• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah sampel yng terkumpul dalam penelitian ini telah memenuhi batas minimum sampel yaitu 390 orang dengan distribusi berdasarkan usia dan jenis kelamin cukup merata. Sebanyak 32,8 % anak berusia 12 tahun, 34,1 % berusia 13 tahun, dan 33,1 % berusia 14 tahun. Sebanyak 50,8 % sampel memiliki jenis kelamin perempuan dan 49,2 % memiliki jenis kelamin laki-laki (Tabel 2).

Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata jumlah DMFT tertinggi dimiliki anak kelompok III sebesar 4,87 diikuti Kelompok II dengan rata-rata DMFT 4,61, dan kelompok I dengan rata-rata DMFT 1,51. Komponen D (Decay) merupakan komponen dengan nilai tertinggi dari setiap kelompok anak. Anak yang masuk dalam kelompok II dan III memiliki perbedaan rerata DMFT yang hampir sama (Tabel 3). Keadaan gigi dalam komponen D (Decay) menggambarkan gigi dalam keadaan karies, karies sekunder, tambalan sementara, gigi yang telah ditambal pada suatu permukaan sedangkan permukaan lain pada gigi yang sama mengalami karies yang masih dapat ditambal. Keadaan-keadaan tersebut dapat menjadi penyebab perbedaan rerata DMFT yang hampir sama antar kelompok II dan III. Keadaan M (Missing) menggambarkan gigi permanen yang telah dan harus dicabut karena karies, sedangkan komponen F (Filling) menggambarkan gigi permanen yang telah ditambal dan dalam keadaan baik.29

Nilai rerata komponen F (Filling) pada kelompok II dan III merupakan nilai terendah, ini menunjukkan kesadaran anak maupun orang tua masih sangat rendah untuk melakukan perawatan terhadap gigi yang karies. Sebaliknya nilai komponen M (Missing) pada kelompok II dan III merupakan yang tertinggi setelah komponen D, ini menunjukkan bahwa anak maupun orang tua menjadikan pencabutan sebagai pilihan ketika keadaan gigi anak sudah parah. Keadaan anak yang mengalami karies yang dalam sebelum dilakukan pencabutan dapat memberikan kontribusi yang buruk

Rerata PUFA pada anak-anak kelompok III sebesar 1,75 dengan komponen P (keterlibatan pulpa) memiliki nilai terbesar yaitu 1,60. Komponen ulserasi, abses, fistula, dan abses masing-masing sebesar 0,001, 0,05, dan 0,10 (Tabel 3). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monse et al, dengan komponen P memiliki rerata tertinggi diantara komponen lainya yaitu 0,8.1 Hasil ini menunjukkan bahwa hampir seluruh anak dalam kelompok III rata-rata memiliki dua gigi dengan karies yang tidak terawat.

Uji Chi square digunakan untuk melihat perbedaan IMT pada kelompok anak dengan DMFT tanpa PUFA dan anak yang memiliki PUFA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,7% anak dengan IMT dibawah normal merupakan anak dalam kelompok III. Sebanyak 34,0% anak dengan IMT tergolong normal merupakan anak dalam kelompok II, dan sebanyak 42,0% anak dengan IMT diatas normal merupakan anak dalam kelompok I. Secara statistik menunjukkan ada perbedaan IMT yang bermakna antar kelompok yang memiliki DMFT dengan PUFA dan tanpa PUFA, p > 0,05 (Tabel 4).

Menurut penelitian yang dilakukan olah Dua R et al, anak dengan karies mencapai pulpa memiliki resiko yang lebih besar memiliki IMT dibawah normal dibanding anak tanpa keries mencapai pulpa.9 Penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan sebanyak 53,7% anak dengan IMT dibawah normal tergolong anak yang memiliki DMFT dan PUFA, lebih besar dibandingkan dengan IMT anak yang tidak memiliki PUFA (Tabel 4). Data tersebut menunjukkan bahwa kelompok anak yang memiliki DMFT dan PUFA memiliki persentase IMT dibawah normal lebih besar dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki DMFT.

