• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

6.1. Deskriptif

6.1.1. Distribusi Proporsi Berdasarkan Sosiodemografi

Sosiodemografi penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan umur dan jenis kelamin di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan gambar 6.1. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 26-30 tahun (35,1%) dan terendah pada kelompok umur 1-5 tahun dan 16-20 tahun (masing-masing 1%). Proporsi penderita HIV/AIDS pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 21-25 tahun (11,4%) dan terendah pada kelompok umur 16-20 tahun (1%). Distribusi proporsi jenis kelamin adalah laki-laki 71,1% dan perempuan 28,9% dengan sex ratio 246%.

Penderita HIV/AIDS lebih banyak terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun. Usia 21-30 tahun merupakan usia muda dimana sebagian besar penderita pada usia muda tersebut adalah pengguna napza suntik.17 Hal tersebut dapat dilihat dari proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko tertinggi adalah IDU (59,8%). Selain itu rentang usia 21-30 tahun merupakan usia seksual aktif sehingga memungkinkan penderita HIV/AIDS lebih banyak terdapat pada kelompok umur tersebut.17

Penderita terbanyak terdapat pada laki-laki, hal ini dimungkinkan karena pengguna napza suntik lebih banyak adalah laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Libertina (data 2004-2006) dengan desain

case series di RSUP Haji Adam Malik Medan, yaitu proporsi penderita AIDS dengan

faktor risiko non seksual tertinggi pada laki-laki (89,3%)35. Sesuai dengan laporan dari Departemen Kesehatan RI sampai dengan Desember 2009 bahwa proporsi kumulatif penasun tertinggi adalah laki-laki (91,8%)10.

Selain itu, pada umumnya laki-laki adalah pengguna jasa layanan seksual dan pernah melakukan hubungan seksual tidak terlindung dengan wanita pekerja

seksual.17 Survei tentang HIV/AIDS yang dilakukan oleh Dirjen PPM & PL Depkes RI, tahun 2002, mendapatkan data 3 juta lelaki di 10 propinsi di Indonesia yang menjadi pelanggan perempuan pekerja seks komersial (PSK). Hanya sedikit sekali yang menggunakan kondom ketika kontak seks dengan PSK. Data tersebut menjelaskan setidaknya ada 3 juta laki-laki berisiko tinggi terhadap HIV karena perilaku seksual mereka dan pada saat bersamaanjuga dapat menyebabkan pasangan seksual ataupun bayi mereka berisiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS. 36

Hasil ini sesuai dengan laporan dari Departemen Kesehatan RI sampai dengan Desember 2009 bahwa proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada laki- laki (73,7%) dan rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3 : 1.10 b. Suku

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan suku di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Suku di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006- Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan suku tertinggi adalah Jawa (84,6%) dan terendah adalah suku Minang dan Nias masing-masing sebesar 1,0%. Hal ini berkaitan dengan jumlah pengunjung yang datang untuk memeriksakan dirinya ke Klinik VCT Puskesmas Tanjung Morawa paling banyak adalah suku Jawa.

c. Pendidikan

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan pendidikan di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan pendidikan tertinggi adalah tingkat SLTA (62,1%) dan

terendah adalah tidak/belum sekolah (2,1%) yaitu dua orang anak yang berusia 1 tahun dan 3 tahun dengan faktor risiko penularannya melalui perinatal .

Penelitian Anastasya (data 2006-2007) dengan desain case series di Pusyansus Klinik VCT RSUP Haji Adam Malik Medan juga mencatat bahwa penderita HIV/AIDS tertinggi adalah tingkat SLTA (83,6%). 14

Tingginya proporsi penderita HIV/AIDS dengan pendidikan tamat SLTA ini berkaitan dengan jumlah pengunjung yang datang untuk tes HIV di Puskesmas Tanjung Morawa paling banyak adalah berpendidikan tamat SLTA.

