• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Tahun dan Kecenderungan

Distribusi penderita kanker paru berdasarkan data tahun 2005-2009 yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.1. Grafik Garis Trend Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Berdasarkan Data Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa penderita kanker paru rawat inap tertinggi tahun 2006 yaitu 46 orang dan terendah tahun 2005 yaitu 16 orang. Trend penderita kanker paru rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan peningkatan dengan persamaan garis y = 4,4x + 21,8 frekuensi kasus meningkat 24 kasus dengan simple ratio 2,5 kali dan persentase 60%.

6.2 Karakteristik Penderita Kanker paru 6.2.1. Sosiodemografi

Sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi umur tertinggi adalah 61- 68 tahun 26,3% ( laki-laki 23,4% dan perempuan 2,9%) dan terendah 77-85 tahun (laki-laki 2,9% dan perempuan 0%). Penderita dengan umur termuda 29 tahun ada 1 orang dengan jenis kelamin perempuan, pekerjaan PNS, stadium IV dan keadaan

sewaktu pulang meninggal. Penderita dengan umur tertua 85 tahun ada 1 orang dengan jenis kelamin laki-laki, pekerjaan petani, sumber biaya sendiri dan keadaan sewaktu pulang PAPS. Distribusi proporsi jenis kelamin adalah laki-laki 80% dan perempuan 20% dengan sex ratio 4:1. Pada umumnya jumlah penderita kanker paru tertinggi yaitu pada golongan umur 50-69 tahun. Data epidemiologi mengenai kanker paru pada umumnya melaporkan hasil yang sama, yaitu jumlah penderita kanker paru laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Hal ini berhubungan erat dengan kebiasaan merokok yang merupakan faktor risiko utama kanker paru..6,32,48 Menurut data Susenas 2001, prevalensi perokok menurut jenis kelamin didapatkan pada penduduk laki-laki (54%) dan perempuan (1,2%).44

Data Rumah Sakit Persahabatan tahun 2004 melaporkan terdapat 262 kasus kanker paru dengan proporsi jenis kelamin 76% laki-laki, 24% perempuan.7

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Melindawati (2009) dengan desain case series, proporsi tertinggi pada umur 40-60 tahun 47,5% dan terendah < 40 tahun 12,5%. Proporsi jenis kelamin yaitu laki-laki 78,5% dan perempuan 21,5% dengan sex ratio 4:1.14

b. Agama

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan suku yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi agama tertinggi adalah Islam (53,7%). Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan antara agama dengan kejadian kanker paru, namun hanya menunjukkan penderita kanker paru yang berobat ke RSU. Dr. Pirngadi Medan mayoritas beragama Islam.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Melindawati (2009) dengan desain case series, proporsi agama tertinggi Islam 57,5%. 14

c. Suku

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan suku yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi suku tertinggi adalah Batak 63,4% dan terendah Tiong-Hoa 0,6%. Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan antara suku dengan kejadian kanker paru, namun hanya menunjukkan penderita kanker paru yang berobat ke RSU. Dr. Pirngadi Medan mayoritas suku Batak.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Melindawati (2009) dengan desain case series, proporsi suku tertinggi yaitu suku Batak 58,5%, diikuti Jawa 23,0%, Aceh 11,5%, Minang 3,5%, Melayu 3,0% dan Nias 0,5%.14

d. Pendidikan

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.5. dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan tertinggi adalah SLTA 46,4% dan terendah tidak sekolah 5%.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan penderita mengenai faktor resiko kanker paru, gejala klinis dan kesadaran untuk memeriksakan diri serta dalam menjalani pengobatan sehingga dengan pengetahuan yang kurang dan gejala penyakit kanker paru yang umum maka banyak penderita yang baru datang berobat ketika berada pada stadium lanjut.

e. Pekerjaan

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan tertinggi adalah Pegawai negeri (PNS) dan TNI/Polri) Pensiunan PNS 35,8% dan terendah pegawai swasta 6,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian Widyastuti (2004) di RSUP H. Adam Malik Medan, bahwa penderita kanker paru paling banyak bekerja sebagai PNS sebesar 42,7% dan paling sedikit pegawai swasta sebesar 4,5%.50

