Pengukuran curah hujan di lokasi penelitian dilakukan selama bulan April sampai September 2009. Hasil pengukuran curah hujan total adalah 698 mm dengan 32 hari hujan, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei sebesar 333 mm dengan 19 hari hujan, pada bulan April curah hujan sebesar 291 mm dengan 8 hari hujan dan curah hujan terendah pada bulan Juni sebesar 74 mm dengan 5 hari hujan.
2. Limpasan Permukaan
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada blok II (kemiringan lereng ±45%) limpasan permukaan sebesar 1580,10 m3/ha/3 bln, kemudian berkurang berturut-turut pada blok III (kemiringan lereng ±70%) sebesar 1419,97 m3/ha/3 bln, dan yang terakhir pada blok I (kemiringan lereng ±30%) sebesar 1356,55 m3/ha/3 bln. Hal ini disebabkan karena pada kemiringan ±45% didominasi tektur lempung (Lampiran 1) yang memiliki kemampuan untuk menyumbat pori-pori tanah, akibatnya infiltrasi menurun sehingga limpasan permukaan meningkat. Untuk masing masing perlakuan dapat diketahui bahwa TB0 (Teras batu pola petani) limpasan permukaan sebesar 1587,08 m3/ha/3 bln, kemudian berkurang secara berurut-turut pada TB1 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar 1576,13 m3/ha/3 bln dengan P LP 0,69%, dan perlakuan TB2 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha) sebesar 1358,13 m3/ha/3 bln dengan P LP 14,43% dan yang terakhir TB3 (Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar 1287,47 m3/ha/3 bln dengan P LP 18,88%.Perlakuan TB3 memiliki kemampuan menahan limpasan permukaan yang begitu baik bila dibandingkan dengan TB1 dan TB2, hal ini disebabkan adanya penggunaan mulsa batang tembakau 7 ton/ha yang dapat mengurangi
commit to user
kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan adanya vegetasi (koro merah) yang mampu mengintersepsi air hujan lalu mengalir melalui batang dan masuk kedalam tanah (Arsyad, 2006). Sedangkan penurunan limpasan permukaan TB2 lebih baik bila dibandingkan dengan TB1, hal ini disebabkan penggunaan mulsa batang tembakau pada TB2 lebih banyak yaitu sebesar 14 ton/ha.
Dari hasil analisis model linier aditif (lampiran 6) dapat diketahui bahwa pengaruh terbesar terhadap variasi limpasan permukaan adalah galat yaitu kedalaman jeluk, tekstur dan permeabilitas. Oleh sebab itu, pada TB0 memiliki limpasan permukaan terbesar dibandingkan TB1, TB2 dan TB3. Apabila kedalaman jeluk dalam dan di dominasi tekstur pasiran yang dapat menyebabkan pori-pori udara pada tanah lebih banyak kemudian terisi oleh air hujan pada saat terjadi hujan, maka akan meningkatkan kecepatan infiltrasi tanah sehingga laju permeabilitas tinggi dan limpasan permukaan sedikit. Sedangkan apabila tanah didominasi tekstur lempung, maka tanah akan menyerap air sangat lambat, sehingga infiltrasi dan permeabilitas rendah akan menimbulkan aliran permukaan walaupun curah hujan yang cukup rendah (Suripin, 2004).
