Maling Kundang Si Anak Durhaka ini memerlukan kreatifitas dalam bertanya. Kurangnya kreatifitas siswa tersebut, maka kurang pula analogi-analogi siswa tentang cerita.

Fenomena yang dialami siswa dalam memahami cerita pada post-test tentunya berdampak negatif terhadap nilai akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase kemampuan memahami cerita siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi pada post-test belum memadai. Dapat dinyatakan bahwa frekuensi dan persentase nilai kemampuan memahami cerita siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi pada post-test, yaitu siswa mendapat nilai ≥ 70 sebanyak 7 orang (28%) dari jumlah sampel, sedangkan siswa yang mendapat nilai  70 sebanyak 18 orang (72%) dari jumlah sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa ≥ 70 tidak

mencapai standar yang ditetapkan oleh sekolah dan SKBM sekolah yang mencapai 28% atau sebanyak 7 orang.

2.Hasil penelitian setelah menggunakan teknik bercerita .

Bercerita merupakan menggambarkan secara kronologis suatu kejadian atau peristiwa, baik berdasarkan urutan waktu maupun tempat. Bercerita merupakan narasi atau cerita tentang peristiwa masa lampau yang telah dialami oleh tokoh tertentu yang meninggalkan bekas dan pesan yang bermakna. Cerita dapat berisi tentang pengalaman yang menggembirakan, mengharukan, menyenangkan, ,menyedihkan dan sebagainya. Cerita juga dapat berwujud dongeng dan cerita tentang binatang dan sebagainya.

Bercerita memiliki tujuan, fungsi dan manfaat. Tujuan bercerita bagi anak, yaitu agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan. Selanjutnya, anak dapat menceritakan dan mengeskpresikan kembali terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya (Hamalik dan Oemar, 1986: 10).

Fungsi bercerita, yaitu menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita, yaitu membantu kemampuan bercerita, dengan menambah perbendaharaan kosakata, kemampuan mengungkapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya. Selanjutnya, anak dapat mengekspresikannya

melalui bernyanyi, bersyair, menulis atau mengambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi.

Teknik bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar siswa SD dengan menambahkan cerita secara lisan. Cerita yang membawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian siswa.

Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain, guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari gambar, mengunakan papan flanel, bermain peran dalam suatu cerita.

Teknik bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar siswa dengan membawakan cerita secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian siswa. Teknik bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada pesrta didik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, teknik bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau menjelaskan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kopetensi dasar siswa.

Berbeda dengan fenomena yang terjadi dalam pembelajaran memahami cerita dengan menggunakan teknik bercerita. Fenomena menunjukkan bahwa siswa kurang mengalami kendala dalam memahami cerita yang berjudul Maling Kundang Si anak Durhaka, tampak semua siswa bersemangat dalam belajar. Menurutnya, mudah

memahami maksud dan alur cerita sehingga segala yang diharapkan dari guru mudah dipahami. Dalam hal ini, siswa mampu memahami tema, alur cerita, kapan terjadi, di mana terjadi, apa penyebabnya, dan bagaimana akibatnya. Fenomena lain yang tampak yaitu ketika siswa menjawab pertanyaan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar memahami cerita. Waktu yang digunakan sesuai dengan target waktu 2x35 menit. Bahkan, ada siswa yang mampu menyelesaikan soal selama kurang dari 60 menit. Hal ini mengindikasikan bahwa teknik bercerita cocok diterapkan dalm pembelajaran bahasa Indonesia tingkat sekolah menengah atas.

Dalam pelaksanaan teknik bercerita, pertama-tama guru bercerita tentang cerita Maling Kundang Si Anak Durhaka sebagai materi pretes dan postes. Setelah itu,

dilanjutkan oleh setiap siswa dalam menceritakan kedua cerita tersebut. Ekspresi awal yang tergambar dari sebagian raut wajah siswa dalam bercerita adalah kurang bersemangat. Masih terdapat sebagian siswa yang selalu tertawa dalam bercerita, demikian halnya dengan siswa yang lain yang selalu menemani teman-temannya dalam bercerita. Namun hal ini hanya sebagian siswa yang mengalami dan dapat ditutupi oleh siswa lain yang tampil sangat menggembirakan dan menimbulkan semangat belajar di kelas. Ada beberapa siswa yang bercerita yang disertai dengan ekspresi, intonasi, dan tekanan yang sesuai dengan isi cerita yang disampaikan.

Pada isi yang lain, ada siswa yang menyampaikan kesimpulan setelah bercerita yaitu kita tidak boleh durhaka kepada orang tua terutama ibu karena ibu yang telah melahirkan kita.

Fenomena yang dialami siswa dalam memahami cerita tersebut setelah menggunakan teknik bercerita tentunya berdampak positif terhadap nilai akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase kemampuan memahami cerita siswa setelah menggunakan teknik bercerita dikategorikan memadai. Dapat dinyatakan bahwa frekuensi dan persentase nilai kemampuan memahami cerita siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar setelah menggunakan teknik bercerita, yaitu siswa yang mendapat nilai  70 sebanyak 25 orang (100%) dari jumlah sampel dan tidak ada siswa yang mendapat nilai  70 (0%) dari jumlah sampel. . Hal tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa  70 sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh sekolah dan SKBM sekolah yang menuntut pencapaian 85%. Tingkat persentase keberhasilan tersebut dicapai oleh siswa, yaitu semua siswa (25 orang) memperoleh nilai  70 (100%).

Keefektifan teknik bercerita dalam meningkatkan kemampuan memahami cerita siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar, maka tampak pula hasil perhitungan uji t. Perbandingan hasil kemampuan pretes dan postes menunjukkan bahwa nilai sebanyak 27,58 > nilai 3,745. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Jadi, teknik bercerita efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan memahami cerita bagi siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab I, maka dapat disimpulkan bahwa teknik bercerita secara efektif dapat meningkatkan kemampuan memahami cerita narasi bagi siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar.

Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data dan pembahasan seperti di bawah ini:

1. Keefektifan teknik bercerita dalam meningkatkan kemampuan memahami cerita narasi bagi siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik bercerita efektif diterapkan dalam meningkatkan kemampuan memahami cerita narasi bagi siswa kelas V SD Inpres Kassi-Kassi Kota Makassar Hal ini tampak pada nilai yang diperoleh siswa sebelum menggunakan teknik bercerita yang mencapai standar keberhasilan belajar, yaitu hanya mencapai 28 % atau sebanyak 7 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas.

2. Setelah menggunakan teknik bercerita, kemampuan siswa memahami cerita dikategorikan memadai dengan semua siswa mampu memperoleh nilai di atas 70 (100%). Keefektifan teknik bercerita, diketahui pula berdasarkan perhitungan uji t. perbandingan hasil kemampuan pretes dan postes menunjukkan bahwa nilai sebanyak 27,58 > t Tabel = 3,745. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima.

55

Dokumen terkait