Pekerjaan dapat dikaitkan dengan kejadian kanker paru pada penderita karena ada beberapa dari jenis pekerjaan yang memiliki risiko terhadap terjadinya kanker paru misalnya industri-industri yang menggunakan zat-zat kimia yang bersifat karsinogen.31 Menurut The International Agency for Research into Cancer (IARC) terdapat bahan di tempat kerja yang mempunyai hubungan dengan kanker paru misalnya dalam bentuk nikel, asbes dan arsen.49 Namun pada penelitian ini tidak dapat diketahui dengan jelas bagaimana kondisi lingkungan pekerjaan penderita

sehingga tidak dapat diketahui pula faktor risiko yang ada di lingkungan kerja tersebut.

f. Tempat Tinggal

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker paru berdasarkan tempat tinggal yang lebih tinggi adalah Kota Medan 57,7% dibandingkan di luar Kota Medan 42,3%. Penderita kanker paru tertinggi datang dari Kota Medan dapat disebabkan karena rumah sakit ini berada di Kota Medan sehingga pengunjung rumah sakit ini lebih banyak dari Kota Medan. Sedangkan penderita yang datang berobat dari luar Kota Medan dapat disebabkan fasilitas dari rumah sakit di daerahnya kurang memadai sehingga di rujuk ke RSU. Dr. Pirngadi.

6.2.2. Keluhan Utama

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan gejala klinis dan keluhan utama yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Gejala Klinis di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi gejala klinis kanker paru yang tertinggi adalah sesak nafas 84,0% disusul oleh batuk sebesar 54,9%, nyeri dada 24,0% dan batuk darah 17,1%.

Dalam hal ini sesak nafas merupakan gejala klinis kanker paru yang paling sensitif yaitu dengan sensitivitas 84,0%, artinya dari 100 penderita kanker paru terdapat 84 orang yang memiliki gejala klinis sesak nafas. Pada umumnya gejala kanker yang sering ditemukan adalah batuk dan sesak nafas. Berdasarkan Alsagaf

(1995) disebutkan bahwa gambaran klinis gejala kanker paru berupa batuk terdapat pada 70-90% kasus dan sesak nafas 58% kasus.19

Berdasakan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa gejala pada penderita kanker paru yang dirawat inap maka dapat diuraikan keluhan utama yang dirasakan penderita kanker paru yang menyebabkan datang serta dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.

Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.9. dapat diketahui proporsi keluhan utama penderita kanker paru tertinggi batuk dan sesak nafas 35,4% dan terendah batuk darah 1,1%.

Gejala dan keluhan yang dihasilkan dari penyebaran regional kanker paru melalui saluran limfe atau perluasan lokal dari kanker primernya dapat berguna untuk membuat perkiraan diagnosa.19 Gejala klinik yang sering dihubungkan dengan kanker

paru termasuk didalamnya batuk yang lama (smokers cough) dan batuk darah. Menurut Boucot dkk satu atau lebih gejala ini didapakan pada 2/3 kasus kanker paru.6

6.2.3. Riwayat Merokok

Proporsi riwayat merokok tercatat 15,4% sedangkan proporsi riwayat merokok tidak tercatat 84,6%. Proporsi riwayat merokok dengan kebiasaan merokok 74,1%. Dalam hal ini tidak dapat diasumsikan kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor dari faktor resiko terjadinya kanker paru karena data yang diperoleh tidak mewakili populasi (lebih dari 50% data riwayat merokok tidak tercatat).

6.2.4. Jenis Kanker Paru

Proporsi jenis kanker paru tercatat 9,1% sedangkan proporsi jenis kanker paru tidak tercatat 90,9%. Proporsi Non Small Cell Lung cancer (NSCLC) 87,5%. Dalam hal ini tidak dapat diasumsikan proporsi jenis kanker paru tertinggi karena data yang diperoleh tidak mewakili populasi (lebih dari 50% data jenis kanker paru tidak tercatat).

6.2.5. Riwayat Penyakit Terdahulu

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan riwayat penyakit terdahulu yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.10 dapat dilihat proporsi penderita kanker paru lebih banyak yang tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu 80,6% dari pada memiliki riwayat penyakit terdahulu 19,4%. Timbulnya kanker paru akibat penyakit paru sebelumnya disebabkan oleh jaringan parut pada parenkim paru.20 Berdasakan gambar 6diatas diperoleh penderita kanker paru yang memiliki riwayat penyakit terdahulu dengan jenis penyakit paru dapat dilihat pada gambar 6.11.

