• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMAT PERSIAPAN PELAKSANAAN MENGAJAR MODEL ROPES

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh peneliti sendiri maupun sampel yang dijadikan dalam penelitian ini. Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan wawancara, peneliti tidak mengetahui kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan dalam wawancara di samping keterbatasan-keterbatasan dalam hal dana, kemampuan dan lain-lain.

Sedangkan keterbatasan dari sampel yang dijadikan dalam penelitian ini adalah karena sampel penelitian ini tidak terlalu banyak waktu luang ketika menanyakan maupun ketika melakukan wawancara, sehingga penelitian ini masih kurang sempurna. Akan tetapi peneliti masih tertolong dengan hasil pengamatan yang dilakukan secara mendalam terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan dalam masalah implementasi manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut.

cxxxiii BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut Seituan adalah lebih cenderung sebagai konsep teknologi, yakni suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran, terutama dalam bidang kompetensi pembelajaran ámaliyah. Membaca dan mendeskripsikan serta mendesain metode-metode ceramah ilmiah. Seorang guru pendidikan agama Islam dalam mendudukkan nilai-nilai keIslaman menggunakan teori perencanaan pembelajaran terutama pada mata pelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri sebagai teknologi yang mendorong peserta didik untuk mencari literatur-literatur yang berkenaan dengan metode-metode dakwah

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut Seituan adalah menggunakan model ROPES yang memuat di antaranya review, overview, presentation, exercise dan summary.

3. Pengawasan yang dihadapai kepala sekolah dan guru-guru PAI dalam mengimplementasikan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut Seituan adalah menggunakan directing atau commanding.

4. Koordinasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut Seituan adalah koordinas pembelajaran pendidikan yang beriorientasi kepada hubungan stakeholder/pemangku jabatan, antara wakasek dengan kepsek, antara guru dan kepsek dan antar wakasek dengan guru-guru PAI 5. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut

Seituan adalah evaluasi perangkat kerja pembelajaran dengan menggunakan observasi dan data interview.

cxxxiv B. Saran-Saran

1. Kepala Sekolah

a. Hendaknya dalam perencanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam hendakanya tidak saja dalam bentuk metode pembelajaran dakwah yang ditekankan, tapi juga bagaimana bentuk efektifitas pembelajaran tersebut dapat berpengaruh besar ke dalam pribadi peserta didik sebagai sunnah Allah, yang berpengertian terhadap pembentukan karakter pribadi peserta didik yang berakhlak, berbudi pekerti, sopan dan santun baik kepada orang tua, guru maupun masyarakat pendidikan lainnya.

b. Hendaknya pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam tidak harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah sampai dengan guru, tapi juga harus menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat pendidik. Pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya sebatas menggunakan model ROPES tapi juga bisa menggunakan model cooperative learning, karena pada intinya adalah menunjukkan kebersamaan dalam mendidikkan nilai-nilai kebaikan secara bersama

c. Hendaknya pengawasan dalam manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam sebaiknya meningkatkan intensitas pengawasan internal dalam lingkungan kelas. Dan bisa juga melaksanakan pengawasan tidak harus dilaksanakan melalui monitoring atau supervisi, tapi juga harus melakukan pengawasan secara inspeksi mendadak bagi kepala sekolah terhadap guru/pendidik, karena masih banyak ditemukan para pendidik yang kurang memahamkan metode bahan ajar kepada peserta didik d. Hendaknya koordinasi manajemen pembelajaran pendidikan agama

Islam seharusnya melakukan kolaborasi antara stake holder dan show holder melalui seminarisasi, penyuluhan, pengayaan, pendidikan dan latihan

e. Hendaknya evaluasi manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam seharusnya menggunakan evaluasi akhir penilaian praktikum, bukan

cxxxv

evaluasi akhir penilaian konsep yang telah dibuat. Karena antara tuntutan untuk membuat perangkat pembelajaran dengan aplikasi berbeda di lapangan, dengan demikian sebaiknya evaluasi tersebut menggunakan observasi langsung ke kelas. Dari seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, koordinasi, dan evaluasi dapat disimpulkan melalui saran-saran agar upaya seluruh komponen dalam hasil penelitian ini dapat mengangkat kredibilitas guru/pendidik dalama memahamkan seluruh media pembelajaran walaupun dengan konsep yang berbeda-beda.

2. Sekolah

a. Sebaiknya dalam perencanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah tersebut membuat suatu rumusan yang bertujuan untuk meningkatkan tidak hanya sebatas kompetensi pedagogic guru, tapi juga harus mampu bagaimana implementasi pembelajaran tersebut dapat memberikan efek kepada peserta didik dalam mendudukkan nilai-nilai keagamaan di mata masyarakat

b. Sebaiknya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan tersebut dapat berintegritas dengan sekolah-sekolah lain terutama dalam evaluasi, pemantapan, pengayaan dan pengolahan data-data yang terkait dengan mata pelajaran agama 3. Guru

a. Hendaknya bagi guru mata pelajaran agama lebih mengedepankan/memperbanyak matrikulasi atau tambahan pelajaran di luar jam pembelajaran, dan sebaiknya memperbanyak praktikum-praktikum seperti praktik ibadah, karena pada inteksitasnya bahwa praktikum dari pembelajaran agama tersebut merupakan satu teksturistis dalam pengembangan pembelajaran.

b. Hendaknya dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam, sebaiknya bagi guru dapat memperbanyak metode kisah dalam strategi pembelajaran agama tersebut, karena dalam metode kisah, para peserta

cxxxvi

didik akan lebih banyak mengenal tokoh-tokoh Islam dalam memahamkan pendidikan agama

c. Hendaknya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, para guru agama lebih mengutamakan konsep pengayaan, pengolahan materi-materi. Jadi tidak hanya memusatkan bagaimana merubah karakter peserta didik, tapi juga harus mampu memahamkan dan menanamkan nilai-nilai karakter tersebut di mata masyarakat, jadi tidak hanya untuk diri mereka sendiri.

cxxxvii