• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengujian Karakteristik Dinding

Pengukuran dan Penimbangan Benda Uji

Sebelum dilakukan pengujian, benda uji diukur dan dilakukan penimbangan untuk mengetahui perbedaan berat dari kedua jenis dinding tersebut. Hasil pengukuran dan penimbangan dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding pasangan bata

Benda Uji Ukuran (cm) Berat (kg)

Panjang Tinggi Tebal

1 36 25 13.5 23.7 2 38 25 14.0 24.9 3 36 26 12.0 22.5 4 35 25 13.5 23.9 5 36 25 13.5 23.8 6 36 25 13.5 23.8 Rata-rata 23.7

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai panjang, lebar dan tebal dinding pasangan bata pada beberapa benda uji tidak sesuai dengan ukuran rencana, yaitu 36 x 25 x 13.5 cm, seperti pada benda uji no. 2, 3 dan 4. Namun, perbedaan ukuran benda uji tersebut masih dapat ditoleransi karena perbedaannya kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena pembuatannya dilakukan secara manual (human error). Pada hasil penimbangan berat uji diperoleh berat rata-rata sebesar 23.7 kg.

15 Tabel 3 Hasil pengukuran dan penimbangan dinding kaleng minuman

Benda Uji Ukuran (cm) Berat (kg)

Panjang Tinggi Tebal

1 36 25 11 11.8 2 36 25 11 11.0 3 36 25 11 12.3 4 36 25 11 11.5 5 36 25 11 11.9 6 36 25 11 12.1 Rata-rata 11.7

Pada benda uji dinding kaleng minuman memiliki ukuran yang sama sesuai dengan rencana yaitu 36 x 25 x 11 cm. Hal ini dikarenakan pada saat pembuatan menggunakan bantuan cetakan atau bekisting sehingg ukurannya lebih akurat. Pada hasil penimbangan berat uji diperoleh berat rata-rata sebesar 11.7 kg, sehingga berat dinding kaleng 50.63% lebih ringan dibanding dinding pasangan bata.

Bila kedua hasil dinding tersebut dibandingkan, tebal dinding kaleng minuman lebih tipis dibanding dinding bata. Hal ini disebabkan ukuran dan bentuk kaleng minuman berbeda dengan bata merah. Kaleng minuman berbentuk silinder dengan diameter 6.5 cm dan tinggi 11.5 cm, sedangkan bata merah berbentuk balok dengan panjang 19 cm, lebar 10 cm dan tebal 5 cm. Selain itu, cara penyusunan masing-masing material juga berbeda, sehingga ketebalan dinding akhir yang dihasilkan akan berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 12 Perbedaan cara penyusunan (a) kaleng minuman dan (b) bata merah

Berat rata-rata dinding kaleng minuman juga jauh lebih ringan dibandingkan dinding bata Hal ini dikarenakan dinding kaleng menggunakan bahan yang sangat ringan yaitu kaleng minuman yang terbuat dari aluminium sedangkan dinding bata menggunakan material bata merah yang terbuat dari tanah lempung. Semakin ringan berat dinding akan mengurangi beban yang ditumpu struktur bangunan tersebut sehingga akan mempengaruhi dimensi kolom, balok dan pondasi dan serta biaya bangunan tersebut. Menurut Suyono (1984), beberapa faktor pemilihan jenis pondasi antara lain didasarkan pada batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya yaitu beban yang harus ditopang dan waktu dan biaya pelaksanaan

16

pekerjaan. Dimensi struktur yang kecil dan ketebalan dinding yang tipis tersebut akan berdampak positif pada ruangan yang dibentuknya yaitu akan menjadi lebih luas.

