• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis

4.1.1 Gambaran Umum Industri Kayu Lapis

CV Mekar Abadi merupakan industri yang bergerak dibidang kayu olahan yang masih berupa produk setengah jadi. CV Mekar Abadi didirikan pada tahun 1994, awal mula hanya berupa penggergajian dan memproduksi sawntimber albasia. Pada perkembangannya, awal tahun 2009 CV Mekar Abadi sudah memproduksi, vinir, bare-core,kayu lapis, serta block board sampai sekarang.

CV Mekar Abadi memiliki satu anak cabang dengan produk yang sama, yaitu kayu lapis dan

block board. Jumlah pekerjanya mencapai 2896 orang di pabrik utama CV Mekar Abadi. Hari kerja dalam satu minggu yaitu 6 hari kerja (senin-sabtu), sedangkan jam kerja dibagi menjadi tiga shift.

Shift A dari pukul 23.00 sampai pukul 07.00, shift B dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00, shift C dari pukul 15.00 sampai pukul 23.00.

Kantor pusat dan pabrik utama CV Mekar Abadi terletak di jalan Purworejo km.17, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Jarak dari CV Mekar Abadi ke pusat kota Wonosobo sejauh 18 km. Cabang pabriknya terletak di desa Kedalon, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan di pabrik utama CV Mekar Abadi karena memiliki kapasitas produksi kayu lapis lebih besar daripada pabrik cabang.

Pabrik utama CV Mekar Abadi terdiri dari beberapa unit bangunan sesuai dengan unit proses masing-masing. Kondisi tanah yang berbukit menjadikan beberapa unit bangunan terpisah satu sama lainnya. Unit proses bare-core I berada pada tingkat 1 dengan ketinggian paling rendah, unit proses vinir berada pada tingkat 2, unit proses kayu lapis dan block-board berada pada tingkat 3, unit proses pengeringan dan penggergajian berada pada tingkat 4, serta unit proses bare-core II dan kantor berada pada tingkat 5 dengan ketinggian paling tinggi. Lay out pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3.

Topografi tanah di CV Mekar Abadi berombak dengan ketinggian tempat 760 m dpl dengan luas areal 27,393 m2. Jenis tanah di CV Mekar Abadi adalah regosol. Berdasarkan dari data BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 daerah di sekitar CV Mekar Abadi memiliki curah hujan rata-rata 94 mm/bulan dan jumlah hari hujan dalam tahun 2009 mencapai 125 hari. Suhu udara di CV Mekar Abadi berkisar antara 14.3 – 26.5 0C.

4.1.2 Jenis Produk, Kapasitas Produksi, dan Sertifikasi

Produk yang dihasilkan CV Mekar Abadi yaitu vinir, bare-core, block-board, dan kayu lapis dengan berbagai ketebalan. Penelitian hanya difokuskan pada proses produksi kayu lapis. Kayu lapis yang dihasilkan yaitu kayu lapis dengan jenis ordinary plywood. Ordinary plywood merupakan kayu lapis murni yang tidak mendapatkan perlakuan tambahan. Produk kayu lapis yang dihasilkan di CV Mekar Abadi tergolong dalam grade B, karena bahan baku yang digunakan juga tergolong grade B. Kapasitas produksi rata-rata mencapai 84,976 m3/tahun untuk semua produk. Kapasitas produksi plywood mencapai 788 m3/tahun.

Ditinjau dari aspek sertifikasi, CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikasi apapun. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No: P.38/Menhut-II/2009, Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.6/VI-Set/2009, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02/VI-BPPHH/2010 mewajibkan setiap industri kayu bersertifikasi Sistem

17

Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Lembaga yang terkait seperti Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) dan Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) juga menyarankan sertifikat SVLK. Sertifikat SVLK juga digunakan sebagai standar perdagangan kayu ke negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara lainnya di Asia. Sertifikat SVLK merupakan persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu atau produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar legalitas kayu (legal compliance) dalam memperoleh hasil hutan.

Pada dasarnya, CV Mekar Abadi sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi SVLK, karena dengan sertifikasi tersebut dapat memberikan peluang untuk memperluas perdagangannya ke pasar internasional. Disamping itu, produk yang ditandai dengan sertifikasi tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan karena produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Sebaiknya, dengan adanya komitmen perusahaan dalam meningkatkan mutu produk kayu lapis diperlukan sertifikasi ISO seri 9000 dan ISO seri 14000 untuk manajemen lingkungan tetapi dengan keterbatasan modal perusahaan belum mampu untuk mendapatkan sertifikasi tersebut.

4.1.3 Sistem Pengadaan Bahan Baku

Tabel3. Bahan baku dan bahan penolong Bahan baku dan

bahan penolong Bentuk fisik Sifat bahan Asal bahan

Cara penyimpanan

Bahan baku

Log albasia Padat Mudah terbakar Lokal Dikeringkan

Balok albasia Padat Mudah terbakar Lokal Dikeringkan

Face-Back Meranti Padat Mudah terbakar Jawa timur Gudang Bahan penolong

Lem Cair Mudah terbakar Jawa timur Gudang

Tabel 3 diatas menjelaskan jenis bahan baku dan bahan penolong yang digunakan CV Mekar Abadi. Bahan baku log albasia dan balok albasia berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo dan sebagian kecil dari daerah Kabupaten Banjarnegara. Penggunaan albasia sebagai bahan baku utama kayu lapis didasarkan karena produktivitas kayu albasia di daerah lokal sangat besar dan dominan dari kayu lainnya. Selain itu, keberadaan industri yang dekat dengan bahan baku menjadikan biaya untuk bahan baku dan transportasinya lebih hemat. Pada umumnya petani lokal menjual pada pengumpul kayu, pengumpul kayu selanjutnya menjual pada depo (tempat penggergajian kayu), setelah itu dari depo menjual pada supplier untuk dijual ke industri. Kayu diangkut menggunakan truk dan proses jual-beli dilakukan di pabrik. Jenis dan ukuran log yang digunakan oleh CV Mekar Abadi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi

No Jenis log Diameter log (cm)

1 Log reject < 10, 10-14

2 Log medium < 15

18

Log jenis super akan dibuat menjadi vinir, sedangkan log jenis medium dan reject digunakan untuk membuat balken (balok kecil yang sudah dikeringkan) sebagai bahan baku utama pembuatan

block board. Kriteria bahan baku yang dapat diterima CV Mekar Abadi adalah log harus lurus, bulat, tanpa mata kayu, bukan kayu yang masih muda, dan kayu berumur lima tahun keatas. Bahan baku kayu albasia di CV Mekar Abadi juga belum bersertifikat dan hanya berupa perijinan. Dokumen yang disertai dalam proses jual beli log albasia dan balok albasia antara lain Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU), Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO), dan Daftar Kayu Olahan (DKO) atas ijin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo.

Face-back yang digunakan berasal dari kayu meranti dan dibeli dari Surabaya. Face-back

berukuran 1.33 x 2.54 m2. Meskipun sudah mempunyai mesin rotary 9 feet yang mampu mengupas kayu dengan ketebalan sangat tipis, tetapi industri belum berani memproduksi face-back karena bahan baku kayu meranti sulit untuk didapat di daerah lokal maupun di pulau Jawa. Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi.

4.1.4 Teknologi Produksi Kayu Lapis CV Mekar Abadi

Terlepas dari penebangan dan pemilihan kayu yang ditebang dari hutan, digram alir proses produksi kayu lapis dipaparkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Log albasia Rotary Vinir Pengeringan 6 hari 1200C Perekatan lem Cold press 35 menit 95 kgf/cm2 Hot press 1060C 12 menit 95 kgf/cm2 Sander kalibrasi Platform plywood Face and back Perekatan lem Cold press 35 menit 95 kgf/cm2 Hot press 1060C 4 menit 95 kgf/cm2 Double sizer Sander finishing Plywood

19

Berdasarkan diagram alir diatas, maka dapat dijelaskan teknik dan teknologi yang digunakan pada proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi sebagai berikut.

1. Bahan baku kayu gelondongan yang sudah dipotong dengan panjang 1.30 m dan diameter 10-45 cm disortir dibagian logyard seperti yang tampak pada Gambar 8. Penyortiran untuk menentukan jenis dan kualitas bahan baku kayu.

Gambar 8. Penyortiran log di logyard

2. Kayu gelondongan selanjutnya dibersihkan dan dikupas kulit luarnya secara manual menggunakan pisau kupas untuk menghilangkan dan membersihkan dari kotoran, batu, dan logam seperti yang tampak pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengupasan kulit luar log

3. Kayu gelondongan direndam dalam bak perendaman untuk meningkatkan kadar air sehingga tidak mudah retak jika dikupas menggunakan rotary. Namun belum ditentukan berapa lama waktu perendaman, sedangkan selama ini waktu perendaman disesuaikan dengan rencana produksi dan masuknya bahan baku. Proses perendaman dapat dilihat pada Gambar 10.

20

Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary

4. Selanjutnya log albasia dikupas menggunakan rotary 3 feet yang menghasilkan lembaran vinir dengan ketebalan sesuai rencana produksi. Ukuran vinir diharuskan memiliki panjang 2.5 m dan lebar 1.27 m. Kupasan pertama dibuang sebagai limbah karena ukurannya tidak mencukupi. Kupasan kedua berupa vinir poly (vinir yang terpotong dengan lebar standar yaitu 1.27 m dan panjang yang tidak mencukupi yaitu 16-20 cm). Kupasan kedua biasanya digunakan untuk membuat short core dan sering disebut sampah yang merupakan bahan baku untuk menambal(patching) kayu lapis yang berlubang atau sobek. Kupasan ketiga digunakan sebagai bahan baku long core. Ukurannya memenuhi standar dan tidak rusak atau retak seperti kupasan sebelumnya. Proses tersebut menyisakan log core dengan diameter 10–11 cm. Kemudian log core dikupas dengan mesin rotary spindeless 3 feet, ketebalannya sesuai dengan rencana produksi. Proses ini menghasilkan limbah yang besar sehingga menurunkan rendeman produksi kayu lapis. Proses pengupasan log dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir

5. Sebelum proses pengeringan, vinir disusun sebanyak lima pieces, kemudian di-stik, yaitu disisipkan balok kecil, dan vinir disusun kembali. Stik berguna untuk laju sirkulasi uap panas agar pengeringan merata sehingga meminimalkan waktu pengeringan. Satu palet terdapat 177 vinir. Proses stik dapat dilihat pada Gambar 12.

21

Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry

6. Pengeringan menggunakan uap panas, sumber panas berasal dari heating elemen yang dialiri oleh media pemanas (hot water) dari boiler. Selanjutnya, uap panas dialirkan ke kiln dry. Kiln dry merupakan ruang pengeringan yang menyirkulasi uap panas dan mempertahankan panas sehingga dapat mengeringkan vinir pada MC (moisture content) yang dikehendaki. Lembaran vinir yang terdiri dari long core (vinir yang seratnya memanjang atau horizontal) dan short core (vinir yang seratnya pendek dan mengarah vertikal) selanjutnya dikeringkan dalam kiln dry selama 6-16 hari dengan temperatur 1200C. Proses ini menghasilkan produk vinir kering dengan MCmaksimal sebesar 14% yang dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry

7. Selanjutnya dilakukan perbaikan mutu vinir dan face-back serta menggabung vinir yang terpisah (join veneer) secara manual. Proses repair dan join vinir dapat dilihat pada Gambar 14.

22

Gambar 14. Proses join vinir

8. Vinir yang telah diperbaiki selanjutnya diangkut ke glue spreader menggunakan forklift. Vinir yang terdiri dari long core dan short core disusun secara bersilangan sehingga seratnya tegak lurus. Vinir disusun dengan ketebalan dan lapisan yang sesuai dengan rencana produksi. Vinir ini disebut platform karena belum dilapisi oleh face-back, inilah tahap I proses produksi kayu lapis yaitu tahap pembuatan platform. Selanjutnya vinir diberi perekat urea formaldehida. Perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekatan bertujuan agar produk kayu lapis kuat dan tahan lama. Proses peleburan lem dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir

9. Platform kemudian dimasukkan dalam mesin cold press selama 25-35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan dingin. Pengempaan dingin berfungsi untuk meratakan dan merekatkan lem sehingga memudahkan dalam proses hot press. Proses pengempaan dingin dapat dilihat pada Gambar 16.

23

Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan dingin

10.Setelah keluar dari cold press, vinir di-repair ulang dengan cara ditambal (patching) agar permukaan tetap rata dan tidak berlubang. Proses repair dan patching vinir dapat dilihat pada Gambar 17. Kemudian platform dimasukkan ke dalam mesin hot press selama 12 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan panas. Pengempaan panas berfungsi untuk pelengketan dan pengeringan lem dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 17. Proses repair platform

24

11.Platform yang sudah selesai di-press harus melalui proses repair dan pendempulan (putty) pada

bagian permukaaan yang tidak rata, berlubang atau sobek, kemudian dilakukan pengampelasan (sander). Proses pendempulan dan pengampelasan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20.

Gambar 19. Proses pendempulan

Gambar 20. Pengampelasan platform dengan mesin sander

12.Tahap II yaitu proses produksi kayu lapis dimulai dari penyusunan platform dan face-back

sesuai rencana produksi. Kemudian direkatkan dengan lem pada glue spreader.

13.Proses selanjutnya sama dengan proses diatas yaitu dimasukkan ke cold press selama 25–35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2, lalu diperbaiki bagian yang berlubang dan sobek pada kayu lapis. Kayu lapis hasil repair dimasukkan ke dalam hot press selama 4 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2.

14.Kayu lapis yang selesai di-press kemudian dipotong sisi panjangnya dan sisi lebarnya sesuai dengan ukuran panjang 2.44 m dan lebar 1.22 m dengan mesin double sizer. Proses double sizer dapat dilihat pada Gambar 21.

25

Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis

15.Selanjutnya dilakukan pendempulan (putty) pada permukaan kayu lapis yang tidak rata dan berlubang, lalu dilakukan pengampelasan terakhir (sander finishing).

16.Proses akhir dari produksi kayu lapis yaitu sortasi yang menentukan kelas kayu lapis sesuai dengan mutunya. Kemudian dilakukan pengepakan dan dimasukkan ke gudang yang merupakan hasil produksi yang siap dijual.

Mutu produk kayu lapis sesuai dengan standar mutu negara-negara yang dituju, antara lain Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut memiliki standar mutu yang tidak terlalu ketat dan tidak mewajibkan untuk bersertifikasi. Mutu yang ditetapkan meliputi pengecekan pelekatan, kadar air, jenis, berat jenis, warna, ketebalan lapisan, ukuran, kelengkungan, karakteristik natural, karakteristik pabrik, inti kayu, dan pengemasan.

Produk yang bermutu didukung oleh prosedur kerja dan peran teknologi pendukung yang baik. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, tetapi perawatan mesin dilakukan secara berkala. Pengecekan mesin dilakukan sebelum melakukan produksi dan setiap minggu dilakukan perawatan mesin didukung oleh tenaga ahli mekanik. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi pengolahan kayu yang dapat meningkat mutu produk, CV Mekar Abadi berusaha untuk mengadakan restrukturasi mesin kayu lapis. Restrukturasi dimulai dengan penambahan rotary 9 feet yang dapat mengkonversi log menjadi face dan back.

4.1.5 Limbah Proses Produksi Kayu Lapis

Proses produksi di industri kayu lapis menghasilkan sisa produksi berupa limbah. Setiap unit proses menghasilkan limbah, antara lain limbah padat, limbah cair, dan limbah udara. Ketiga jenis limbah tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

Limbah padat dari proses produksi kayu lapis terdiri dari beberapa jenis dan dampak pencemarannya pada Tabel 5.

26

Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat di industri kayu lapis

Sumber Limbah Jenis Limbah Dampak Pencemaran

Unit pembersihan log Kulit kayu basah Tanah, air Unit rotary Serbuk kayu sisa potongan log Tanah, udara

Potongan log basah Tanah, air

Kayu bulat busuk Tanah

Serpihan kayu basah Tanah, air Serpihan kayu kering Tanah Serpihan vinir kering Tanah

Unit stik Sisa tali plastik Tanah

Unit repair vinir dan face-back

Kertas sisa gummed tape Tanah Serpihan vinir kering Tanah Mesin glue spreader Sisa perekat (glue) Tanah

Kerak sisa perekat Tanah Unit repair platform dan kayu

lapis

Kerak sisa dempul Tanah, udara

Mesin double sizer Potongan kayu lapis Tanah

Boiler Jelaga boiler Udara

Abu sisa pembakaran Tanah Kerak sisa pembakaran Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan, limbah padat yang paling dominan adalah limbah kayu. Limbah kayu yang terbentuk berupa kulit kayu tidak dapat diolah, serpihan kayu dan vinir, potongan kayu yang tidak sesuai ukurannya, dan serbuk kayu. Proses produksi kayu lapis secara keseluruhan menghasilkan sisa produksi berupa limbah sekitar 40%-50%. Penanganan limbah kayu di CV Mekar Abadi berupa potongan kayu kering, kulit kayu kering, dan serbuk kayu digunakan untuk bahan bakar boiler. Bahan bakar boiler 10% nya merupakan limbah kayu yang dibeli dari luar perusahaan. Serpihan vinir kering digunakan sebagai bahan tambalan untuk repair vinir, face-back, platform, dan kayu lapis.

Kulit kayu basah, potongan log basah, kayu busuk, serta sisa perekat dibuang dan ditimbun di lahan terbuka yang dimiliki perusahaan. Jika pembuangan ini terus berlanjut, maka akan terjadi akumulasi dampak lingkungan. Oleh karena itu, limbah harus diminimalkan dan diolah dengan baik. Semakin meningkatnya limbah yang dibuang maka semakin luas lahan pembuangan yang harus disediakan. Limbah tersebut juga menimbulkan bau yang tidak sedap, gangguan estetika lingkungan, serta terjadinya pencemaran tanah. Selain itu, terdapat limbah dari aktifitas pendukung berupa kerak dan abu sisa pembakaran pada boiler dan limbah domestik. Limbah domestik merupakan limbah padat sisa dari aktivitas para tenaga kerja, mengingat bahwa CV Mekar Abadi adalah industri padat karya.

Limbah cair di CV Mekar Abadi berasal dari sisa pencucian glue spreader, dan buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya. Air pencucian glue umumnya mengandung formaldehida dan amonia. Selain itu, limbah cair dari sisa pengasahan mesin kupas di unit proses

27

Limbah cair juga dihasilkan dari air perendaman log dan air dari aktivitas pemeliharaan mesin yang mengandung pelumas. Limbah cair domestik juga sangat besar, mengingat jumlah tenaga kerja yang sangat banyak.

Limbah cair sisa pencucian glue spreader serta buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya dialirkan melalui saluran drainase menuju bak peresapan dengan ukuran sekitar 2 x 3 m2. Apabila ada hujan, maka debit air dari dalam akan menjadi besar dan meluap dari bak peresapan mengalir ke sungai. Pada unit proses rotary, limbah cair perendaman log dan aktivitas lainnya langsung dibuang ke sungai melalui saluran drainase yang ada di pabrik.

Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara di industri kayu lapis

Jenis limbah Sumber limbah Pencemaran

Debu kayu Pengampelasan Tanah, udara

Formaldehida Pelaburan perekat, pengempaan panas Udara

Amoniak Pelaburan perekat, pengempaan panas Udara

Gas CL2 Gas dari pengempaan panas Udara

Gas CO2, CO, NOx,VOC Cerobong boiler berbahan bakar kayu Udara

Jelaga Boiler saat blow up Tanah, udara

Uap aseton dan toluen Dempul Udara

Uap air dan VOC Pengeringan vinir Udara

Kebisingan Mesin produksi Udara

Sumber : Nurendah (2006)

Tabel 6 menjelaskan bahwa limbah udara secara spesifik dari produksi kayu lapis dapat dihasilkan dari beberapa bahan kimia. Dalam penanganan debu kayu, CV Mekar Abadi menggunakan mesin penghisap debu (cyclon) yang ditempatkan dibagian pabrik untuk menghisap debu hasil proses produksi. Jumlah mesin cyclon yang terbatas, dua buah, maka bagi pekerja masih dirasa terganggu. Oleh karena itu, CV Mekar Abadi menghimbau pekerja untuk memakai masker.

Pada umumnya pabrik kayu lapis menggunakan cyclon untuk menangkap debu kayu, tetapi debu di atas 400 mesh sulit untuk dipisahkan dengan metode ini. Partikel yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron dapat mencapai alveoli dan 1 mikron memiliki peluang besar untuk mengendap di paru-paru, sementara pabrik yang telah menginvestasikan alat ini lima kali lebih mahal (King and Magid, 1980).

Limbah B3 yang terdapat di CV Mekar Abadi yaitu ceceran oli pada mesin glue spreader, sisa cairan pengasahan pisau yang mengandung logam, dan oli bekas pada unit proses rotary. Limbah B3 yang terbuang langsung ke lingkungan akan mengakibatkan pencemaran dan berbahaya bagi kelangsungan ekosistem pada lingkungan tersebut.

4.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap karyawan memiliki resiko dalam menjalankan aktivitas produksi selama proses produksi berlangsung dalam suatu pabrik. Kecelakaan kerja menjadi resiko yang tidak dapat dihindari apabila seorang karyawan kurang hati-hati. Resiko ini dapat menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang pendek sampai jangka waktu yang panjang tergantung dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut. Apabila resiko ini diacuhkan oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap lalai

28

dengan hak pekerja karena tidak ada pencegahan maupun penanganan kecelakaan kerja. Hal ini akan memperburuk citra perusahaan dan akan menimbulkan dampak sosial.

K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) merupakan jaminan yang wajib diberikan perusahaan kepada karyawan dalam melakukan hubungan kerja. Sistem K3 ini diimplementasikan dalam Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan penyelenggaraannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993. Menurut UU No 3 Tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

Sistem K3 yang baik akan mendukung program produksi bersih. Apabila perusahaan memberikan jamsostek maka produktivitas karyawan akan meningkat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Hal ini akan meningkatkan good housekeeping pada semua unit proses sehingga meningkatkan efisiensi produksi serta limbah yang terbuang dapat diminimalisir. Menurut

Dokumen terkait