• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pembahasan

1. Karakteristik siswa kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya terhad ap infeksi kecacingan

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 33 responden, jumlah ini lebih sedikit dari jumlah sampel hasil perhitungan rumus Lemeshow pada BAB IV yaitu sebesar 41 orang responden. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30 (Ghozali, 2018). Sehingga sampel 33 masih bisa digunakan untuk analisis data.

Hasil penelitian pada siswa kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya menunjukkan bahwa dari 33 responden didapatkan sebanyak 10 orang (30,3%) positif infeksi cacing usus dengan rincian, siswa yang terinfeksi cacing Ascaris Lumbricoides sebanyak 6 orang (60,0%), Trichuris Trichuira 2 orang (20,0%), Ancylostoma Duodenale sebanyak 1 orang (10,0%) dan Necator Americanus sebanyak 1 orang (10,0%). Hal ini sama dengan hasil Penelitian pada murid sekolah dasar wajib belajar di wilayah DKI jakarta didapatkan hasil Jakarta Utara sebanyak 102 sampel yang positif telur cacing sebanyak 50 (49,02%), Jakarta Selatan sebanyak 123 sampel, yang positif telur cacing sebanyak 19 (15,45%) (Mardiana, 2008).

Perbedaan angka infeksi kecacingan pada masing-masing hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi sanitasi lingkungan, kebersihan diri perseorangan, dan kondisi alam atau geografi. Di SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya, hampir diseluruh bagian dari sekolah telah memakai ubin, sehingga kemungkinan terinfeksi dari kontak tanah sangat sedikit. Infeksi yang terjadi pada siswa Kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya kemungkinan berasal dari aktivitas bermain yang melakukan kontak dengan tanah diluar lingkungan sekolah, yang tidak diimbangi dengan kebiasaan mencuci tangan. Hal ini bisa mengakibatkan telur-telur Ascaris atau Trichuris maupun larva cacing yang lain menempel di tangan dan akan menginfeksi apabila tertelan ketika tangan yang sudah terinfeksi ini masuk ke mulut.

Pada Ascaris lumbricoides, dalam lingkungan yang sesuai (pada suhu 25 – 20 0

C) telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang dari 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus. (Zukhriady, 2008)

Proses infeksi Trichuris Trichiura tidak jauh berbeda dengan Ascaris lumbricoides, dimana ketika telur yang infektif tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus kemudian masuk ke usus besar menjadi dewasa dan menetap (Zukhriady, 2008 ; Salbiah, 2008).

Penyebaran geografis Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sama, sehingga seringkali kedua cacing ini ditemukan dalam satu hospes. Telur-telur kedua cacing ini berkembang biak dengan baik pada tanah liat, lembab, dan teduh (Salbiah, 2008).

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa cacing Ascaris Lumbricoides lebih banyak menginfeksi dari pada Trichuris Trichuira, Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus. Hal ini disebabkan oleh produksi telur Ascaris yang lebih banyak dalam sehari bertelurnya dibandingkan dengan tiga jenis cacing lainnya (Zukhriady, 2008).

2. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan siswa Kelas 1 SDN Dukuh Kup ang 5 Surabaya dengan infeksi kecacingan

Pada penelitian didapatkan hasil responden yang tidak mencuci tangan selesai bermain yang terinfeksi cacing ditemukan sebanyak 47,4% orang dan tidak terinfeksi 52,6% orang. Responden yang mencuci tangan selesai bermain ditemukan 7,1% orang yang terinfeksi cacing dan 92,9% orang yang tidak terinfeksi.

Berdasarkan hasil penelitian Terdapat kecenderungan bahwa siswa yang punya kebiasaan mencuci tangan yang tidak baik lebih besar persentasenya terinfeksi cacing usus dibanding dengan siswa yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan yang baik.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan selesai bermain dengan infeksi

kecacingan (uji Spearman test p= 0,012). Hal ini mungkin disebabkan karena siswa – siswa sering bermain dengan permainan yang melakukan kontak dengan tanah, dimana tanah merupakan media yang diperlukan oleh cacing untuk berkembang biak terutama cacing tambang.