Kuat Tekan Dinding Pengisi

Uji tekan adalah cara untuk mengetahui sifat mekanik suatu bahan. Kekuatan tekan material adalah gaya per satuan luas yang dapat menahan kompresi dan ketika batas kuat tekan tercapai, maka bahan akan terdeformasi atau mengalami perubahan bentuk. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan

nilai kuat tekan (fc’)disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksimum dinding pasangan bata adalah 4 200 N, dan 4 200 N, sedangkan dinding kaleng minuman adalah sebesar 2 400 N, 2 900 N, 2 900 N. Dari hasil tersebut, beban maksimum dinding bata jauh lebih besar dibandingkan dinding kaleng minuman. Kemudian dengan menggunakan persamaan 1

diperoleh nilai kuat tekan (fc’) sebesar 2.346 MPa dan 2.280 MPa untuk dinding pasangan bata, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar 2.313 MPa. Nilai kuat tekan dinding kaleng minuman sebesar 1.904 MPa, dan 1.906MPa, sehingga kuat tekan (fc’) rata-ratanya adalah sebesar 1.905 MPa.

Tabel 4 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat tekan dinding Benda Uji b (mm) h (mm) W (N) Pu (N) Pu+W (N) Faktor Pengali fc' (Mpa) Dinding Bata 1 350 135 234.22 4 200 4 434.22 25 2.346 2 360 135 233.24 2 800 3 033.24 25 1.560* 3 360 135 233.24 4 200 4 433.24 25 2.280 Rata-rata 2.313 Dinding Kaleng 1 360 110 112.70 2 400 2 512.70 25 1.586* 2 360 110 116.62 2 900 3 016.62 25 1.904 3 360 110 118.58 2 900 3 018.58 25 1.906 Rata-rata 1.905

* Data tidak digunakan karena memiliki perbedaan yang sangat besar dengan kedua data dari benda uji lainnya

Bila ditinjau hasil tersebut, nilai kuat tekan dinding kaleng minuman lebih kecil dibandingkan nilai kuat tekan dinding pasangan bata. Hal tersebut disebabkan kaleng memiliki rongga didalamnya dan hanya terdiri dari lembaran tipis aluminium sehingga sangat mempengaruhi kekuatan dari dinding kaleng tersebut. Berbeda dengan bata merah yang berwujud padat dan keras, sehingga memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar. Walaupun

17 demikian, dinding kaleng minuman tetap dapat digunakan sebagai dinding pengisi karena dinding tersebut tidak menopang beban sehingga tidak membutuhkan kuat tekan yang terlalu besar, asalkan dinding tersebut mampu menopang beratnya sendiri. Selain itu, dinding kaleng minuman dengan plesteran 1 PC : 5 PP ini dapat diterapkan sebagai dinding pengisi biasa yang terletak di dalam bangunan dan tidak terkena paparan air karena perbandingan campuran plesteran tersebut tidak kedap terhadap air.

Menurut hasil penelitian Nur (2008) diperoleh nilai kuat tekan dinding pasangan bata sebesar 0.750 hingga 2.870 MPa. Jika dibandingkan dengan literatur tersebut, hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk kedua jenis dinding masuk dalam rentang nilai kuat tekan tersebut. Selain itu, menurut Wisnumurti (2007) kuat tekan dinding pasangan bata dengan campuran mortar 1PC : 5 PP adalah sekitar 20 kg/cm2 atau sama dengan 1.96 MPa. Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, untuk dinding pasangan bata memiliki kuat tekan lebih besar dibandingkan dengan literatur tersebut, sedangkan dinding kaleng minuman lebih rendah. Bila suatu dinding pengisi memiliki nilai kuat tekan yang rendah sehingga tidak mampu menahan bebannya sendiri, maka akan terjadi kegagalan. Pada dinding akan terjadi pendistribusian beban dari atas hingga ke bagian paling bawah dari dinding. Karakteristik kegagalan pada dinding akibat beban berupa tekanan, memiliki bentuk retak vertikal pada pertengahan tinggi dan sejajar dengan siar tegak (Wisnumurti 2007).

