• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1 menunjukkan nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lebar lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Pada pengujian statistik penelitian Karlsen (2004), terlihat bahwa rerata BaCV4 pada individu yang berusia 12 tahun adalah 74,9 mm pada sudut MP-SN yang kecil dan 76,1 mm pada sudut MP-SN yang besar. Sedangkan pada usia 15 tahun adalah 83,5 mm pada sudut MP-SN yang kecil dan 82,7 mm pada sudut MP-SN yang besar.6

Perbedaan nilai rerata antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini disebabkan oleh perbedaan usia yang digunakan. Karlsen (2004) menggunakan individu yang masih berada pada tahap tumbuh kembang, sedangkan penelitian ini menggunakan individu yang sudah selesai tahap tumbuh kembang. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan pada usia prepubertal lebih lambat dan mengalami percepatan pada masa puncak pertumbuhan dan kemudian mengalami penurunan pada masa dewasa muda.13

Zakiah (2007) telah melakukan penelitian mengenai ukuran lebar lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU. Ia memperoleh rerata lebar

intermolar mandibula pada perempuan sebesar 45,40 mm.29 Nilai tersebut

menunjukkan adanya perbedaan, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan perbandingan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan titik referensi yang digunakan. Peneliti menggunakan tonjol medio-bukal gigi molar pertama permanen, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan tonjol mesio-bukal gigi molar pertama

permanen. Faktor ras juga mempengaruhi lebar lengkung gigi. Penelitian ini menggunakan ras Deutro-Melayu, sedangkan penelitian sebelumnya tidak menggolongkan subjek penelitian atas ras tertentu. Menurut Ricketts dan Sassouni, kelompok yang berbeda akan menampilkan pola kraniofasial yang berbeda.13

Kadafi (2009) telah meneliti ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Ia memperoleh rerata lebar intermolar mandibula pada perempuan sebesar 45,416 mm.30 Meskipun menggunakan ras yang sama, hasilnya juga menunjukkan perbedaan dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti. Hal ini juga disebabkan oleh perbedaan titik referensi yang digunakan. Kadafi menggunakan titik mesio-bukal molar pertama permanen sebagai titik referensi.

Tumbuh kembang kraniofasial juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan jenis kelamin. Menurut Proffit (2003), faktor genetik mempengaruhi tumbuh kembang dentokraniofasial. Salah satu pengaruh gen terlihat pada perbedaan percepatan pertumbuhan antara laki- laki dan perempuan. Pertumbuhan pada laki laki lebih lama daripada perempuan oleh karena kromosom Y pada laki laki (XY) memiliki kecendrungan mengalami penundaan pertumbuhan daripada kromosom X pada perempuan. Ukuran tubuh juga menunjukkan perbedaan. Laki laki cenderung lebih besar daripada perempuan dan memiliki basis kranium yang lebih dolichephalic daripada perempuan yang lebih brachicephalic.1,13 Oleh karena itu, sampel yang digunakan pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2 menunjukkan hubungan korelasi antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi. Terdapat korelasi negatif antara kedua

variabel tersebut. Artinya, dimensi vertikal tulang vertebra servikalis berbanding terbalik dengan lebar lengkung gigi.

Menurut Bench (1963), individu yang mempunyai wajah pendek atau persegi jarang ditemui mempunyai leher yang panjang.7 Hal tersebut diperkuat oleh Karlsen (2004) melalui penelitiannya tentang hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah. Pada penelitiannya terhadap kelompok usia 12-15 tahun, Karlsen menemukan korelasi searah antara kedua variabel tersebut yang artinya semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis, semakin besar pula tinggi dimensi vertikal wajah, terutama tinggi wajah anterior bagian bawah.6

Tinggi wajah bagian bawah berkaitan dengan tinggi mandibula. Hideo Mitani et al (1992) telah melakukan pengukuran terhadap panjang tulang vertebra servikalis kedua sampai kelima dan mengaitkannya dengan panjang mandibula. Ia menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara tulang vertebra servikalis dengan panjang mandibula, yaitu sebesar 0,26. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan nilai total panjang tulang vertebra servikalis diikuti dengan kenaikan panjang mandibula walaupun korelasi tersebut sangat lemah.31

Pertumbuhan panjang mandibula terjadi di kondilus. Tidak ada pertumbuhan dijumpai pada aspek anterior dagu.27,32Dagu bergerak ke bawah dan ke depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya, sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondral pada kondilus dan remodeling tulang.32

Menurut Bjork (1969), pertumbuhan panjang mandibula disebabkan oleh proses pertumbuhan mandibula itu sendiri dan juga rotasi pertumbuhannya. Rotasi mandibula dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu rotasi di sekitar kondilus dan rotasi di sekeliling badan mandibula itu sendiri.27 Apabila mandibula berotasi searah jarum jam, sudut gonion akan semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan individu memiliki tipe wajah yang panjang. Sementara itu, apabila mandibula berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, sudut gonion akan semakin kecil. Hal tersebut akan mengakibatkan individu memiliki wajah yang pendek.10,27

Beberapa penelitian memperlihatkan pengaruh otot-otot pengunyahan terhadap pertumbuhan kraniofasial. Individu dengan wajah yang panjang dikarakteristikkan memiliki otot otot wajah yang lemah, sebaliknya individu dengan wajah yang pendek memiliki otot wajah yang kuat dan tebal. Menurut Isaacson et al (1971), ketika mandibula berotasi ke bawah, tinggi wajah akan bertambah yang diikuti oleh pemanjangan otot otot wajah. Pemanjangan otot otot ini mengakibatkan kekuatan peregangan pasif menjadi meningkat sehingga lebar lengkung rahang atas menjadi sempit.10

Individu dengan otot elevator mandibula yang kuat atau tebal cenderung untuk memperlihatkan dimensi transversal yang lebih lebar. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Kiliandris melalui penelitiannya mengenai hubungan antara ketebalan tulang masseter dengan lebar lengkung gigi. Semakin tebal otot masseter, semakin besar lebar lengkung gigi.16,28

Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang berleher panjang cenderung memiliki wajah panjang dan individu dengan tipe wajah panjang

cenderung memiliki lebar lengkung gigi yang lebih sempit. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti yang ditandai oleh adanya korelasi negatif antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi.

Pada tabel 2 terlihat bahwa hubungan signifikan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi hanya terdapat pada lengkung gigi posterior, tetapi tidak untuk lengkung gigi anterior. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan bentuk lengkung gigi yang dimiliki oleh setiap individu.

Dokumen terkait