3. Erosi.
Pada Tabel 4.4 dapat diketahu bahwa pada blok II (kemiringan ±45%) erosi sebesar 9,18 ton/ha/3 bln, kemudian berkurang secara berturut-turut pada blok I (kemiringan ±30%) sebesar 7,51 ton/ha/3 bln dan yang terakhir pada blok III (kemiringan ±70%) sebesar 5,10 ton/ha/ 3 bln. Hal ini disebabkan karena pada kemiringan ±45% didominasi oleh tektur lempung. Sedangkan pada kemiringan ±30% dan kemiringan ±70%) di dominasi pasir (Lampiran 1) sehingga apabila didominasi tekstur pasir maka kemampuan infiltrasi lebih banyak akibatnya limpasan permukaan dan erosi menurun. Untuk masing-masing perlakuan, dapat di ketahui bahwa TB0 (Teras batu pola petani) erosi sebesar 12,69 ton/ha/3 bln, kemudian berkurang secara berurut-turut pada TB1 (Teras batu +
commit to user
34
rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar 6,33 ton/ha/3 bln dengan Penurunan Erosi (PE) 50,12%, dan perlakuan TB2 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha) sebesar 5,60 ton/ha/3 bln dengan PE 55,87% dan yang terakhir TB3 (Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar 4,43 ton/ha/3 bln dengan PE 65,09%. Pada TB3 mempunyai kemampuan menahan erosi yang lebih baik bila dibangdingkan TB1 dan TB2, hal ini disebabkan adanya penggunaan mulsa batang tembakau 7 ton/ha dan tanaman koro merah. Sedangkan penurunan erosi TB2 lebih baik apabila dibandingkan dengan TB1, hal ini disebabkan penggunaan mulsa batang tembakau pada TB2 lebih banyak yaitu 14 ton/ha, apabila semakin banyak mulsa batang tembakau, maka penutupan lahan dan kekasaran tanah akan meningkat sehingga erosi semakin kecil. Pemulsaan mengakibatkan erosi lebih selektif terhadap partikel tanah yang halus. Bertambahnya mulsa mengakibatkan kecepatan aliran permukaan berkurang, sehingga kapasitas transportasi menurun. Sedimen yang kasar terdeposisi dibelakang mulsa, sedangkan sedimen yang relatif halus seperti liat dan koloid terbawa aliran permukaan (Sinukaban, 1990).
Dari hasil analisis linier aditif (lampiran 7) dapat diketahui bahwa pengaruh terbesar terhadap variasi erosi adalah perlakuan yaitu adanya mulsa batang tembakau, rumput setaria spacelata dan koro merah. Oleh sebab itu, pada TB0 memiliki erosi terbesar dibandingkan TB1, TB2 dan TB3. Penggunaan mulsa batang tembakau yang dapat meningkatkan kekasaran tanah sehingga kemampuaan infiltrasinya meningkat kemudian erosi dapat berkurang. Adanya mulsa batang tembakau yang merupakan sumber bahan organik, apabila sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi sehingga erosi dapat berkurang (Arsyad, 2000). Penanaman rumput Setaria spacelata pada bibir teras batu (strip cropping) dengan jarak 20 cm antar tanaman berfungsi
commit to user
menurunkan kecepatan aliran air, sehingga infiltrasi meningkat dan dapat mengurangi erosi. Setaria spacelata yang memiliki akar serabut mampu membantu pembentukan dan pemantapan agregasi tanah. Dengan adanya agregasi tanah yang baik, maka tanah akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan jumlah dan kemantapan pori-pori tanah meningkat sehingga kapasitas infiltrasi tanah meningkat sehingga aliran permukaan berkurang kemudian erosi berkurang. Selain itu, akar berfungsi sebagai penguat teras batu dengan cara mengikat dan masuk kedalam bongkah-bongkah batu Adanya vegetasi (koro merah) dapat berperan menahan atau mengurangi daya perusak tanah butir-butir hujan yang jatuh dan aliran diatas permukaan tanah dan memperbesar infiltrasi air kedalam tanah tanah sehingga erosi dapat berkurang (Suripin, 2004).
4. Kadar Hara Terlarut
Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa unsur N yang banyak terlarut dalam jumlah banyak yaitu pada TB0 (Teras batu pola petani) sebesar 0,024%, hal ini dikarenakan tidak adanya mulsa batang tembakau sebagai penahan aliran limpasan permukaan sehingga unsur N mudah terbawa limpasan permukaan. Untuk unsur P yang banyak terlarut pada TB2 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha) sebesar 1,14 ppm dan unsur K yang banyak terlarut pada TB1 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha), TB2 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha) dan TB3 (Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar 5,28 ppm, hal ini disebabkan adanya mulsa batang tembakau merupakan sumber bahan organik yang dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah. Sedangkan unsur N yang sedikit terlarut pada TB3 (Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) sebesar
commit to user
36
0,017% hal ini disebabkan adanya tumpang sari dengan koro merah sehingga unsur N mudah mobil didalam tanah. Selanjutnya unsur P dan K yang sedikit terlarut terdapat pada TB0 (Teras batu pola petani), hal ini disebabkan tidak adanya mulsa batang tembakau sebagai sumber bahan organik (Winarso, 2005).