Kuat Lentur Dinding Pengisi

Menurut Haygreen dan Bowyer (1993) kekuatan lentur adalah suatu nilai yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan hingga dibawah batas proporsi. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB. Beban maksimum (Pu) yang diperoleh dari hasil pengujian dan hasil perhitungan nilai kuat lentur (flt) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai beban maksimum dan hasil perhitungan nilai kuat lentur dinding Benda Uji b (mm) h (mm) l (mm) W (N) Pu (N) Pu+W (N) Faktor Pengali Flt (Mpa) Dinding Bata 1 135 250 180 232.26 1 500 1732.26 25 0.924 2 140 250 190 244.02 1 600 1844.02 25 1.001 3 120 260 180 220.50 1 800 2020.50 25 1.121 Rata-rata 1.015 Dinding Kaleng 1 360 110 180 115.64 1 800 1915.64 25 1.254 2 360 110 180 107.80 1 800 1907.80 25 1.249 3 360 110 180 120.54 2 000 2120.54 25 1.388 Rata-rata 1.297

18

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, beban maksmimum dinding pasangan bata adalah 1 500 N, 1 600 N, dan 1 800 N, sedangkan dinding kaleng minuman adalah 1 800 N, 1 800 N, dan 2000 N. Dari hasil tersebut beban maksimum dinding kaleng minuman lebih besar dibandingkan dinding pasangan bata. Kemudian dengan menggunakan persamaan 2, diperoleh nilai kuat lentur dinding bata sebesar 0.924 MPa, 1.001 MPa, dan 1.121 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt) rata-rata sebesar 1.015 Kuat lentur dinding kaleng diperoleh nilai sebesar 1.254 MPa, 1.249 MPa dan 1.388 MPa, sehingga diperoleh nilai kuat lentur (flt) rata-rata sebesar 1.297 MPa.

Berdasarkan hasil tersebut, nilai kuat lentur dinding kaleng minuman lebih besar dibandingkan dinding pasangan bata, sehingga dinding kaleng minuman lebih baik dalam menahan beban horizontal berupa beban gempa. Hal ini disebabkan adanya peggunaan rangka bambu pada dinding kaleng minuman. Selain berfungsi menjaga vertikalitas dan melindungi susunan kaleng pada dinding, rangka bambu juga menyebabkan dinding pengisi tersebut memiliki nilai kuat lentur yang lebih baik jika dibandingkan dinding pasangan bata. Bambu merupakan bahan yang elastis hingga dapat menjadi material untuk rumah tahan gempa karena dapat bergerak menyesuaikan diri dengan guncangan yang terjadi. Namun, hasil kuat lentur dinding pasangan bata dengan plesteran yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mahendra (2012) yaitu sebesar 1.63 MPa, begitupula dengan nilai kuat lentur dinding kaleng minuman.

Nilai kuat lentur yang lebih rendah dibandingkan literatur tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan material yang berkualitas rendah. Kuat lentur pasangan bata yang dipengaruhi oleh kekuatan batu bata yang dapat ditentukan dari bahan campuran batu bata, komposisi bahan campura batu bata, proses pencetakan, pengeringan dan lamanya pembakaran, serta daya lekat permukaan bata dengan mortar dan komposisi campuran mortar yang digunakan dalam pasangan bata tersebut (Nur 2008). Pada dinding kaleng minuman dapat disebabkan oleh penggunaan bambu yang berkualitas rendah. Kandungan air yang berlebihan pada bambu dapat mempengaruhi kualitasnya, sehingga diperlukan proses pengeringan yang sempurna dan bila perlu dilakukan perlakuan khusus seperti pemberian cat minyak, atau bahan lainnya sebagai perlindungan tambahan. Selain itu, kuat lentur yang rendah juga dapat disebabkan oleh tidak homogennya campuran mortar yang digunakan pada penelitian karena pencampuran dilakukan secara manual dan tidak menggunakan mesin seperti molen. Rendahnya nilai kuat lentur dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dinding tersebut, namun bentuk retakan yang dihasilkan berbeda dengan retakan akibat kegagalan gaya tekan.