Berdasarkan hasil uji Spearman test diperoleh nilai Sig. = 0,013 (< 0,05), artinya ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan angka kejadian infeksi cacingpada siswa kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada siswa SDN Rowosari I Kecamatan Tembalang Kota Semarang dimana terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan infeksi kecacingan (Yulianto, 2007).

Hasil penelitian meunjukkan bahwa sebagian besar anak yang diteliti mempunyai usia 7 tahun yaitu sebanyak 60,6%. Anak usia 7 tahun memiliki kemampuan untuk fokus jauh lebih lama. Ia menyukai aktivitas terstruktur. Ia mulai senang jika mendapat tanggung jawab dan peranan baru, tetapi ia masih butuh pengarahan dari orang dewasa untuk memastikan apakah yang ia lakukan sudah benar. Anak usia 7 tahun juga mulai memperhatikan kebersihan diri. Akan tetapi kondisi lingkungan yang kumuh, kurangnya pengetahuan tentang PHBS, kurangnya jamban sehat, serta kurangnya tempat cuci tangan umum terutama di daerahsekitar sekolah memperbesar kemungkinan anak terkena cacingan.

Hasil penlitian menunjukkan bahwa jenis cacing yang ditemukan sebagian besar cacing jenis Soil transmitted helminths (STH). Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar cacing yang menginfeksi adalah jenis Ascaris Lumbricoides yaitu sebanyak 6 orang (60,0%) yang terinfeksi, jenis Trichuris Trichiura sebanyak 2 orang (20,0%), Sedangkan jenis Ancylostoma Duodenale sebanyak 1 orang (10,0% ) dan Necator Americanus sebanyak 1 orang (10,0%).

Soil transmitted helminths (STH) adalah kelompok parasit cacing nematoda yang menyebabkan infeksi pada usus manusia yang ditularkan melalui tanah. Penularan melalui kontak dengan telur parasit atau larva yang berkembang di tanah yang hangat dan lembab.

Cara yang paling baik dalam memutus rantai penularan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, antara lain dengan menjaga kebersihan diri misalnya mencuci tangan dengan sabun selesai bermain dan menggunting kuku secara rutin (Alfiani, 2008).

Intervensi untuk mencapai pengendalian infeksi STH dengan meningkatkan ketersediaan air bersih, sanitasi dan higiene secara terintegrasi sangat diperlukan. Program untuk memutus siklus penyebaran infeksi parasit usus yaitu WASHED (water, sanitation, hygiene education, and deworming) (Novianty dkk., 2017):

a. Air. Akses tersedianya air bersih untuk mencuci tangan dan membersihkan makanan dan peralatan makan untuk meminimalkan reinfeksi.

b. Sanitasi. Jamban dan septic tank membantu menjaga feses manusia yang terinfeksi dari daerah tempat tinggal, bekerja dan bermain, sehingga meminimalkan risiko reinfeksi pada individu dan mencegah infeksi baru

c. Edukasi Higiene. Promosi edukasi tentang higiene perorangan dan lingkungan di masyarakat daerah endemik STH. Jika masyarakat endemik melakukan higiene yang benar, akan mengurangi risiko reinfeksi dan mencegah infeksi baru.

d. Deworming. Deworming dengan obat cacing broadspectrum seperti albendazole dan mebendazole membunuh cacing usus pada individu yang terinfeksi, sehingga mengurangi jumlah individu terinfeksi dengan intensitas tinggi yang dapat menyebarkan infeksi kepada orang lain.

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan feses pada 33 siswa kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya terhadap infeksi cacing usus yang dihubungkan dengan kebiasaan mencuci tangan dapat disimpulkan :

1. Sebagian besar responden kebiasaan cuci tangan yang kurang baik yaitu sebanyak 19 orang (57,6%)

2. Jenis cacing yang menginfeksi siswa adalah Ascaris Lumbricoides yaitu sebanyak 6 orang (60,0%).

3. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan infeksi kecacingan siswa kelas 1 dan 2 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat di ambil beberapa saran sebagai berikut:

1. Melakukan penyuluhan sebagai tindakan pencegahan infeksi kecacingan terhadap siswa kelas 1 SDN Dukuh Kupang 5 Surabaya terutama yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan setelah beraktivitas

2. Perlu adanya motivasi dan dukungan dari orang tua serta pihak sekolah dalam pencegahan infeksi kecacingan

DAFTAR PUSTAKA

Alfiani, Y. 2008. Hubungan Faktor Risiko dengan Terjadinya Infeksi Soil Transmitted Helminth pada Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Undaan Kecamatan Turen Malang Selatan). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

Budiarto, Eko, 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Dalam: Arlinda Sari Wahyuni. 2007. Statistika Kedokteran

Ogunsola, F. T,2008. Comparison of four methods of hand washing in situations inadequate water supply. West African Journal of Medicine.;27(1):24-8 Gandahusada S. Ilahude H, Herry D dan Pribadi W 2004, Parasitologi

Kedokteran. FK UI, Jakarta

Jalaluddin. 2009. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhoksumawe. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.7 No. 2, p. 769 – 774

Nicholas Midzi, Sekesai Mtapuri-Zinyowera, Munyaradzi P Mapingure, Noah H Paul, Davison Sangweme, Gibson Hlerema, et al. 2011. Knowledge attitudes and practices of grade three primary school children in relation to schistosomiasis, soil transmitted, helminthiasis and malaria in Zimbabwe. BMC Infectious Disease.;11(169):1471-2334

Rasmaliah. Ascariasis dan Upaya Penanggulanganya. 2001. Universitas Sumatera Utara

Salbiah. 2008. Hubungan Karakterisitk Siswa dan Sanitasi Lingkungan dengan Infeksi Cacingan Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Medan Belawan. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Siregar B. 2008. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Murid SD Negeri 06 Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis Tahun 2008. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara

Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press.

Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 4. Surabaya : Airlangga University Press

Supali T, Margono SS, 2008. Abidin SA. Nematoda Usus. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Editor; Sutanto I, Ismid IS, et al. Jakarta; Balai Penerbit FKUI : 16-8

Tietjen., Linda., dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Dengan Sumber Daya Terbatas. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

World Health Organization. 2009. World Health Statistics. Geneva

Yulianto, E. 2007. Hubungan higiene sanitasi dengan kejadian penyakit cacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembalang Kota Semarang tahun ajaran 2006/2007. Disertasi. Universitas Negeri Semarang Zukhriady Rahmad. 2008. Hubungan Higiene Perorangan Siswa dengan Infeksi

Kecacingan Anak SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Pengantar Kuesioner

PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian infeksi Cacing Usus Pada Siswa SDN Dukuh Kupang V Surabaya.

Yth. Wali Murid di SDN Dukuh Kupang V Surabaya,

Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian infeksi Cacing Usus Pada Siswa SDN Dukuh Kupang V Surabaya” saya yakin penelitian ini memiliki manfaat yaitu dapat menambah pengetahuan ibu dan adik-adik tentang Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian infeksi Cacing Pada Anak sehingga para ibu dapat lebih perhatian terhadap pengasuhan pada anaknya. Oleh sebab itu saya berharap kesediaan orang tua yang memiliki anak kelas 1 untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Apabila orang tua bersedia, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan subjek penelitian

Lampiran 3. Surat Persetujuan Menjadi Responden

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian Infeksi Cacing Usus Pada Siswa SDN Dukuh Kupang V Surabaya” saya bersedia untuk diambil feses serta diminta untuk mengisi kuesioner serta menjawab pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian infeksi cacing pada anak sekolah dasar. Saya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya serta bersedia untuk memberikan sampel feces dalam botol berlabel yang disediakan. Botol yang telah berisi feces dikumpulkan kepada Guru disekolah esok harinya. Memahami bahwa penelitian ini tidak membawa resiko. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, penelitian akan dihentikan dan peneliti akan memberikan dukungan.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan dan kerahasiannya ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan di tulis pada instrument penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di tempat yang aman. Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan semua hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan memuaskan. Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.

Surabaya, Responden

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN SEBELUM MAKAN DENGAN KEJAIDAN INFEKSI CACING USUS PADA ANAK SDN

DUKUH KUPANG V SURABAYA

Petunjuk pengisian kuesioner :

1. Sebelum menjawab pertanyaan, bacalah terlebih dahulu pertanyaan yang diteliti.

2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap benar dengan memberikan tanda silang (X)

3. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner mohon dilakukan dengan memberikan jawaban yang sejujurnya.