Karakteristik penderita HIV/AIDS dengan status pendidikan Tidak/Belum sekolah (2,1%) yaitu dua orang perempuan, berusia 1 dan 3 tahun dengan faktor risiko penularan melalui perinatal, masing-masing berasal dari wilayah kerja puskesmas.

d. Pekerjaan

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta (46,0%) dan terendah adalah PNS dan Sopir masing-masing (1,1%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Libertina (data 2004-2006) dengan desain case series di RSUP Haji Adam Malik Medan, yaitu proporsi pekerjaan penderita AIDS tertinggi adalah wiraswasta (41,4%) dan terendah adalah PNS (1,8%).35

Jenis pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta, namun tidak jelas jenis wiraswasta yang dimaksud. Adapun jenis wiraswasta yang tercatat dalam laporan

bulanan Puskesmas Tanjung Morawa salah satu diantaranya yaitu pekerjaan sebagai pemilik penyewaan keyboard.

Jika dibandingkan antara penderita yang bekerja dengan yang tidak bekerja, maka dapat dilihat penderita HIV/AIDS lebih banyak berstatus bekerja. Hal ini dimungkinkan karena penderita HIV/AIDS yang terdapat di Puskesmas Tanjung Morawa tergolong pada kelompok usia produktif kerja (15-64 tahun)9.Hal ini dapat dilihat dari proporsi usia penderita HIV/AIDS paling tinggi adalah pada kelompok umur 26-30 tahun (39,2%) yang mana kelompok umur tersebut termasuk dalam kelompok usia produktif kerja.

e. Status Perkawinan

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan status perkawinan di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Status Perkawinan di Puskesmas Tanjung Morawa

Berdasarkan Gambar 6.5. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah kawin (51,6%) dan terendah adalah Janda/Duda (4,4%).

Berdasarkan Data Susenas 1992-2005, rata-rata umur perkawinan penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2005, rata-rata usia laki-laki menikah pada umur 26,9 tahun dan perempuan pada umur 23,2 tahun37. Sesuai dengan hasil penelitian, Proporsi penderita HIV/AIDS tertinggi pada laki-laki terdapat pada kelompok umur 26-30 tahun (35,1%) dan pada perempuan terdapat pada kelompok umur 21-25 tahun (11,4%) dimana kelompok umur tersebut merupakan rata-rata umur perkawinan, hal ini memungkinkan tingginya proporsi penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa dengan status kawin.

Penelitian Anastasya (Data 2006-2007) di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan menemukan bahwa status perkawinan penderita HIV/AIDS yang tertinggi adalah kawin (42,5%). 14

f. Daerah Asal

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan daerah asal di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Daerah Asal di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.6. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan daerah asal tertinggi adalah dari wilayah kerja puskesmas (72,2%).

Lokasi Puskesmas tanjung Morawa yang berada pusat Kecamatan Tanjung Morawa dan dekat dengan jalan raya serta sistem pelayanan 24 jam menjadi hal yang mendukung puskesmas ini banyak dikunjungi oleh pasien termasuk orang yang akan periksa HIV. Selain itu di Tanjung Morawa terdapat sarana hiburan malam berupa kafe, tempat penginapan dan tempat dimana para PSK banyak dijumpai, memungkinkan masyarakat untuk berhubungan dengan banyak orang, mudahnya terpengaruh dalam penggunaan narkoba dan melakukan hubungan seksual berisiko secara lebih bebas.

Letak Puskesmas Tanjung Morawa yang berada dipertengahan antara Medan dan Lubuk Pakam, adanya bantuan LSM setempat yang bergerak di bidang kesehatan khususnya HIV/AIDS membuat Puskesmas ini juga menjadi tempat orang yang berasal dari luar wilayah kerja puskesmas ini untuk datang memeriksakan dirinya. Berdasarkan laporan bulanan di Klinik VCT Puskesmas Tanjung Morawa, penderita HIV/AIDS yang berasal dari luar wilayah kerja puskesmas bervariasi diantaranya ada yang berasal dari Batang Kuis, Butu Bedimbar, Medan, Perbaungan, Pematang Siantar, Sembahe, Pantai Cermin dan Tapanuli Selatan. Oleh karena itu, proporsi penderita HIV/AIDS yang berasal dari luar wilayah kerja puskesmas juga lumayan tinggi.

6.1.2. Distribusi Proporsi Berdasarkan Faktor Risiko

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Risiko di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.7. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko tertinggi adalah IDU (61,9%) dan terendah terendah IDU+ Heteroseksual dan IDU+Heteroseksual+Tato (masing-masing 1%).

Hal ini berkaitan dengan meningkatnya jumlah pengguna obat-obat terlarang di Indonesia terutama di kalangan remaja dan kelompok dewasa muda.38 Kenyataan bahwa 39,2% kasus HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa teradapat pada kelompok umur 26-30 tahun mengindikasikan bahwa mereka tertular HIV pada umur yang masih sangat muda. Hal ini sejalan pula dengan fakta bahwa penyalahguna napza sebagian besar adalah remaja dan dewasa muda.

Berdasarkan laporan monitoring VCT dari Departemen Kesehatan RI sampai dengan Juni 2009 presentase kumulatif infeksi HIV pada kelompok risiko tertinggi dilaporkan pada kelompok IDU (52,18%).10 Menurut laporan Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara sampai April 2009, jumlah kumulatif HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko IDU (40,39%) menempati urutan kedua setelah faktor risiko heteroseksual (44,46%).12

Karakteristik penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko perinatal yaitu satu orang dengan jenis kelamin laki-laki, usia 5 tahun, Suku Jawa, berasal dari luar wilayah kerja puskesmas. Dua orang dengan jenis kelamin perempuan. Berusia 1 tahun, Suku Melayu, kedua orang tuanya merupakan penderita AIDS dengan faktor risiko orang tua laki-laki IDU dan orang tua perempuan melalui Heteroseksual dan kedua orang tua anak tersebut telah meninggal dunia. Seorang penderita berusia 3 tahun, Suku Batak Karo, kedua orang tuanya merupakan penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko IDU, pekerjaan orang tua laki-laki wiraswasta dan orang tua perempuan sebagai ibu rumah tangga. Masing-masing berasal dari wilayah kerja puskesmas.

6.1.3. Distribusi Proporsi Berdasarkan Tempat Dirujuk

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan tempat dirujuk dari Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Tempat Dirujuk di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.8. dapat diketahui bahwa proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan tempat dirujuk tertinggi adalah RSUD Lubuk Pakam (54,6%) dan terendah adalah RSU Bhayangkara Medan (1%).

Klinik VCT Puskesmas Tanjung Morawa merupakan tempat konseling secara sukarela dan pribadi bagi klien yang mempunyai risiko tertular HIV, dan secara sukarela bersedia untuk memeriksa status HIVnya melalui pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui status klien tersebut, maka diharapkan klien akan mendapat dukungan dan perawatan baik secara psikologi, fisik dan spiritual. Klien yang didiagnosa telah terinfeksi HIV+ ataupun telah memasuki stadium AIDS akan dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk penangan lebih lanjut, dalam hal ini rumah sakit yang terdekat adalah RSUD Lubuk Pakam yang juga mempunyai Klinik VCT.

Terdapat klien dengan status HIV+ namun tidak dirujuk, hal ini dikarenakan klien tersebut adalah orang yang baru terdiagnosa terinfeksi HIV dan tidak mau dirujuk ke rumah sakit atau pusat pelayanan lain, maka mereka akan tetap didampingi oleh petugas VCT melalui konseling pasca tes untuk membantu klien agar dapat mengetahui cara menghindarkan penularan HIV kepada orang lain. Cara mengatasinya dan menjalani hidup secara positif.

Karakteristik penderita HIV/AIDS yang dirujuk ke RSU Bhayangkara Medan adalah laki-laki, 26 tahun, belum kawin, Suku Jawa, tamat SLTA, pekerjaan wiraswasta, faktor risiko IDU, dan berasal dari luar wilayah kerja puskesmas yaitu dari kota Medan.