19 Analisis Harga Satuan Material dan Pekerja

Dinding Pasangan Bata

Analisis pekerjaan pemasangan dinding bata merah dan spesi dengan menggunakan harga satuan Kabupaten Bogor Tahun 2014, diuraikan sebagai berikut :

1. Ukuran bata merah yang dipakai adalah 20 cm x 10 cm x 5 cm. Dalam 1 m2 terdapat 80 buah bata merah dengan spesi 1 cm. Perhitungannya sebagai berikut :

10 000 cm2

(20 cm+1 cm)x(5 cm+1 cm)=79.36buah ≈80 buah

2. Jumlah bata merah didapat 79.36 buah, namun pada perhitungan harga material ini dibulatkan menjadi 80 buah. Harga bata merah per

buah adalah Rp795, maka dalam 1 m2memerlukan biaya sebesar : 80 buah x Rp795=Rp 63 600

3. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk spesi, perlu dihitung terlebih dahulu volume spesi yang dibutuhkan dengan ketebalan 1 cm. Perhitungannya sebagai berikut :

V.Dinding pas.bata=100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3 V. Bata total=(20 cm x 10 cm x 5 cm)x 80 buah= 80 000 cm3 volume spesi = 20 000 cm3 =0.02 m3 4. Harga satuan pasir adalah Rp232 617 per m3, dan harga PC adalah

Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada perhitungan dalam satuan per m3, konversi perhitungan sebagai berikut:

Semen = 50 kg 3 150kg

m3

= 0.01587 m3

Jadi 1 sak semen portland dengan berat 50 kg memiliki volume sebesar 0.01587 m3, sehingga diperoleh harga satuan semen per m3 sebesar Rp4 095 000.

5. Spesi yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP dengan ketebalan spesi 1 cm, sehingga volume pasir dan semen dengan perbandingan tersebut sebesar :

semen =1 6x 0.02 m 3= 0.0033 m3 pasir =5 6x 0.02 m 3= 0.0167 m3 Harga pasir = 0.0167 m3x Rp232 617 = Rp3 877.73 Harga semen = 0.0033 m3 x Rp4 095 000 = Rp13 513.5

6. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya sebagai berikut :

20

Tukang Batu = 0.1000 Oh x Rp114 000 = Rp11 400 Kepala Tukang = 0.0100 Oh x Rp132 000 = Rp1 320 Mandor = 0.0150 Oh x Rp150 300 = Rp2 254.5

Harga material dan upah tenaga kerja per 1 m2 untuk pekerjaan pasangan dinding bata merah dengan spesi 1 PC : 5 PP, adalah sebesar Rp127 325.73. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Analisis harga pekerjaan 1 m2dinding pasangan bata merah tebal ½ bata, 1 Pc : 5 PP

U R A I A N SAT VOLUME HARGA SAT. HARGA

Rp. Rp. Bata Merah Bh 80.000 795 63 600.00 Semen Portland m3 0.0033 4 095 000 13 513.50 Pasir Pasang m3 0.0167 232 617 3 877.73 Pekerja Oh 0.3200* 98 000 31 360.00 Tukang Batu Oh 0.1000* 114 000 11 400.00 Kepala Tukang Oh 0.0100* 132 000 1 320.00 Mandor Oh 0.0150* 150 300 2 254.50 Jumlah 127 325.73

* berdasarkan SNI 6897-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

Analisis pekerjaan plesteran dinding bata merah, diuraikan sebagai berikut : 1. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk plesteran,

perlu dihitung terlebih dahulu volume plesteran yang dibutuhkan dengan ketebalan 1,75 cm. Perhitungannya sebagai berikut :

V. dinding+plesteran =100 cm x 100 cm x 13.5 cm =135 000 cm3 V. dinding pas.bata =100 cm x 100 cm x 10 cm =100 000 cm3

volume plester=35 000 cm3 =0.035 m3

2. Harga satuan pasir adalah Rp 232 617 per m3, dan harga PC adalah Rp79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada perhitungan ini dalam satuan per m3sehingga harga satuannya menjadi sebesar Rp4 095 000. Konversi perhitungan sama seperti perhitungan spesi pasangan bata sebelumnya.