5. Pertumbuhan Tanaman Tembakau
Pengukuran pertumbuhan tembakau pada 90 HST menunjukkan pada bahwa TB0 (Teras batu pola petani) tinggi tanaman tertinggi yaitu 161 cm dengan jumlah daun 21 dan terendah dengan tinggi tanaman 141,67 cm dengan jumlah daun 20. Kemudian berturut-turut diikuiti TB3 (Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) tertinggi mencapai 156 cm dengan jumlah daun 22 dan terendah mencapai 135,33 cm dengan jumlah daun 19. Pada TB1 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 7 ton/ha) tinggi tanaman tertinggi mencapai 149 cm dengan jumlah daun 21 dan terendah dengan tinggi tanaman 138 dengan jumlah daun 22, dan terakhir pada TB2 (Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha) tinggi tanaman tertinggi mencapai 143,67 cm dengan jumlah daun 21 dan terendah mencapai 127 cm dengan jumlah daun 20.
6. Hasil Panen Tembakau
Pada gambar 4.3. menunjukkan bahwa hasil daun basah dan daun kering tembakau terendah sebesar 906,52 kg/ha dan 212,61 kg/ha pada TB0 (Teras batu pola petani), serta hasil daun basah dan daun kering tembakau tertinggi sebeasar 1420,19 kg/ha dan 354,7 kg/ha pada TB2 (teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 ton/ha). Adanya peningkatan hasil tembakau pada TB2 karena adanya penggunaan mulsa batang tembakau sebagai sumber bahan organik dan penggunaan rumput
commit to user
Setaria Spacelata yang berfungsi sebagai penahan limpasan permukaan dan erosi sehingga unsur hara (N) tidak mudah terangkut air, kemudian dapat dimanfaatkan tanaman untuk peningkatan pertumbuhan sehingga hasil tembakau meningkat (Tso 1972 serta Hawks dan Collins 1983).
Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap hasil panen daun basah tembakau. Sedangkan berdasarkan uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan TB1 berbeda tidak nyata terhadap TB2 dan TB3, serta TB2 berbeda tidak nyata terhadap TB3. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yaitu angin, apabila daun tembakau yang terkena angin yang sangat kencang (lampiran 5), maka tanaman akan roboh serta daun-daun banyak yang sobek, setelah beberapa hari daun akan kering dan berjatuhan.
Hasil uji F pada hasil panen daun kering tembakau menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata, hal ini terjadi karena dominasi tekstur pasiran sehingga menyebabkan air tanah mudah lolos sehingga akar tanaman tidak dapat menyerap air secara maksimal untuk pertumbuhan daun dan daun cepat kering. Berdasarkan uji Tukey menunjukkan bahwa TB1 berbeda tidak nyata terhadap TB2 dan TB 3, serta TB2 berbeda nyata terhadap TB3. Hal ini disebabkan oleh karena pada TB3 ada persaingan antara tembakau dengan koro merah untuk mendapatkan air.
7. Hasil Panen Koro Merah
Koro merah merupakan tanaman legume, hasil panen koro merah terendah pada TB3 (III) sebesar 3,39 ton/ha brangkasan basah; 2,4 ton/ha brangkasan kering dan berat biji 0,79 ton/ha. Sedangkan hasil panen koro merah tertinggi pada TB3 (II) sebesar 5,81 ton/ha berangkasan basah; 3,86 ton/ha brangkasan kering dan berat biji 1,81 ton/ha. Sedangkan tingginya hasil panen pada TB3 (II) disebabkan oleh adanya bahan organik yang lebih banyak dari pada TB3 (III). Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan unsur hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S
commit to user
38
serta unsur hara mikro) sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Rosmarkam dan Yuwono 2001).
8. Hasil Panen Setaria Spacelata
Pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil panen Setaria Spacelata terendah pada TB1 (I) dengan daun basah dan daun kering sebesar 3,2 ton/ha dan 0,55 ton/ha. Sedangkan hasil panen Setaria Spacelata tertinggi pada TB2 (III) dengan daun basah dan daun kering sebesar 11,75 ton/ha dan 2,04 ton/ha Hal ini disebabkan oleh pada TB2 (III) memiliki jumlah teras lebih banyak dari pada TB1 (I) sehingga jumlah tanaman yang ditanam pada bibir teras lebih banyak dan hasil panen juga lebih banyak.
commit to user
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN