• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Kabupaten Kudus

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, terletak 51 km di sebelah Timur Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 425,17 km². Secara astronomi Kabupaten Kudus terletak antara 110o36’ dan 110o50’ Bujur Timur dan antara 6o51’ dan 7o16’ Lintang Selatan. Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 16 km dan dari Utara ke Selatan 22 km.

Secara administratif Kabupaten Kudus berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati Sebelah Barat : Kabupaten Jepara dan Kabupaten Demak Sebelah Timur : Kabupaten Pati

Kabupaten Kudus memiliki sembilan kecamatan yang terbagi ke dalam 123 desa dan sembilan kelurahan (BPS Kabupaten Kudus, 2009).

Iklim

Kabupaten Kudus memiliki iklim tropis basah dengan temperatur sedang. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kudus berkisar antara 19,9oC sampai dengan 27,6oC dan memiliki kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 71,7 % sampai dengan 81,7 %. Kabupaten Kudus bercurah hujan relatif rendah rata-rata di bawah 2.000 mm/tahun dan memiliki hari hujan rata-rata 97 hari/tahun (BPS Kabupaten Kudus, 2009).

Topografi dan Penggunaan Lahan

Kabupaten Kudus memiliki ketinggian rata-rata 55 m di atas permukaan laut. Secara geologi, sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Kudus adalah aluvial coklat tua sebesar 32,12 % dari luas tanah di Kabupaten Kudus. Luas lahan Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 ha yang terdiri atas 20.687 ha (48,66 %) merupakan lahan pertanian sawah dan 7.563 ha (17,79 %) adalah lahan pertanian bukan sawah. Sisa lahan lainnya berupa lahan bukan pertanian sebesar 14.266 ha (33,55 %). Rincian penggunaan lahan di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan Kabupaten Kudus Menurut Penggunaannya Tahun 2008

Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)

I. Lahan Sawah 20.687 48,66

a. Irigasi Teknis 3.973 9,30

b. Irigasi Setengah Teknis 6.128 14,40

c. Irigasi Sederhana 3.360 7,90

d. Irigasi Desa (bukan PU) 862 2,00

e. Tadah Hujan 6.364 15,00

II.Lahan Bukan Sawah 21.829 51,34

a. Tegal/Ladang/Kebun 6.265 14,70 b. Pekarangan/Bangunan 9.142 21,50 c. Perkebunan 112 0,26 d. Hutan Rakyat 123 0,29 e. Tambak/Kolam/Empang 4 0,00 f. Padang Rumput 1 0,00 g. Hutan Negara 1.882 4,43 h. Rawa-Rawa 60 0,14

i. Lainnya (Sungai, Jalan, Kuburan dan lain-lain)

4.240 10,73

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada akhir tahun 2008 adalah sebesar 752.921 jiwa, terdiri atas 372.761 jiwa laki-laki (49,51 %) dan 380.160 jiwa perempuan (50,49 %) dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai 1.771 jiwa/ km2. Jumlah penduduk Kabupaten Kudus berdasarkan Kepala Keluarga (KK) adalah sebesar 183.672 KK (BPS Kabupaten Kudus, 2009). Jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2008

Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Petani 59.268

Buruh Tani 42.704

Pengusaha 7.876

Buruh Pabrik dan Bangunan 117.373

Pedagang 46.120

PNS/ABRI 12.588

Angkutan 7.894

Pensiun 1.792

Lainnya 31.743

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Sektor Ekonomi

Salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan adalah diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adanya PDRB menggambarkan kemampuan daerah mengelola SDM yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk melalui proses produksi, oleh karena itu besarnya PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah bergantung pada persediaan faktor-faktor produksi. Perkembangan PDRB Kabupaten Kudus tahun 2003-2007 disajikan pada Tabel 3 dan pendapatan per kapita disajikan pada Tabel 4.

Terlihat pada Tabel 3 bahwa kontribusi PDRB sebagian besar berasal dari sektor industri. Besarnya kontribusi dari sektor industri menunjukkan bahwa sektor ini memegang peranan penting dalam menopang perekonomian di Kudus, Kontribusi dari sektor pertanian sendiri hanya menduduki peringkat III setelah komoditas perdagangan, hotel dan restoran. Namun kontribusi dari sektor pertanian memiliki potensi untuk ditingkatkan mengingat lebih dari 50% luas lahan di Kabupaten Kudus merupakan lahan pertanian.

Tingkat pendapatan per kapita termasuk ke dalam indikator sektor perekonomian. Berdasarkan Tabel 4, tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita Kabupaten Kudus dari tahun 2003 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan.

Tabel 3. Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kudus Tahun 2003–2007 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian 427.041,17 441.564,81 446.634,64 527.005,27 572.201,71 Pertambangan dan Penggalian 4.429,69 5.458,30 6.390,96 7.347,51 8.380,38 Industri Pengolahan 9.202.712,71 10.631.715,43 12.844.125,26 13.992.851,76 15.616.390,95

Listrik, Gas dan Air Bersih 63.553,93 73.888,35 74.875,78 83.444,04 89.051,89 Bangunan 146.980,84 193.203,90 246.809,77 270.997,53 319.534,84 Perdagangan, Hotel, Restoran 3.682.050,90 4.262.112,37 5.122.551,11 5.334.635,50 5.633.600,01 Pengangkutan dan Komunikasi 207.638,05 239.365,46 293.616,56 323.498,78 340.685,13 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 253.632,57 293.208,16 373.489,86 419.347,63 467.249,16 Jasa-Jasa 335.352,93 363.512,09 414.300,37 470.202,69 524.910,93 Total PDRB 14.323.392,79 16.504.028,87 19.822.794,31 21.429.330,71 23.572.005,00

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Tabel 4. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Kudus Tahun 2003–2007 (Rupiah)

Tahun Pendapatan Per Kapita

2003 10.818.021,59

2004 11.645.139,50

2005 14.344.909,06

2006 15.591.863,37

2007 16.233.123,66

Wilayah Pembangunan

Pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Kudus yang didasarkan atas penyebaran kegiatan ekonomi, potensi dan kondisi wilayah dibagi menjadi lima Sub Wilayah Pembangunan (SWP). Kelima SWP tersebut adalah Sub Wilayah Pembangunan I (SWP I) yang meliputi wilayah Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae dan Kecamatan Mejobo. Pusat pengembangan wilayah ini terdapat pada Kecamatan Kota. Wilayah ini dikonsentrasikan sebagai pusat kantor pemerintahan, perindustrian, permukiman perkotaan, pelayanan sosial, kegiatan ekonomi, sebagian kawasan pertanian lahan basah serta wilayah peternakan-perikanan (kecuali Kecamatan Kota).

Sub Wilayah Pembangunan II (SWP II) meliputi wilayah Kecamatan Jekulo dengan pusat pengembangannya berada pada Kecamatan Jekulo. Wilayah ini dikonsentrasikan sebagai wilayah yang sebagian sebagai lahan pertanian basah dan lahan kering, wilayah hutan produksi, wilayah pertambangan, wilayah peternakan-perikanan serta sebagian sebagai wilayah perindustrian.

Sub Wilayah Pembangunan III (SWP III) yang meliputi wilayah Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe dengan pusat pengembangan di Kecamatan Dawe. Wilayah ini dikonsentrasikan sebagai wilayah perkebunan, peternakan-perikanan, sebagian sebagai lahan pertanian basah dan kering, sebagian sebagai perindustrian dan sebagai wilayah pariwisata.

Sub Wilayah Pembangunan IV (SWP IV) yang meliputi wilayah Kecamatan Undaan dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Undaan. Wilayah ini dikonsentrasikan sebagai wilayah pertanian lahan basah dan sebagian wilayah peternakan-perikanan.

Sub Wilayah Pembangunan V (SWP V) yang meliputi wilayah Kecamatan Kaliwungu dengan pusat pengembangan di Kecamatan Kaliwungu. Wilayah ini dikonsentrasikan sebagai wilayah permukiman, pertanian lahan basah, peternakan-perikanan dan sebagian wilayah perindustrian.

Sektor Peternakan

Peternakan merupakan hal yang berperan penting dalam penyediaan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Sektor peternakan di Kabupaten Kudus masih didominasi oleh peternakan rakyat dimana masyarakat hanya mengusahakan

ternak sebagai usaha sambilan. Sektor peternakan terutama ternak ruminansia dan unggas banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Kudus terutama yang berdomisili di wilayah pedesaan. Hal itu dikarenakan masyarakat pedesaan yang umumnya sebagai petani mengusahakan ternak yang diintegrasikan dengan lahan pertanian yang ada. Populasi ternak di Kabupaten Kudus tahun 2008 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Total Populasi Ternak Tiap Kecamatan Kabupaten Kudus Tahun 2008 (ekor)

Kecamatan Sapi Perah

Sapi Potong

Kerbau Kuda Kambing Domba Ayam Buras

Ayam Ras Itik Puyuh

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kaliwungu 24 236 407 12 3.737 426 43.518 77.550 2.555 0 Kota 146 272 19 3 356 130 8.741 30.899 519 750 Jati 10 124 268 9 1.287 110 68.937 69.509 1.742 0 Undaan 0 938 86 20 672 3.674 72.393 24.750 9.781 0 Mejobo 43 282 67 15 1.770 445 35.789 0 1.015 600 Jekulo 1 438 405 52 3.046 3.394 51.689 771.000 5.841 3.900 Bae 56 819 178 11 7.369 1.059 20.432 115.000 973 0 Gebog 0 755 185 22 10.962 576 49.054 709.000 3.197 15.125 Dawe 10 3.441 179 27 11.020 10.808 57.586 1.292.590 6.330 32.700 Total 290 7.305 1.794 171 40.219 20.622 408.139 3.090.298 31.953 53.075

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Kabupaten Kudus memiliki ternak yang terkenal di kalangan masyarakatnya, yaitu ternak kerbau. Ternak kerbau di Kabupaten Kudus banyak dimanfaatkan sebagai penyedia pangan hewani. Hal ini dikarenakan adanya aneka produk olahan kuliner yang khas yang berbahan dasar daging kerbau yang menjadikan ciri khas dari Kabupaten Kudus. Adanya aneka olahan kuliner dari daging kerbau ini terkait tradisi dimana masyarakat merasa tabu apabila mengonsumsi daging sapi. Rincian populasi ternak kerbau per Kecamatan tahun 2004–2008 dan produksi hasil ternak Kabupaten Kudus tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa populasi ternak kerbau di Kabupaten Kudus mengalami penurunan meskipun sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2005 (1.802 ekor) dan tahun 2007 (1.899 ekor). Penurunan populasi ternak kerbau di Kabupaten Kudus ini terjadi karena beberapa faktor di antaranya tingginya tingkat pemotongan betina produktif, sistem reproduksi yang tergolong lamban serta berkurangnya minat masyarakat untuk beternak kerbau.

Tabel 6. Populasi Ternak Kerbau per Kecamatan tahun 2004–2008 (ekor) Kecamatan 2004 2005 2006 2007 2008 Kaliwungu 679 680 585 789 407 Kota 19 19 19 7 19 Jati 258 276 244 166 268 Undaan 138 73 94 89 86 Mejobo 172 145 162 33 67 Jekulo 798 132 232 266 405 Bae 56 56 59 69 178 Gebog 284 322 337 158 185 Dawe 96 99 72 322 179 Total 2.503 1.802 1.804 1.899 1.794

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Tabel 7. Produksi Hasil Ternak Kabupaten Kudus Tahun 2004–2007

Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008 Sapi (kg) 21.311 51.440 117.693 267.641 120.960 Kerbau (kg) 625.200 662.774 792.400 481.000 412.673 Kambing/domba (kg) 433.826 383.167 580.726 160.582 233.186 Babi (kg) 13.750 18.095 17.435 15.785 16.500 Ayam ras/buras (kg) 3.101.475 3.130.614 2.854.967 3.340.264 3.752.037 Itik (kg) 22.923 37.993 40.170 18.230 45.666 Kulit (lbr) 5.588 35.790 51.022 15.621 30.944 Susu (ltr) 202.824 793.152 822.567 764.981 611.262 Telur (kg) Ayam Ras 494.640 1.917.870 1.803.071 1.689.345 1.371.695 Ayam Buras 230.750 401.299 199.567 863.209 253.045 Itik 77.156 168.139 247.680 257.969 407.486 Puyuh 17.417 61.862 47.302 69.191 64.364

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009)