3. Plesteran yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP dengan ketebalan 1.75 cm, sehingga volume pasir dan semen dengan perbandingan tersebut sebesar :

semen =1 6x 0.035 m 3= 0.0058 m3 pasir =5 6x 0.035 m 3= 0.0292 m3 Harga semen= 0,0058 m3x Rp4 095 000 = Rp 23 751 Harga Pasir = 0,0292 m3 x Rp232 617 = Rp6 792.42

4. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya sebagai berikut :

21 Pekerja = 0.225 Oh x Rp98 000 = Rp22 050

Tukang Batu = 0.175 Oh x Rp114 000 = Rp19 950 Kepala Tukang = 0.0175 Oh x Rp132 000 = Rp2 310 Mandor = 0.01125Oh x Rp150 300 = Rp1 690.88

Nilai Volume yang digunakan merupakan hasil interpolasi antara volume pekerjaan pada ketebalan plester 2cm dan 1.5 cm, karena ketebalan plester yang digunakan adan 1.75 cm.

Harga material dan upah tenaga kerja per m2 untuk pekerjaan plesteran dinding bata merah dengan keteba1an 1.75 cm, 1 PC : 5 PP, adalah sebesar Rp76 544.29. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Analisis harga pekerjaan 1 m2 plesteran dinding bata merah, tebal 1.75 cm, 1 Pc : 5 PP

U R A I A N SAT VOLUME HARGA SAT. HARGA

Rp. Rp. Semen Portland m3 0.00580 4 095 000.00 23 751.00 Pasir Pasang m3 0.02920 232 617.00 6 792.42 Pekerja Oh 0.22500* 98 000.00 22 050.00 Tukang Batu Oh 0.17500* 114 000.00 19 950.00 Kepala Tukang Oh 0.01750* 132 000.00 2 310.00 Mandor Oh 0.01125* 150 300.00 1 690.88 Jumlah 76 544.29

* berdasarkan SNI 2837-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

Total harga pekerjaan per m2 untuk pekerjaan pemasangan dinding bata merah berikut dengan spesi dan plesteran adalah sebagai berikut :

Biaya Total= Rp127 325.73+Rp76 544.29 =Rp203 860

Dinding Kaleng Minuman

Analisis pekerjaan pemasangan dinding kaleng minuman dan plesteran, diuraikan sebagai berikut :

1. Ukuran kaleng yang digunakan adalah 6.5 cmdan tinggi 11.5 cm. Dalam 1 m2terdapat 125 buah sampah kaleng minuman tanpa spesi. Perhitungannya sebagai berikut :

(100cmx (100cm–2 cm )

(6.5 cm+0.3 cm)x 11.5 cm =125 buah

Nilai 0.3 merupakan nilai ketebalan kawat ayam pada saat membungkus kaleng sehingga diameter kaleng dan kawat ayam menjadi 6.8 cm. Selain itu, nilai 1 cm merupakan nilai ketebalan mortar yang digunakan sebagai alas atau perletakan dan pentup dinding kaleng.

2. Pada dinding kaleng akan diberikan dua asumsi dalam perhitungannya, yaitu :

22

Asumsi 1 : Kaleng yang digunakan merupakan sampah yang dikumpulkan sendiri sehingga memiliki harga satuan sebesar Rp0

Asumsi 2 : Kaleng dibeli dari pemulung dengan harga per kg sebesar Rp7 000. Dengan berat 1 kaleng sebesar 14 gram sehingga satu kg kaleng terdiri dari 72 buah. Harga satuan kaleng menjadi Rp98 per buah.

3. Jumlah kaleng yang digunakan untuk dinding per 1 m2 adalah sebanyak 125 buah. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku kaleng sebesar :

Asumsi 1 : 125 buah x Rp0 = Rp0 Asumsi 2 : 125 buah x Rp98 = Rp12 250

4. Pada dinding kaleng ini tidak menggunakan spesi yang terbuat dari mortar namun, diganti menggunakan super glue untuk merekatkan kaleng-kaleng tersebut. Hargasuper glueadalah sebesar Rp5 000 per botol dan cukup untuk membuat dinding 1 m2.

5. Setelah kaleng-kaleng direkatkan kemudian dibungkus menggunakan kawat ayam. Harga kawat ayam sebesar Rp12 012 per m2. Untuk mengetahui kebutuhan kawat ayam per 1 m2 dinding kaleng, perlu dilakukan perhitungan luas selimut kaleng. Perhitungannya sebagai berikut

Luas selimut kaleng =2 x 3.14 x 3.25 cm x 11.5 cm = 234.72 cm2 Kawatayam = 234.72 cm2x 125 buah =29 339.38 cm2= 2.934 m2 Harga kawat ayam = 2.934 m2x Rp12 012 = Rp35 243.21

6. Dinding kaleng minuman ini juga membutuhkan rangka sehingga tetap menjaga vertikalitasnya, pada penelitian ini digunakan rangka bambu. Harga bambu diameter 5 sampai 7 cm adalah Rp18 500 dengan asumsi panjang bambu adalah 5 m. Harga 1 m bambu yaitu Rp3 700. Untuk rangka dinding ini, bambu bilah yang digunakan seharga Rp616.67/bagian. Untuk dinding dengan ukuran 1 m2 dibutuhkan 3.5 m bambu bilah. Perhitungan harga satuannya sebagai berikut :

3.5 m x Rp616.67 = Rp4 393.77

Bilah-bilah bambu tersebut digabungkan dengan menggunakan paku ukuran 2 cm dengan harga Rp2 402.4 per ons.

7. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya sebagai berikut :

Pekerja = 0.1000 Oh x Rp98 000 = Rp9 800 Tukang Kayu = 0.0500 Oh x Rp115 450 = Rp5 772.5 Kepala Tukang = 0.0050 Oh x Rp132 000 = Rp660 Mandor = 0.0020Oh x Rp150 300 = Rp300.6

Harga material dan upah tenaga kerja per 1 m2 untuk pekerjaan dinding kaleng tanpa plester adalah Rp65 372.48 untuk asumsi 1 danRp77 622.48 untuk asumsi 2. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

23 Tabel 8 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran

dengan asumsi 1

U R A I A N SAT VOLUME HARGA SAT. HARGA

Rp. Rp. Kaleng minuman Bh 125.0 0.00 0.00 Kawat Ayam M 2.934 12 012.00 35 243.21 Bambu bilah M 7.125 616.67 4 393.77 Lem korea Bh 1.000 5 000.00 5 000.00 Kawat Bendrat Kg 0.100 18 000.00 1 800.00 Paku Ons 1.000 2 402.40 2 402.40 Pekerja Oh 0.100* 98 000.00 9 800.00 Tukang Kayu Oh 0.050* 115 450.00 5 772.50 Kepala Tukang Oh 0.005* 132.000,00 660.00 Mandor Oh 0.002* 150 300.00 300.60 Jumlah 65 372.48

* berdasarkan SNI 6897-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

Tabel 9 Analisis harga pekerjaan 1 m2 dinding kaleng tanpa plesteran dengan asumsi 2