6.1.4. Distribusi Proporsi Berdasarkan Infeksi Opurtunistik

Proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan infeksi opurtunistik di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Infeksi Opurtunistik di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan Gambar 6.9. dapat diketahui bahwa dari 26 data infeksi opurtunistik yang tercatat, proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan infeksi opurtunistik tertinggi adalah Tuberkulosis (65,4%) dan terendah adalah Diare Kronis (15,5%).

Hal ini juga sesuai dengan laporan Departemen Kesehatan RI sampai dengan Desember 2009 dilaporkan bahwa infeksi opurtunistik terbanyak pada penderita HIV/AIDS adalah TBC (40,34%) kemudian Diare kronis (22,16%).10

6.2. Analisa Statistik

6.2.1. Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin

Status perkawinan penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Dari gambar 6.10. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi pada status belum kawin (54,7%) dan jenis kelamin perempuan lebih tinggi pada status kawin (66,7%).

Perempuan yang menderita HIV/AIDS dengan status kawin mayoritas adalah ibu rumah tangga (11 orang) dan PSK (5 orang) dengan umur termuda adalah 21

tahun, pada penderita dengan status belum kawin memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, ibu rumah tangga dan PSK (masing-masing 1 orang) dan 2 orang balita dengan faktor risiko perinatal dan umur termuda yaitu 1 tahun. Terdapat 14,8% penderita dengan status perkawinan janda, 1 orang diantaranya merupakan ibu rumah tangga dan 3 orang dengan pekerjaan sebagai PSK dengan usia termuda yaitu 23 tahun.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square terdapat 2 sel (33,3%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisa dengan menggunakan uji ini tidak dapat dilakukan.

6.2.2. Umur berdasarkan Faktor Risiko

Umur penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006- Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Dari gambar 6.11. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual maupun non seksual tertinggi pada kelompok umur 15-39 tahun (88,6% dan 95,2%).

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square terdapat 4 sel (66,7%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisa dengan menggunakan uji ini tidak dapat dilakukan.

Menurut penelitian Nurviana (data 2005-2007) desain case series di Klinik VCT RSU Dr. Pirngadi Medan mencatat bahwa penderita HIV/AIDS pada kelompok umur 20-39 tahun paling banyak tertular melalui faktor risiko yang berasal dari perilaku sendiri yaitu melalui hubungan seksual dan IDU (89,1%).13

Sesuai dengan laporan Departemen Kesehatan RI sampai dengan Desember 2009 bahwa proporsi cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan tertinggi melalui heteroseksual (50,3%) dan IDU (40,2%) dan kelompok umur tertinggi penderita AIDS dilaporkan pada kelompok umur 20-39 tahun (79,21%).10

6.2.3. Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Jenis kelamin penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan faktor risiko. Proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual secara bermakna (68,6%) lebih tinggi pada perempuan dan proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko non seksual secara bermakna (93,5%) lebih tinggi pada laki-laki.

Seperti diketahui bahwa penularan HIV/AIDS lebih besar melalui IDU dan heteroseksual, dan diasumsikan bahwa penularan melalui IDU lebih tinggi pada laki- laki dibanding perempuan. Hal ini sesuai dengan laporan Departemen Kesehatan RI sampai dengan Desember 2009 bahwa presentase kumulatif pengguna napza suntik

Penularan secara heteroseksual lebih tinggi pada perempuan, hal ini terkait dengan fisiologi organ reproduksi perempuan lebih rentan tertular HIV dibandingkan organ reproduksi laki-laki karena berada di bagian dalam tubuh. Bagian dalam vagina berselaput lendir dan memiliki lipatan-lipatan yang membuat penampang vagina menjadi lebih luas sehingga lebih rentan terinfeksi HIV dibandingkan organ reproduksi laki-laki. Hubungan seksual melalui vagina disertai kekerasan lebih berpotensi menimbulkan luka pada organ reproduksi perempuan. Luka itu menjadi pintu masuk bagi HIV yang berada dalam cairan sperma laki-laki yang telah terinfeksi HIV ke tubuh perempuan. Statistik memperlihatkan, perempuan 2-4 kali lebih rentan tertular HIV/AIDS dibandingkan laki-laki.36

6.2.4. Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko

Status perkawinan penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Dari gambar 6.13. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko melalui hubungan seksual lebih tinggi pada penderita dengan status kawin (69,7%) dan proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko non seksual lebih tinggi pada penderita dengan status belum kawin (58,6%).