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa di Kabupaten Kudus tidak ada peternakan babi, namun di Tabel 7 terdapat produksi daging babi. Pasokan daging babi tersebut

berupa karkas atau ternak babi hidup yang berasal dari daerah lain. Khusus ternak babi hidup dipotong oleh jagal babi sebanyak 300 ekor di Kecamatan Kota (BPS Kabupaten Kudus, 2009). Berdasarkan Tabel 7 pula dapat dilihat bahwa produksi daging yang dipasok oleh ternak ruminansia terbesar dipasok oleh daging kerbau. Pasokan daging kerbau tersebut berasal dari dalam wilayah kabupaten dan kiriman dari luar wilayah kabupaten. Sebagian besar pasokan daging kerbau berasal dari ternak kerbau yang didatangkan dari luar daerah mengingat populasi ternak kerbau di Kabupaten Kudus masih sedikit, kemudian dipotong di RPH pemerintah atau jagal-jagal milik swasta/perorangan di dalam Kabupaten Kudus. Daging yang diperoleh tersebut didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di dalam wilayah Kabupaten Kudus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kudus.

Sumberdaya Pendukung Peternakan

Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam yang mendukung pengembangan peternakan kerbau meliputi kondisi iklim, lahan penyedia hijauan makanan ternak dan populasi ternak. Kondisi Iklim. Kabupaten Kudus merupakan wilayah dengan iklim tropis basah temperatur sedang. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kudus berkisar antara 19,9oC sampai dengan 27,6oC dan memiliki kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 71,7% sampai dengan 81,7%. Kabupaten Kudus bercurah hujan relatif rendah rata-rata di bawah 2.000 mm/tahun (1.913 mm/tahun) dan memiliki hari hujan rata-rata-rata-rata 97 hari/tahun (BPS Kabupaten Kudus, 2009). Curah hujan ini erat kaitannya dengan ketersediaan air dan ketersediaan hijauan pakan. Tingkat suhu udara dan kelembaban udara ini berpengaruh terhadap penampilan dari ternak kerbau. Saat kondisi lingkungan panas kerbau akan mengalami cekaman panas sehingga kerbau akan melakukan termoregulasi dengan cara berkubang dan lebih banyak minum. Kerbau biasanya berkubang di tempat yang banyak air seperti sungai dan rawa. Tujuan kerbau berkubang adalah untuk menjaga kondisi suhu tubuh tetap stabil, karena jika hal tersebut terganggu maka akan berpengaruh terhadap produktivitas dari ternak kerbau tersebut.

Kendala yang dimiliki pada sumberdaya alam di Kabupaten Kudus adalah saat rawan bencana. Bencana yang biasa melanda beberapa wilayah di Kabupaten

Kudus adalah banjir dan kekeringan. Saat banjir biasanya ternak kerbau terpaksa direlokasi ke tempat-tempat yang lebih tinggi seperti di kawasan tanggul pelindung desa. Hal ini karena kawasan sentra peternakan kerbau di Kabupaten Kudus banyak terdapat di wilayah dengan topografi rendah yang rawan banjir. Saat kemarau, terjadi kekeringan sehingga terjadi kelangkaan sumber pakan yaitu hijauan dan kebutuhan air bagi ternak. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap daya adaptasi ternak kerbau terutama kerbau rawa yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Kudus. Air bagi ternak kerbau sangatlah penting karena ternak kerbau merupakan ternak semiaquatic yang memiliki kebiasaan berkubang karena kebiasaan hidupnya di lingkungan dengan kondisi relatif kering. Kerbau rawa ini harus mendapat air dalam jumlah banyak untuk mempertahankan agar dirinya tetap sejuk (Williamson dan Payne, 1993). Saat kemarau tiba, perihal pakan bagi ternak kerbau bukanlah merupakan permasalahan yang serius bagi peternak karena ternak kerbau dapat diberi hijauan pakan dalam kondisi kurang berkualitas (hijauan protein sangat rendah dan banyak serat kasarnya). Hal ini dimungkinkan karena karakteristik fisiologi pencernaan dan kapasitas perut ternak kerbau yang relatif besar (Suhubdy, 2007).

Lahan. Lahan dapat berfungsi sebagai tempat terselenggaranya kegiatan produksi pertanian seperti bercocok tanam, pemeliharaan ternak dan budidaya ikan. Lahan bagi peternakan ruminansia banyak dimanfaatkan sebagai lokasi perkandangan, tempat penggembalaan dan penanaman tanaman sumber pakan ternak. Kabupaten Kudus masih memiliki lahan penghasil hijauan pakan. Potensi sumber hijauan pakan dapat dilihat dari kapasitas tampung ternak ruminansia di tiap wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus.

Pakan hijauan ternak kerbau di Kabupaten Kudus sebagian besar berasal dari lahan pertanian. Kabupaten Kudus sendiri hanya memiliki luasan padang rumput yang minim hanya seluas satu hektar. Minimnya luasan padang rumput di Kabupaten Kudus disebabkan para peternak kerbau tidak memiliki lahan khusus untuk bertanam kebun hijauan makanan ternak. Para peternak memperoleh hijauan pakan ternak berupa hijauan hasil samping pertanian dan rumput dari padang rumput, lahan sawah bera, galengan sawah, tegalan dan sebagainya.

Melihat kepada sumber keterkaitan pasokan pakan, maka sudah selayaknya diupayakan pemanfaatan lahan lain di luar sub sektor peternakan untuk

diintegrasikan dengan ternak, misalnya ternak dengan perkebunan kelapa, ternak dengan kehutanan dapat dibuatkan suatu areal silvopastural. Selain itu, perlu melakukan reformasi di bidang pertanahan (agraria) untuk menjamin tersedianya lahan untuk padang penggembalaan, maupun lahan untuk sumber pakan, seperti misalnya areal pertanaman jagung untuk pakan ternak (corn beef) (Dilaga, 2006). Populasi Ternak Kerbau. Populasi ternak kerbau yang ada di Kabupaten Kudus adalah kerbau rawa untuk produksi daging. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Kudus tergolong masih sedikit dan jauh di bawah populasi ternak sapi potong bahkan mengalami penurunan. Beberapa penyebab menurunnya populasi ternak kerbau ini antara lain :1) semakin tingginya pemotongan kerbau terkait permintaan konsumsi masyarakat yang tidak diimbangi dengan peningkatan populasi ternak, 2) keterbatasan lahan penggembalaan bagi ternak kerbau, 3) sistem reproduksi yang tergolong lamban dan 4) kecenderungan masyarakat yang lebih tertarik berbudidaya ternak sapi potong terkait perputaran modal yang cepat.

Kusnadi et al. (2005) menyatakan bahwa penurunan populasi kerbau diduga disebabkan oleh berkurangnya fungsi dan peranan kerbau dalam sistem usahatani dan berkurangnya lahan baik sebagai garapan petani maupun lahan sebagai sumber pakan ternak kerbau. Selain itu ada kemungkinan bahwa pemeliharaan kerbau kurang menguntungkan sehingga petani kurang bergairah untuk memelihara kerbau dalam jumlah yang relatif banyak. Adanya keterbatasan lahan penggembalaan ini dapat diatasi dengan sistem pemeliharaan intensif yang dapat memperpendek selang beranak menjadi 13 bulan dan pertambahan bobot badan harian sekitar 1 kg/ekor/hari (Talib, 2008).

Kerbau rawa yang merupakan tipe kerbau yang dibudidayakan di Kabupaten Kudus memiliki berbagai keunggulan dibanding ternak ruminansia lainnya. Keunggulan tersebut adalah mampu bertahan hidup dengan baik di daratan yang kering, memiliki kemampuan memanfaatkan pakan berkualitas rendah seperti rumput kering dengan kadar nutrisi rendah dan serat kasar tinggi serta memiliki kapasitas yang cukup tinggi untuk mengatasi tekanan dan perubahan lingkungan yang ekstrim. Rincian populasi ternak kerbau berdasarkan umur di setiap kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2008 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Ternak Kerbau Berdasarkan Umur di Tiap Kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2008

Kecamatan Jumlah Ternak Kerbau

Anak Muda Dewasa

Ekor ST Ekor ST Ekor ST

Kaliwungu 87 21,75 112 56,0 208 208 Kota 4 1,00 5 2,5 10 10 Jati 57 14,25 74 37,0 137 137 Undaan 18 4,50 24 12,0 44 44 Mejobo 14 3,50 19 9,5 34 34 Jekulo 86 21,50 112 56,0 207 207 Bae 38 9,50 49 24,5 91 91 Gebog 40 10,00 51 25,5 94 94 Dawe 38 9,50 50 25,0 91 91 TOTAL 382 95,50 496 248 916 916

Sumber : BPS Kabupaten Kudus (2009) (diolah)

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa populasi ternak kerbau di Kabupaten Kudus masih sedikit sebesar 1.259,5 ST. Hal ini berlawanan dengan permintaan pasokan daging kerbau di Kabupaten Kudus. Permintaan konsumsi daging kerbau Kabupaten Kudus relatif tinggi (718.462 kg) karena terkait selera masyarakat Kudus yang lebih menyukai daging kerbau daripada daging ternak ruminansia lainnya. Tingginya permintaan konsumsi daging kerbau di Kabupaten Kudus terkait dengan tradisi masyarakat Kudus yang sudah turun-temurun yakni merasa tabu apabila mengonsumsi daging sapi. Adanya hal demikian menyebabkan masyarakat Kudus lebih cenderung mengonsumsi daging kerbau sebagai pengganti daging sapi.

Permintaan konsumsi daging kerbau di Kabupaten Kudus tidak sepenuhnya dipenuhi dari populasi ternak di dalam kabupaten mengingat populasinya yang masih sedikit, melainkan didatangkan dari luar wilayah Kabupaten Kudus berupa ternak hidup maupun karkas kerbau. Pemasukan ternak kerbau hidup tiap bulannya pada tahun 2009 adalah berasal dari Bandung sebanyak 32 ekor, Magelang 142 ekor dan berupa karkas kerbau dari Demak sebanyak 150 kuintal (Dinas Pertanian, Perikanan, Kehutanan Kudus, 2010).

Sumberdaya Manusia

Karakteristik Peternak. Karakteristik peternak merupakan salah satu aspek yang mendukung keberhasilan usaha peternakan kerbau, sehingga karakteristik peternak perlu diketahui untuk mendukung pengembangan ternak kerbau. Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik peternak kerbau di Kabupaten Kudus disajikan pada Tabel 9.

Berdasarkan Tabel 9 sebesar 50% peternak berada pada usia 48 sampai 58 tahun. Rata-rata usia peternak adalah 46,8 tahun. Hal ini serupa dengan karakteristik peternak kerbau di Kabupaten Pandeglang dimana rata-rata usia peternak adalah 47,3 tahun (Ketaren, 1999). Usia peternak kerbau tersebut tergolong usia produktif. Sebagian besar usia peternak berada di usia tua (50%) dikarenakan golongan muda cenderung kurang berminat berusaha di bidang peternakan. Golongan muda lebih cenderung memilih bekerja di pabrik atau merantau ke luar kota sebagai buruh bangunan.

Tingkat pendidikan formal peternak masih tergolong rendah yaitu 70% hanya sampai pada tingkat sekolah dasar (SD). Sebanyak 23,33% dan 6,67% peternak berpendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini serupa dengan karakteristik peternak kerbau di Kalimantan Selatan dimana pendidikan peternak dominan lulusan sekolah dasar (Qomariah et al.,2005). Pendidikan formal peternak kerbau di Kabupaten Kudus dominan lulusan SD (70%) dikarenakan anggapan peternak yang lebih memilih langsung bekerja sebagai petani-peternak yang mendatangkan uang daripada melanjutkan sekolah. Adanya tingkat pendidikan peternak kerbau yang rendah tidak memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja aparat dinas mengenai bantuan ternak yang akan diberikan kepada peternak. Pihak dinas dalam memberikan bantuan ternak kepada peternak tidak mengharuskan peternak memiliki pendidikan formal tinggi, namun lebih melihat kriteria tingkat ekonomi peternak, pengalaman dan kejujuran peternak mengingat adanya pemberlakuan sistem bagi hasil antara peternak dengan pemerintah. Adanya pendidikan formal peternak yang rendah, tidak menghalangi usaha pengembangan ternak kerbau karena pendidikan nonformal terutama pelatihan teknis budidaya ternak kerbau jauh lebih penting dibandingkan pendidikan formal. Selain itu,

keterbatasan pendidikan formal peternak justru dapat memacu kinerja para aparat dinas (penyuluh lapang) dalam memperkenalkan teknologi baru (inovasi) kepada para peternak.

Tabel 9. Karakteristik Peternak Kerbau di Kabupaten Kudus

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Usia (tahun) 27 – 37 3 10,00 38 – 47 12 40,00 48 – 58 15 50,00 2 Pendidikan Formal SD/sederajat 21 70,00 SMP/sederajat 7 23,33 SMA/sederajat 2 6,67 3 Mata Pencaharian Petani 17 56,67 Buruh Tani 6 20,00 Buruh Pabrik 2 6,67 Pedagang 2 6,67 Wiraswasta 2 6,67 PNS/Pegawai 1 3,33

4 Pengalaman Beternak (tahun)

3 - 11 10 33,33

12 – 21 8 26,67

22 – 30 12 40,00

5 Jumlah Tanggungan (orang)

0 – 2 2 6,67

3 – 5 21 70,00

6 – 8 7 23,33

Sebesar 56,67% dan 20% peternak bermatapencaharian utama sebagai petani dan buruh tani. Matapencaharian peternak kerbau sebagian besar petani karena peternak memiliki dan mengelola lahan pertanian yang telah diturunkan dari orang

tua peternak. Matapencaharian utama para peternak cukup bervariasi dan menunjukkan bahwa ternak kerbau masih diminati berbagai kalangan. Hal ini disebabkan ternak kerbau dianggap dapat memberikan tambahan pendapatan dan dapat diintegrasikan dengan pertanian mengingat sebagian besar matapencaharian utama peternak sebagai petani.

Pengalaman beternak juga berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan. Semakin tinggi pengalaman beternak akan semakin memudahkan peternak dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan manajemen usaha ternak. Pengalaman beternak ini diukur sejak awal peternak mengusahakan peternakan kerbau sampai penelitian dilakukan. Sebanyak 40% peternak memiliki pengalaman beternak selama 22 sampai 30 tahun dan 33,33% memiliki pengalaman selama tiga sampai 11 tahun dengan rata-rata pengalaman selama 18,3 tahun. Hal ini hampir serupa dengan rata-rata pengalaman peternak kerbau di Kabupaten Pandeglang yaitu selama 21,7 tahun (Ketaren, 1999). Pengalaman peternak kerbau yang tinggi ini dikarenakan peternak memulai usaha beternak sejak masih kecil yaitu sejak lulus SD dan lebih cenderung bekerja sebagai petani-peternak. Sebagian besar usaha pemeliharaan ternak kerbau merupakan usaha turun-temurun dan sebagai usaha sampingan.

Jumlah tanggungan keluarga peternak kerbau cukup bervariasi. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga peternak termasuk di dalamnya istri, anak kandung atau saudara lainnya yang biaya hidupnya ditanggung peternak. Jumlah tanggungan keluarga peternak kisaran nol sampai dua orang sebesar 6,67%, kisaran tiga sampai lima orang sebesar 70% dan kisaran enam sampai delapan orang sebesar 23,33%. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga peternak sebesar empat orang. Hal ini sesuai dengan jumlah terbanyak dari tanggungan keluarga peternak yang berada pada kisaran tiga sampai lima orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga peternak tergolong kecil. Jumlah tanggungan keluarga yang kecil berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran keluarga. Hal ini karena jumlah tanggungan keluarga yang kecil maka pengeluaran peternak juga kecil sehingga peternak dapat mengalokasikan pendapatan yang diperoleh untuk keperluan usaha ternak kerbau.

Karakteristik Aparat. Sumberdaya manusia yang mendukung pengembangan peternakan kerbau di Kabupaten Kudus tidak hanya meliputi peternak, namun adanya keikutsertaan aparat pemerintah (aparat dinas). Aparat dinas peternakan di Kabupaten Kudus ini bernaung di bawah Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus. Aparat dinas ini berfungsi sebagai pelaksana kebijakan dalam pengembangan peternakan secara umum dan pengembangan peternakan kerbau di Kabupaten Kudus secara khusus. Rincian total pegawai peternakan di Kabupaten Kudus disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Rincian Pegawai Peternakan di Kabupaten Kudus

Jabatan Total (orang)

Kepala Sub Dinas 1

Kepala Seksi (Produksi dan Usaha Peternakan) 2

Mantri Hewan 9

Administrasi 1

Staf Teknis 6

Penyuluh Pertanian Lapang 66

Total 85

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan, Kehutanan Kab. Kudus (2010)

Aparat dinas bagian peternakan di Kabupaten ada 19 orang dan 66 orang sebagai penyuluh pertanian lapang. Penyuluh pertanian lapang di Kabupaten Kudus memiliki tugas yang multifungsi yaitu dapat memberikan penyuluhan mengenai bidang pertanian, peternakan, maupun perikanan. Tiap pegawai penyuluh pertanian ini bertanggung jawab terhadap dua desa/kelurahan di Kabupaten Kudus.

Dokumen terkait