U R A I A N SAT VOLUME HARGA SAT. HARGA

Rp. Rp. Kaleng minuman Bh 125.0 98.00 12 250.00 Kawat Ayam M 2.934 12 012.00 35 243.21 Bambu bilah m 7.125 616.67 4 393.77 Lem korea bh 1.000 5 000.00 5 000.00 Kawat Bendrat kg 0.100 18 000.00 1 800.00 Paku ons 1.000 2 402.40 2 402.40 Pekerja Oh 0.100* 98 000.00 9 800.00 Tukang Kayu Oh 0.050* 115 450.00 5 772.50 Kepala Tukang Oh 0.005* 132 000.00 660.00 Mandor Oh 0.002* 150 300.00 300.60 Jumlah 77 622.48

* berdasarkan SNI 6897-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

Analisis pekerjaan plesteran dinding kaleng, diuraikan sebagai berikut : 1. Sebelum menentukan harga satuan pasir dan semen untuk plesteran,

perlu dihitung terlebih dahulu volume plesteran yang dibutuhkan dengan ketebalan 1 cm. Perhitungannya sebagai berikut :

V.Kaleng =(1

4 x 3.14 x 6.5 cm) 2

x 11.5 cm x 125 buah = 47 676.48 cm3 V. bambu =(7000 cm x 2 cm x 0.5 cm) = 7 000 cm3 +

Volume dinding kaleng tanpa plester = 54 676.48 cm3 V. dinding + plester =(100 cm x 100 cm x 11 cm)= 110 000 cm3

24

V. plesteran =110 000 cm3- 54 676.48 cm3 = 55 323.52 cm3= 0.0553 m3 2. Harga satuan pasir adalah Rp 232 617 perm3, dan harga PC adalah

Rp 79 702 per zak, namun harga semen yang digunakan pada perhitungan ini dalam satuan per m3 sehingga harga satuannya menjadi sebesar Rp4 095 000. Perhitungan konversinya sama seperti perhitungan spesi dan plesteran pasangan bata sebelumnya.

3. Plesteran yang digunakan adalah dengan perbandingan 1 PC : 5 PP, sehingga volume pasir dan semen dengan perbandingan tersebut sebesar : semen =1 6x 0.0553 m 3=0.0092 m3 pasir =5 6x 0.0553 m 3=0.0461 m3 Harga semen = 0.0092 m3x Rp4 095 000 = Rp37 674 Harga Pasir = 0.0461 m3 x Rp232 617 = Rp10 700.38

4. Selain perhitungan harga-harga material yang digunakan, dilakukan juga perhitungan upah tenaga kerja yang terlibat. Perhitungannya sebagai berikut :

Pekerja = 0.225 Oh x Rp98 000 = Rp22 050 Tukang Batu = 0.175 Oh x Rp114 000 = Rp19 950 Kepala Tukang = 0.0175 Oh x Rp132 000 = Rp2 310 Mandor = 0.01125Oh x Rp150 300 = Rp1 690

Nilai volume yang digunakan diasumsikan sama dengan pekerjaan plesteran pada dinding bata merah.

Harga material dan upah tenaga kerja per 1 m2 untuk pekerjaan plesteran pada dinding kaleng minuman dengan keteba1an total dinding yaitu 11 cm, 1 PC : 5 PP, adalah sebesar Rp94 375.26. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Analisis harga pekerjaan 1 m2plesteran dinding sampah kaleng minuman, , 1 Pc : 5 PP

U R A I A N SAT VOLUME HARGA SAT. HARGA

Rp. Rp. Semen Portland m3 0.00920 4 095 000.00 37 674.00 Pasir Pasang m3 0.04600 232 617.00 10 700.38 Pekerja Oh 0.22500* 98 000.00 22 050.00 Tukang Batu Oh 0.17500* 114 000.00 19 950.00 Kepala Tukang Oh 0.01750* 132 000.00 2 310.00 Mandor Oh 0.01125* 150 300 00 1 690.88 Jumlah 94 375.26