Sebanyak 34% anak dalam kategori normal merupakan anak dari kelompok II sedangkan 32,8% anak kategori normal merupakan anak dari kelompok III. Hal sebaliknya dijumpai pada kategori diatas normal, 29,6% anak kategori diatas normal merupakan anak kelompok III. Sedangkan 28,4% anak kategori diatas normal merupakan anak kelompok II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok II dan III juga mampu memengaruhi IMT anak diatas normal tetapi tidak sebesar kelompok I.

Berdasarkan data yang ada, jumlah sampel perempuan dalam kelompok III lebih besar daripada laki-laki yaitu, 79 perempuan dan 58 laki-laki, sedangkan pada kelompok II jumlah perempuan dan laki-laki seimbang yaitu 64 orang anak. Keadaan tersebut dapat menjadi penyebab lebih tingginya jumlah anak kelompok III yang tergolong diatas normal. Anak perempuan tidak seaktif laki-laki dalam berolahraga.10 Usia 12-14 tahun tergolong masa pubertas dimana kondisi psikologis akan berubah serta tubuh anak akan menjadi seperti orang dewasa.

Uji normalitas dilakukan untuk melihat data terdistribusi normal atau tidak menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Hasil uji menunjukkan data tidak terdistribusi normal, oleh sebab itu digunakan uji nonparametrik korelasi Spearman untuk melihat seberapa erat hubungan IMT dengan DMFT dan PUFA. Secara statistik korelasi antara IMT dengan rerata DMFT memiliki korelasi bernilai negatif dengan p > 0,05 dan tidak bermakna (Tabel 5). Korelasi yang bernilai negatif menunjukkan hubungan yang terbalik antara IMT dengan DMFT. Semakin tinggi skor DMFT maka IMT akan semakin rendah. Hasil yang sama dijumpai pada korelasi IMT dengan PUFA yang menunjukkan nilai korelasi negatif dengan p > 0,05 dan tidak bermakna ( Tabel 5). Penelitian yang dilakukan oleh Dua R et al, menunjukkan hasil yang berbeda dengan peneliti dengan korelasi bernilai positif dan tidak signifikan antara IMT dengan PUFA sebesar 0,068 dengan p = 0,499. Sampel yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dua R et al adalah 100 orang anak berusia 4-14 tahun sehingga kemungkinan ditemukannya PUFA dalam penelitian tersebut sedikit sehingga menggambarkan korelasi yang berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti.9

Distibusi rerata DMFT dan PUFA berdasarkan usia anak menunjukkan bahwa anak berusia 13 tahun memiliki rerata DMFT dan PUFA tertinggi diantara dua kelompok usia lainya (Tabel 6). Sebanyak 128 orang anak berusia 12 tahun memiliki rata-rata DMFT sebesar 3,55, 133 orang anak berusia 13 tahun memiliki rerata DMFT sebesar 4,10, meningkat sesuai bertambahnya usia anak, namun pada pada 129 orang anak berusia 14 tahun dijumpai penurunan rerata DMFT menjadi 3,39

Anak berusia 12 tahun memiliki rerata PUFA 0,41, anak beruia 13 tahun memiliki rerata PUFA 0,81, dan anak beusia 14 tahun memiliki rerata PUFA 0,57. Keadaan tersebut menunjukkan penurunan rerata antara usia 13 dan 14 tahun.

