• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Tahu dipilih sebagai sampel penelitian ini karena tahu merupakan

makanan tradisional sederhana yang konsumsinya cukup besar setiap

harinya oleh masyarakat karena rasanya enak dan tidak mahal.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling acak dan mencari

tahu asal pabrik pemasok tahu ke pasar Ciputat dan mencatat jumlah

pabriknya sehingga dapat dihitung jumlah sampel yang akan diambil

dengan menggunakan rumus pengambilan sampel populasi (N) diketahui.

Validasi metode dan penetapan kadar formaldehid dilakukan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan penambahan

pereaksi Nash (Anonim, 1995; Arifin, 2005). Pemilihan metode

spektrofotomentri UV-Vis karena formaldehid memiliki serapan pada

daerah sinar tampak. Daerah sinar tampak yaitu berada pada daerah

380nm-780nm. Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan metode

sederhana, tetapi dapat digunakan untuk penentuan kadar dengan

konsentrasi yang kecil. Selain itu metode tersebut memiliki daya

sensitivitas yang baik dalam proses analisis.

Penelitian didahului dengan proses penentuan panjang gelombang

maksimum atau serapan optimum dari larutan formaldehid yang

dilarutkan dengan air dan pereaksi nash menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 400 – 500 nm.

Menurut literatur, formaldehid memiliki serapan optimum pada 412–

415nm. Setelah di lakukan pengukuran, formaldehid yang dilarutkan

dengan air dan ditambah pereaksi Nash menghasilkan panjang gelombang

daerah serapan optimum formaldehid. Pemilihan panjang gelombang

maksimum formaldehid dilakukan agar dapat mengetahui daerah

formaldehid bekerja memberi serapan warna yang dapat diabsorbsi oleh

alat spektrofotometer UV-Vis, sehingga dapat dihasilkan nilai berupa

absorbansi. Selain itu pemilihan panjang gelombang maksimum juga

berfungsi untuk mengetahui selektifitas dan sensitifitas formaldehid, jika

panjang gelombang maksimum yang dihasilkan berada pada daerah

serapan optimum formaldehid sesuai literatur, maka formaldehid yang

digunakan memenuhi syarat penggunaannya untuk analisis. Contoh

spektrum serapan formaldehid dapat dilihat pada lampiran 3, gambar 7.

Larutan formaldehid merupakan larutan yang tidak berwarna.

Syarat senyawa yang dapat diukur serapannya dengan alat

spektrofotometer UV-Vis adalah senyawa organik yang dapat

memberikan serapan yaitu senyawa yang memiliki gugus kromofor.

Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang memberikan

serapan pada daerah ultraviolet atau cahaya tampak. Oleh karena itu pada

proses pengukuran sampel direaksikan dengan pereaksi yang dapat

memberikan spektrum serapan berwarna dengan formaldehid yaitu

pereaksi Nash yang terdiri dari campuran ammonium asetat, asam asetat

glasial dan asetil aseton. Campurannya dengan formaldehid dapat

memberi serapan berwarna kuning terang. Semakin kuning warna larutan

yang didapat maka diperkirakan konsentrasi yang terdapat dalam analit

Formaldehid dengan penambahan pereaksi Nash disertai

pemanasan selama 30 menit akan menghasilkan warna kuning yang

mantap, sehingga dapat diukur serapannya menggunakan spektrofotometri

sinar tampak pada panjang gelombang 412 - 415 nm. (Jon, 1980 ; Nash,

1953)

Gambar 4. Reaksi perubahan warna pada campuran formaldehid dan

pereaksi Nash.

Pada proses preparasi sampel, dilakukan proses ekstraksi sampel

dengan cara metode destilasi menggunakan alat destilasi uap. Metode

destilasi uap dilakukan karena formaldehid merupakan senyawa yang

berbentuk gas dan bersifat sangat volatil atau mudah menguap juga

memiliki titik didih dibawah 100°C yaitu 96°C. Destilasi uap diperlukan

untuk menjaga senyawa formaldehid agar tidak rusak, karena destilasi uap

pemanasan atau suhu tinggi. Sampel tahu ditimbang ± 10gram dan

dihancurkan pada lumpang. Kemudian sampel yang telah halus

dimasukkan ke dalam labu destilasi dengan ditambahkan 100 ml aquadest

dan 10 ml asam phospat 10%. Formaldehid yang terdapat dalam tahu akan

terikat dengan protein dalam tahu, maka penambahan asam phospat

ditujukan untuk menghancurkan atau melepaskan ikatan antara

formaldehid dengan protein sehingga formaldehid dapat terpisah dengan

proses destilasi uap. Sampel yang telah siap langsung diekstraksi

menggunakan destilasi uap dengan suhu ± 96°C, labu penampung destilat

terlebih dahulu diisi air 10ml, kemudian ujung pendingin tercelup

kedalam air, hal ini bertujuan untuk menangkap uap formaldehid yang

dihasilkan proses destilasi ke dalam air yang telah ditampung. Setelah

hasil destilat diperoleh 100 ml lalu proses destilasi dihentikan. Sebanyak 1

ml destilat dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 9 ml aquadest dan

ditambahkan 5 ml pereaksi Nash (campuran ammonium asetat, asam

asetat glasial, dan asetil aseton) kemudian di vortex selama 1 menit

bertujuan agar campuran destilat-air-pereaksi nash terdispersi sempurna

sehingga warna yang dihasilkan merata, lalu di panaskan diatas penangas

air dengan suhu 37°C selama 30 menit. Larutan sampel akan berubah

menjadi berwarna kuning jika menunjukkan hasil positif. Sampel di

cukupkan 25 ml dengan aquadest dan divortex kembali. Kemudian

dilakukan pengukuran dengan alat spektrofotometer ultraviolet-visibel

pada panjang gelombang 412,73mn. Validasi metode dilakukan dengan

memberikan hasil yang valid. Validasi metode penetapan kadar diawali

dengan melakukan pembuatan kurva kalibrasi dan penentuan linearitas.

Kurva kalibrasi yang dibuat adalah hubungan antara nilai absorbansi dari

analit terhadap konsentrasi dari analit. Nilai yang dihasilkan oleh kurva

kalibrasi dikatakan baik apabila nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1.

Artinya peningkatan nilai absorbansi analit berbanding lurus dan

signifikan dengan peningkatan konsentrasinya. Pada pembuatan kurva

kalibrasi dibuat deret standar formaldehid dari larutan induk formaldehid

konsentrasi 6mg/ml. Konsentrasi yang digunakan sebagai deret standar

formaldehid adalah 5 konsentrasi bertingkat dengan rentang 100, 150,

200, 250 dan 300 ppm (µg/ml). Dihasilkan kurva kalibrasi dengan

persamaan Y = 0,0032x - 0,0079 dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9992,

nilai koefisien variasi fungsi regresi sebesar 0,4139%. Koefisien variasi

fungsi regresi menunjukkan besarnya penyimpangan data yang dihasilkan

dari data yang sebenarnya. Semakin kecil nilai persen koefisien variasi

fungsi maka menunjukkan data yang diperoleh memiliki akurasi yang

tinggi. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, kedua nilai yang

didapat memenuhi persyaratan yaitu syarat nilai koefisien kolerasi (r)

yang baik adalah ≥ 0,9990, sedangkan nilai koefisien variasi fungsi regresi (Vxo) yang baik adalah sebesar ≤ 2%.

Setelah didapat kurva kalibrasi yang memenuhi persyaratan

analisis, kemudian data yang didapat diolah dan dilanjutkan dengan

menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ). Batas

dapat dideteksi (Harmita, 2006). Hasil percobaan didapat nilai LOD

sebesar 11,1328 µg/ml. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil

analit dalam sampel yang masih dapat ditentukan dengan metode yang

digunakan dan memenuhi criteria cermat dan seksama. Nilai LOD dapat

digunakan sebagai acuan dalam pemilihan konsentrasi sampel pada

pengujian selektivitas (Harmita, 2006). Dari data hasil percobaan

diperoleh nilai LOQ sebesar 37,1094 µg/ml.

Lalu dilanjutkan dengan uji kecermatan (uji akurasi). Akurasi

merupakan kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil

sebenarnya dan dinyatakan dalam persen perolehan kembali (UPK).