* berdasarkan SNI 2837-2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan

Total harga pekerjaan per 1 m2 untuk pekerjaan pemasangan dinding sampah kaleng minuman dan plesteran adalah sebagai berikut :

25 Asumsi 1 :

Biaya Total= Rp65 372.48 + Rp94 375.26 = Rp 159 747.74 Asumsi 2 :

Biaya Total= Rp77 622.48 + Rp94 375.26 = Rp 171 997.74

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, biaya pekerjaan yang diperoleh pada pekerjaan 1 m2 dinding kaleng minuman jauh lebih murah dibandingkan dinding pasangan bata. Hal tersebut disebabkan dinding kaleng minuman merupakan dinding yang terdiri dari sampah dan bambu yang memiliki harga satuan sangat murah dibandingkan bata merah, sehingga mempengaruhi biaya pekerjaan dinding total.

Analisis Dampak Dinding Kaleng Minuman Dan Pasangan Bata

Penggunaan bata merah sebagai material dinding pengisi konvensional masih banyak digunakan oleh masyarakat. Dibalik kekuatan yang ditawarkan dari bata merah, ternyata pembuatannya dapat menyumbang kerusakan lingkungan yang besar. Proses pembuatan bata merah terdiri beberapa tahapan yaitu ekstraksi tanah lempung dari sawah, pemindahan tanah lempung ke fasilitas pengolahan, pencampuran tanah liat dengan bahan tambahan lainnya seperti abu dan air, pencetakan bata merah, pengeringan bata merah dengan cara dijemur. Proses pengeringan dapat berlangsung 1 sampai 5 hari tergantung dari cuaca. Tahapan selanjutnya yaitu proses pembakaran dengan suhu 1000°C. Selain berdampak positif yaitu memberikan lapangan pekerjaan dan penghasilan kepada masyarakat, pembuatan bata merah juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia.

Menurut Tuladhar dan Raut (2002), pada proses pembuatan bata merah khususnya proses pembakaran menghasilkan emisi udara yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya sebagai berikut :

1. Nitrogen oksida (NOx) timbul dari proses pembakaran bahan bakar hidrokarbon. Senyawa ini meyebabkan polusi udara lokal dan memberikan kontribusi pada pembentukan asap fotokimia dan hujan asam.

2. Sulfur oksida (SOx) dihasilkan dari efek pemanasan pada bata. Jumlah SOx yang dihasilkan tergantung pada kandungan sulfur pada tanah lempung tersebut. SOx menyebabkan polusi udara lokal dan berkontribusi pada formasi hujan asam. Selain itu, SOx juga dihasilkan dari proses pembakaran batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar. 3. Klorida dan florida diemisikan pada saat proses pembakaran bata merah

karena tanah lempung mengandung senyawa-senyawa tersebut.

4. Karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) diemisikan dari proses pembakaran bahan bakar. CO menyebabkan polusi udara lokal dan CO2berkontribusi pada pemanasan global.

26

5. Debu dan partikel (TSP dan PM10) diemisikan dari proses pembakan bata merah maupun bahan bakar yang digunakan. Debu dan partikel dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada makhluk hidup.

Selain polusi udara, pengambilan tanah lempung sebagai bahan baku bata merah juga meyebabkan hilangnya kesuburan tanah, penurunan muka air tanah, meningkatkan kemungkinan tanah longsor dan kerusakan struktur seperti jalan dan rumah-rumah. Disamping itu, dampak pada kesehatan yang ditimbulkan yaitu bila menghirup bahkan dalam konsentrasi rendah partikel halus dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan menyebabkan peningkatan penyakit jantung dan pernapasan. Studi epidemiologis juga dilakukan di tempat yang berbeda di seluruh dunia telah menemukan bukti bahwa meningkatkan tingkat bronkitis, asma, penurunan fungsi paru-paru,

Dokumen terkait