4. Mohon diteliti ulang, agar tidak ada pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.

5. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada unsur paksaan maupun rekayasa, demi tercapainya hasil yang diharapkan. 6. Data yang dikumpulkan semata-mata untuk keperluan ilmiah yang kami

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian :

1. Peneliti menanyakan pertanyaan yang terdapat dibawah ini 2. Jawaban diisi sesuai dengan jawaban responden

3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban responden

Identitas Responden

No. Responden (diisi oleh peneliti)

1. Apakah mencuci tangan sebelum dan setelah beraktifitas ? a. Ya b. Tidak

2. Apakah mencuci tangan menggunakan sabun ? a. Ya b. Tidak

3. Apakah mencuci tangan menggunakan air yang mengalir ? a. Ya b. Tidak

4. Apakah mencuci tangan menggunakan air bekas cucian ? a. Ya b. Tidak

5. Apakah mencuci tangan setelah bermain dengan tanah ? a. Ya b. Tidak

6. Apakah mencuci tangan setelah memegang hewan dan kotoran hewan ? a. Ya b. Tidak

7. Apakah mencuci tangan setelah membuang sampah ? a. Ya b. Tidak

8. Apakah mencuci tangan setelah buang air kecil dan buang air besar ? a. Ya b. Tidak

9. Apakah mencuci tangan menggunakan langkah yang benar seperti berikut: 1) Basuh Tangan dengan air dan tuangkan sabun secukupnya

2) Ratakan dengan kedua telapak tangan dan gosok kedua telapak dan sela-sela jari

3) Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci

4) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

5) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya

6) Bilas kedua tangan dengan air

7) Keringkan dengan handuk/tissue sekali pakai sampai benar-benar kering 8) Gunakan handuk/tissue tersebut untuk menutup kran

a. Ya b. Tidak

10. Apakah mencuci tangan sebelum makan ? a. Ya b. Tidak

11. Apakah mencuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan ? a. Ya b. Tidak

12. Apakah mencuci tangan sebelum dan setelah memegang bahan mentah? a. Ya b. Tidak

13. Apakah mencuci tangan setelah pulang bepergian ? a. Ya b. Tidak

14. Apakah mencuci tangan sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka ?

a. Ya b. Tidak

15. Apakah setelah mencuci tangan dikeringkan menggunakan tisu ? a. Ya b. Tidak

Lampiran 9. Data SPSS

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 6 Tahun 4 12.1 12.1 12.1 7 Tahun 20 60.6 60.6 72.7 8 Tahun 9 27.3 27.3 100.0 Total 33 100.0 100.0 Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 24 72.7 72.7 72.7

Perempuan 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kebiasaan Cuci Tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 14 42.4 42.4 42.4

Tidak 19 57.6 57.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Infeksi Cacing Usus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak 23 69.7 69.7 69.7 Ya 10 30.3 30.3 100.0 Total 33 100.0 100.0 Jenis Cacing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ascaris Lumbricoides 6 60.0 60.0 60.0

Trichuris Trichiura 2 20.0 20.0 80.0

Ancylostoma Duodenale 1 10.0 10.0 90.0

Necator Americanus 1 10.0 10.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kebiasaan Cuci Tangan *

Infeksi Cacing Usus 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%

Kebiasaan Cuci Tangan * Infeksi Cacing Usus Crosstabulation

Infeksi Cacing Usus

Total

Tidak Ya

Kebiasaan Cuci Tangan Ya Count 13 1 14

% within Kebiasaan Cuci

Tangan 92.9% 7.1% 100.0%

Tidak Count 10 9 19

% within Kebiasaan Cuci

Tangan 52.6% 47.4% 100.0%

Total Count 23 10 33

% within Kebiasaan Cuci

Tangan 69.7% 30.3% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.175a 1 .013 Continuity Correctionb 4.418 1 .036 Likelihood Ratio 6.993 1 .008

Fisher's Exact Test .021 .015

Linear-by-Linear Association 5.988 1 .014

N of Valid Casesb 33

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.24. b. Computed only for a 2x2 table

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .433 .132 2.671 .012c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .433 .132 2.671 .012c

N of Valid Cases 33

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Dokumen terkait