Dilakukan pengukuran dari 3 konsentrasi berbeda formaldehid yaitu 125

µg/ml, 175 µg/ml, dan 225 µg/ml yang dimasukkan kedalam sampel tahu

buatan. Kemudian tahu diekstraksi dengan metode destilasi uap untuk

memisahkan formaldehid dari tahunya hingga dihasilkan destilat sebanyak

100 ml dan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-vis

dengan 3 kali pengulangan. Dari percobaan 3 konsentrasi berbeda

formaldehid pada tahu buatan diperoleh rata-rata persen nilai UPK tiap

konsentrasi pertama sebesar 99,14% untuk konsentrasi 125 µg/ml, yang

kedua sebesar 98,59% untuk konsenrasi 175 µg/ml dan yang ketiga

98,36% untuk konsentrasi 225 µg/ml. Rata-rata persen nilai UPK seluruh

konsentrasi yaitu sebesar 98,69% dengan nilai simpangan baku (SD)

sebesar 0,4086 sedangkan syarat uji perolehan kembali nilai UPK rata-

rata berkisar 98 – 102% telah terpenuhi. Seluruh data yang diperoleh

memberi hasil uji akurasi yang baik dan metode analisis dapat bekerja

cukup akurat dan memberi hasil yang baik untuk pengukuran sampel

pasar selanjutnya.

Uji selanjutnya yang dilakukan sebagai pendukung proses validasi

metode yaitu uji keseksamaan. Uji keseksamaan atau uji presisi

merupakan ukuran derajat kesesuaian antara hasil individual dari rata-rata

jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang

diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2006). Hasil percobaan

yang dilakukan didapat nilai koefisien variasi sebesar 0,4139% dan nilai

simpangan baku (SD) sebesar 0,4086. Syarat uji keseksamaan yaitu

menghasilkan nilai koefisien variasi ≤ 2%.

Maka dapat dilihat bahwa semua hasil uji hasil yang didapat

memenuhi syarat sebagai parameter uji dari validasi metode penetapan

kadar formaldehid pada tahu. Sehingga metode yang digunakan dapat

dikatakan valid dan dapat memberikan hasil yang baik dalam pengukuran

sampel selanjutnya.

Jika kandungan dalam tubuh tinggi, formaldehid akan bereaksi

secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan

fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan

pada organ tubuh Penemuan di bidang patologi menunjukkan bila bahan

ini terhirup dapat menyebabkan nekrosis atau kematian sel yang

itu, ditemukan perubahan degeneratif pada hati, ginjal dan otak

(Dreisbach, 1971).

Hasil penetapan kadar dari seluruh sampel yang diperiksa

menghasilkan data absorbansi. Kadar formaldehid dihitung menggunakan

persamaan linier yang didapat dari kurva kalibrasi yaitu Y=0,0032x-

0,0079. Dari sampel pertama diperoleh rata-rata absorbansi sampel setelah

3 kali pengukuran sebesar 0,3277 dan kadar formaldehid yang ditafsirkan

sebesar 104,879µg/ml. Sampel kedua diperoleh rata-rata nilai absorbansi

sebesar 0,0279 dan kadar formaldehid yang terkandung sebesar 11,2083

µg/ml. Sampel ketiga memiliki nilai rata-rata absorbansi sebesar 0,0010

dan dikatakan tidak terdeteksi adanya formaldehid karena nilai yang

diperoleh berada dibawah batas deteksi sehingga ketepatannya diragukan.

Sampel keempat diperoleh nilai rata-rata absorbansi sebesar 0,6026 dan

konsentrasi formaldehid sebesar 190,8021 µg/ml. Sampel kelima

memiliki rata-rata nilai absorbansi sebesar 0,6384 dan kadar formaldehid

sebesar 201,9896 µg/ml. Sampel keenam memiliki rata-rata nilai

absorbansi sebesar 0,0256 dan dikatakan tidak terdeteksi adanya

formaldehid. Sampel ketujuh memiliki rata-rata nilai absorbansi sebesar

0,0027 dan dikatakan tidak terdeteksi adanya formaldehid.

Dari penentuan kadar masing-masing sampel tahu pasar, dapat

dilihat bahwa semua tahu yang analisis mengandung formaldehid dengan

kadar berbeda tiap ml nya. Kadar formaldehid terbesar yaitu pada sampel

kelima sebesar 201,9896 µg/ml, sedangkan kadar formaldehid terrendah

Dokumen terkait