Secara epidemiologis menunjukkan peningkatan prevalensi karies seiring bertambahnya usia. Gigi yang sedang erupsi paling rentan karies karena sulit untuk dibersihkan sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi tetangganya.13 Gigi permanen yang akan erupsi pada usia 12-14 tahun antara lain; gigi caninus rahang atas (11-12 tahun), premolar dua rahang atas (10-12 tahun), premolar satu rahang bawah (10-12 tahun), premolar dua rahang bawah (11-12 tahun), sedangkan gigi molar dua rahang atas dan bawah akan erupsi pada usia 12-13 tahun. Anak dengan banyak gigi yang sedang tumbuh akan terasa sakit, sulit dibersihkan sehingga angka DMFT akan meningkat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan peningkatan rerata DMFT seiring meningkatnya usia 12 tahun ke 13 tahun, namun terjadi penurunan rerata DMFT pada usia 14 tahun.28 Banyak faktor yang dapat memengaruhi keadaan tersebut diantaranya jenis kelamin yang berkaitan dengan keadaan hormonal yang terjadi pada perempuan pada usia tersebut, keadaan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan dan pendidikan. Jumlah sampel perempuan yang ada pada usia 13 dan 14 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu, usia 13 jumlah sampel perempuan 73 laki-laki 60, usia 14 jumlah sampel perempuan 69 dan laki-laki 60. Pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.13

Faktor lain yang meningkatkan resiko karies adalah konsumsi gula yang tinggi. Konsumsi gula yang meningkat diiringi dengan peningkatan karies gigi sering dijumpai pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Negara dengan konsumsi gula kurang dari 18 kg/orang/tahun, memiliki pengalaman karies yang konsisten rendah. Cara konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tinggi terbukti meningkatkan angka pengalaman karies.11

keterlibatan pulpa terjadi pada usia 13-16 tahun pada saat semua gigi permanen telah erupsi.5 Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil yang didapat oleh peneliti pada usia anak 14 tahun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil uji yang dilakukan untuk melihat hubungan antara usia anak dengan rerata DMFT dan PUFA menunjukkan hasil yang tidak bermakna dengan p > 0,05. Uji yang dilakukan adalah uji Kruskal Wallis karena sebaran data tidak normal (Tabel 6)

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa perempuan memilki rerata DMFT dan PUFA yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan rerata DMFT dan PUFA (p=0,017, dan p=0,031). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Benzian et al di Filipina, dimana dijumpai rerata DMFT anak perempuan lebih tinggi 0,08 daripada laki-laki.10 Rerata DMFT anak perempuan adalah 3,99 lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki sebesar 3,36 (Tabel 7). Jenis kelamin perempuan memiliki rerata PUFA sebesar 0,72 dan laki-laki sebesar 0,47. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata setiap anak memiliki satu gigi karies yang tidak dirawat. Banyak faktor yang memengaruhi keadaan tersebut seperti waktu erupsi gigi permanen. Waktu erupsi gigi permanen anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki sehingga gigi anak perempuan lebih lama dalam mulut dan lebih cepat terpapar oleh faktor resiko terjadinya karies. 29

Berat badan yang rendah dibawah normal merupakan hasil dari faktor-faktor yang kompleks. Kebersihan lingkungan yang rendah, kurangnya makanan yang bernutrisi, infeksi saluran pernafasan dan infeksi lainya dapat mempengaruhi perbedaan berat badan antara laki-laki dan perempuan.10

American Academy of Pediatric Dentistry mengeluarkan protokol penanganan

karies untuk membantu memutuskan perawatan yang dilakukan terhadap anak sesuai dengan usia dan resiko karies anak. Penanganan karies gigi yang lebih modern harus lebih konservatif dan termasuk deteksi dini terhadap lesi karies nonkavitas, mengidentifikasi resiko perkembangan karies anak, dan tindakan preventif untuk mencegah berkembangnya karies.30 Hasil penelitian yang ada diharapkan berguna

dibutuhkan seperti pencabutan, restorasi, dan perawatan endodonti tergantung dengan ketersediaan sistem dan peralatan yang ada.30

Banyak penelitian menunjukkan bahwa karies mencapai pulpa yang tidak terawat memengaruhi kualitas hidup dan pertumbuhan anak secara umum. Benzian et

al menyebutkan bahwa anak-anak dengan karies yang melibatkan pulpa

meningkatkan resiko anak dengan berat badan rendah dibawah normal dibandingkan anak tanpa melibatkan pulpa.5 Penelitian yang dilakukan peneliti tidak menunjukkan korelasi yang signifikan antara IMT anak dengan DMFT dan PUFA, oleh sebab itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menemukan hubungan yang ada.

Dokumen terkait