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square terdapat 2 sel (33,3%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga analisa dengan menggunakan uji ini tidak dapat digunakan.

6.2.5. Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Pekerjaan penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara pekerjaan berdasarkan faktor risiko. Proporsi penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko baik melalui hubungan seksual maupun non seksual secara bermakna (65,7% dan 90,5%) lebih tinggi pada penderita dengan status bekerja.

Banyaknya penderita HIV/AIDS baik dengan faktor risiko penularan seksual maupun non seksual pada kategori bekerja, berkaitan dengan jenis pekerjaan dan perilaku seksual penderita. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa jenis pekerjaan tertinggi adalah wiraswasta (46,0%) namun tidak dijelaskan jenis wiraswasta yang dimaksud sehingga tidak dapat dipastikan apakah pekerjaan tersebut lebih berisiko untuk tertular HIV/AIDS.

Mayoritas penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko baik melalui hubungan seksual maupun non seksual memiliki status bekerja hal ini diasumsikan bahwa penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa tergolong pada kelompok usia produktif kerja (15-64 tahun)9. Hal ini dapat dilihat dari proporsi usia penderita HIV/AIDS paling tinggi adalah pada kelompok umur 26-30 tahun (39,2%) yang mana kelompok umur tersebut merupakan kelompok usia produktif.

Selain itu, rentang usia 26-30 tahun merupakan kelompok umur dewasa muda dimana pada usia ini terdapat proporsi pengguna IDU tertinggi dan merupakan masa seksual aktif sehingga memungkinkan penderita HIV/AIDS lebih banyak terdapat pada kelompok umur tersebut.17

Penderita HIV/AIDS dengan status tidak bekerja tertinggi terdapat pada kelompok dengan faktor risiko penularan seksual, hal ini dikarenakan penderita dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga termasuk kedalam kelompok tidak bekerja dan mayoritas faktor risiko penularan HIV/AIDS kepada ibu rumah tangga adalah melalui hubungan seksual.

6.2.6. Umur Berdasarkan Infeksi Opurtunistik

Umur penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006- Mei 2010 berdasarkan Infeksi Opurtunistik dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Infeksi Opurtunistik Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Dari gambar 6.15. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi opurtunistik Tuberkulosis, Diare kronis dan IMS lebih tinggi pada penderita dengan umur 15-39 tahun (94,1%, 50% dan 80%).

Virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh memungkinkan adanya interaksi antara infeksi HIV dengan infeksi penyakit lainnya. Interaksi utama yang sampai saat ini diketahui adalah interaksi HIV dengan Mycobacterium Tuberculosis

(Mtbc). Interaksi antara HIV dengan Mtbc mengakibatkan terjadinya penderita TB

paralel dengan HIV/AIDS. 24

Hasil ini sesuai dengan data Departemen Kesehatan RI dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008, proporsi kasus baru TB paru BTA Positif berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 15-34 tahun (82,74%).9

6.2.7. Jenis Kelamin Berdasarkan Infeksi Opurtunistik

Jenis kelamin penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010 berdasarkan Infeksi Opurtunistik dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Infeksi Opurtunistik Pada Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006-Mei 2010

Dari gambar 6.16. diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi opurtunistik Tuberkulosis dan Diare kronis lebih tinggi pada laki-laki (88,2% dan 100%) sedangkan proporsi penderita HIV/AIDS dengan infeksi opurtunistik IMS lebih tinggi pada perempuan (60%).

Dokumen terkait