Gambar 6.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi jenis penyakit terdahulu penderita kanker paru tertinggi adalah TBC 73,5% diikuti Bronkitis Kronik 14,7% dan asma 11,8%. Tuberkulosis paru dikaitkan sebagai faktor pendukung terbentuknya kanker paru melalui pembentukan jaringan yang tidak normal serta perubahan jaringan paru. Penderita kanker paru yang disebabkan adanya jaringan parut yang berasal dari penyakit TB-paru sebesar 23,2%.6

6.2.6. Sumber Pembiayaan

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan sumber pembiayaan yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan (Bukan Biaya Sendiri) di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.12. dapat diketahui bahwa proporsi penderita kanker paru berdasarkan sumber pembiayaan (bukan biaya sendiri) lebih tinggi adalah Askes 63,7% daripada Jamkesmas 36,3%.

Dari seluruh penderita yang menggunakan Askes proporsinya paling tinggi pada penderita yang bekerja sebagai PNS 62,0%. Sedangkan dari seluruh penderita yang menggunakan Jamkesmas, proporsinya paling tinggi pada penderita yang bekerja sebagai wiraswasta 48,9%.

Penelitian Melindawati (2009) dengan desain case series didapat proporsi penderita yang menggunakan Jamkesmas paling tinggi pada penderita yang bekerja sebagai wiraswasta (40,6%) dan yang menggunakan Askes paling tinggi pada penderita yang bekerja sebagai PNS (50,5%).14

6.2.7. Stadium Klinis

Proporsi stadium klinis tercatat 20,6% sedangkan proporsi stadium klinis tidak tercatat 79,4%. Proporsi stadium IV 58,3%. Dalam hal ini tidak dapat diasumsikan proporsi penderita paling banyak ditemukan pada jenis stadium klinis karena data yang diperoleh tidak mewakili populasi (lebih dari 50% data stadium klinis kanker paru tidak tercatat).

6.2.8. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan medis yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.13. dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker paru berdasarkan jenis penatalaksanaan medis tertinggi adalah penderita yang mendapatkan terapi simptomatik 75,4% dan terendah kemoterapi + pembedahan 0,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian Melindawati (2009) dengan desain case series yang menyatakan bahwa proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi adalah terapi simptomatik 56,5% dan terendah bedah + kemoterapi 3,5%.

Terapi simptomatik merupakan terapi yang diberikan untuk menghilangkan gejala-gejala kanker paru meliputi pemberian transfusi, pemberian nutrisi, pengobatan terhadap nyeri, depresi, pengobatan terhadap efek samping kemoterapi seperti mual, muntah, diare.19

6.2.9. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kanker Paru

Pada tabel 5.14. dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita kanker paru rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 adalah 11,1 hari, Standar Deviasi (SD) 10,5, Coefisien of Variation 94,6%, artinya lama rawatan penderita kanker paru di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 bervariasi. Karakteristik penderita yang mempunyai lama rawatan paling singkat (1 hari) ada 17 orang dengan keadaan sewaktu pulang berobat jalan (4 orang), pulang atas permintaan sendiri (3 orang), dan meninggal (10 orang). Karakteristik penderita yang mempunyai lama rawatan paling lama (59 hari) ada 1 orang dengan keadaan sewaktu pulang meninggal dan sumber biaya yang digunakan adalah bukan biaya sendiri yaitu Askes (Asuransi Kesehatan), sehingga penderita tidak begitu mengalami kesulitan dengan masalah biaya berobat.

6.2.10. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi kanker paru berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi adalah pulang berobat jalan 46,9% dan terendah adalah meninggal 24,0%.

Penderita kanker paru paling tinggi pulang berobat jalan dikarenakan penyakit kanker paru membutuhkan pengobatan ulang (kontrol). Penderita yang pulang atas permintaan sendiri dapat dikaitkan dengan faktor keluarga (urusan keluarga, tidak ada yang menjenguk dan merawat, keluarga harus menjalankan rutinitasnya, dan lain- lain).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Melindawati (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan dengan desain case series yang menyatakan bahwa proporsi penderita kanker paru tertinggi adalah pulang berobat jalan 75,0%.14

6.3. Analisa Statistik

6.3.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur

Proporsi jenis kelamin berdasarkan umur penderita kanker paru yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.15 Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Umur Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.15. dapat dilihat bahwa proporsi umur <40 tahun tertinggi laki-laki 83,3%. Proporsi umur ≥ 40 tahun tertinggi laki-laki 79,8%. Data statistik Indonesia menunjukkan proporsi umur penduduk laki-laki dan perempuan Berdasarkan gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 dapat dilihat bahwa umur < 40 tahun lebih besar dari umur ≥ 40 tahun.51 Namun pada umumnya penderita kanker paru lebih tinggi pada golongan umur ≥ 40 tahun dikaitkan dengan risiko kanker paru tertinggi pada ≥ 40 tahun.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan koreksi yates didapat nilai p>0,05, tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan umur.

Kejadian Kanker paru menduduki urutan atas penyebab kematian akibat kanker pada laki-laki dan perempuan di seluruh dunia dengan insidens rate pada golongan umur < 40 tahun 2 %.48

6.3.2. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama Rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita kanker paru yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar 6.16.

Gambar 6.16 Diagram Bar Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa penderita kanker paru yang meninggal lama rawatan rata-rata 12,0 hari. Dari keseluruhan jumlah penderita yang meninggal, ada 81% bukan biaya sendiri, sehingga didapat dilihat bahwa sebagian

besar penderita yang meninggal tidak mengalami masalah dengan biaya pengobatan. Penderita kanker paru yang pulang berobat jalan lama rawatan rata-rata 11,87 hari. Penderita kanker paru pulang atas permintaan sendiri lama rawatan rata-rata 9,08 hari.

Berdasarkan hasil test of homogeneity of variances diperoleh p = 0,013 yang berarti memiliki varians yang tidak sama sehingga tidak dapat dianalisis dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Kruskal Walis. Dari hasil uji tersebut diperoleh p>0,05 maka data disimpulkan tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

6.3.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi sumber pembiayaan berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.17 Diagram Bar Proporsi Sumber Pembiayaan Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05 artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber pembiayaan berdasarkan penatalaksanaan medis. Proporsi penatalaksanaan medis berupa kemoterapi, radioterapi, kemoterapi + radioterapi secara bermakna lebih tinggi pada bukan biaya sendiri. Proporsi Penatalaksanaan bedah, kemoterapi + bedah secara bermakna lebih tinggi pada bukan biaya sendiri. Demikian pula proporsi terapi simptomatik secara bermakna lebih tinggi pada bukan biaya sendiri.

6.3.4. Sumber Pembiayaan berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi sumber pembiayaan berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar 6.18.

Gambar 6.18 Diagram Bar Proporsi Sumber Pembiayaan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.18. dapat dilihat bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang dengan pulang berobat jalan tertinggi pada bukan biaya sendiri 68,3%.

Proporsi pulang atas permintaan sendiri tertinggi pada bukan biaya sendiri 66,7%. Proporsi meninggal tertinggi pada bukan biaya sendiri 81,0%.

Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh p>0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber pembiayaan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Pada penelitian ini terdapat 33,3 % penderita yang pulang atas permintaan sendiri dengan sumber biaya yang digunakan adalah biaya sendiri. Hal ini dapat menunjukkan keterbatasan biaya penderita untuk berobat.

6.4.5. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan penatalaksanaan medis penderita kanker paru rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar 6.19.

Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009

Berdasakan gambar 6.19 dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita kanker paru yang mendapatkan kemoterapi, Radioterapi, kemoterapi+radioterapi, proporsi tertinggi yaitu proporsi penderita dengan pulang berobat jalan 68,6%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa jenis penatalaksanaan medis ini dilakukan secara berkelanjutan, sehingga sebagian besar berobat jalan. Dari seluruh penderita kanker paru yang mendapatkan pembedahan, kemoterapi+pembedahan, 37,5% pulang berobat jalan, 25,0% pulang atas permintaan sendiri, 37,5% meninggal. Kemudian dari seluruh penderita kanker paru yang mendapatkan terapi simptomatik, 41,7% pulang berobat jalan, 31,1% pulang atas permintaan sendiri, dan 27,3% yang meninggal. Hasil penelitian ini tidak dapat dianalisa dengan Chi-square karena 3 sel (33,3%) expected count nya kurang dari lima.

Dokumen terkait