• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan 1. Kebersihan Diri

Penilaian kebersihan diri dalam penelitian ini meliputi antara lain frekuensi mandi, memakai sabun atau tidak, membersihkan tangan dan kuku, dan membersihkan kaki. Sebagian besar santri memiliki kebersihan jelek. Oleh karena itu tungau sarcoptis scabie akan lebih mudah menginfestasi individu dengan kebersihan santri yang jelek dan sebaliknya lebih sukar menginfestasi individu dengan kebersihan diri santri yang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi teratur, pakaian dan handuk sering dicuci dan kebersihan alas tidur selalu terjaga.

Dapat dilihat dari hasil penelitian tentang kebersihan kulit santri menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki frekuensi mandi yang kurang, karena hanya 50 (35,7%) responden menyatakan kadang-kadang mandi dua sampai tiga kali sehari, 35 (25,0%) responden menyatakan tidak pernah mandi dengan menggunakan sabun.

Dari data diatas menunjukkan rendahnya personal hygine (kebersihan diri) dari para santri dan itu tidak sesuai dengan pendapat Notoadmojdjo (1997) yang mengatakan untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan seperti mandi minimal 2 kali dalam sehari, dan mandi dengan menggunakan sabun dan sebanyak 140 (100%) responden mengatakan selalu mandi saling bersentuhan dengan teman-teman karena ruang mandi yang sempit.

Dalam hal ini (Webhealthcenter, 2006) berpendapat sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat yang lembab dan tertutup. Ruangan yang sempit tersebut akan mempermudah penyebaran penyakit skabies dari teman saat mandi bersama karena bersentuhan dan bisa dari sarcoptis scabie yang memang sudah menghuni di ruangan yang sempit dan lembab tersebut.

Untuk kebersihan tangan dan kuku pada umumnya santri menyatakan menyatakan kadang-kadang memotong kuku jika kuku sudah panjang yaitu 79 (56,4%) resopnden dan 72 (51,4%) responden menyatakan kadang kadang membersihkan kuku dengan menyikat atau menggunakan sabun.. Data di atas menunjukkan cukup tingginya kemungkinan terjadinya penularan penyakit skabies melalui tangan dan kuku, karena masih kurangnya perhatian santri untuk memotong kuku dan membersihkannya dengan sabun. Sebaiknya santri mencuci tangan dengan sabun sekurang-kurangnya dua kali sehari, tangan selalu dalam keadaan bersih, kuku bersih dan pendek (Muzakir, 2008).

Hasil penelitian untuk kebersihan kaki, responden menyatakan kadang-kadang menggunakan kaos kaki yang kering setiap hari sebanyak55(38,7%), hal ini dikarenakan para santri kebanyakan hanya memiliki 1 atau 2 buah kaos kaki dan sebanyak 41(28,9) responden menyatakan sering bertukar kaos kaki dengan teman-temannya. Hal ini terjadi karena penempatan sepatu dan kaos kaki pada 1 lemari secara bersama sama, dan beberapa santri menempatkan sepatu dan kaos kaki secara sebarangan kemudian kurangnya fasilitas seperti loker, sehingga keamanan dilingkungan pesantren kurang mendapatkan pengawasan yang lebih dan akhirnya saling bertukar kaos kaki sering terjadi

saat mengikuti persekolahan. Kebiasaan memakai sepatu yang lembab dan saling tukar pakaian sesama santri akan menyebabkan penularan penyakit skabies mudah terjadi. Karena (Webhealthcenter, 2006) berpendapat sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat yang lembab dan tertutup. Salah satu tempat yang paling penting yang harus kita jaga dan dirawat yaitu kebersihan alat kelamin, pada penelitian ini terdapat sebanyak 62 (43,7) responden kadang-kadang membersihankan alat kelamin saat mandi, dan 44 (31,0) responden menyatakan tidak pernah mencuci tangan setiap selesai BAB dengan menggunakan sabun. Hal ini terjadi dikarenakan waktu mandi yang diberikan pihak pengasuh sangat sedikit sementara jumlah santri dengan jumlah kamar mandi tidak sebanding.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak sekali faktor kebersihan diri sangat berperan dalam penularan penyakit skabies. Karena kebersihan diri santri sangat kurang mendapatkan perhatian dari para santri maupun pengelola pesantren.

2.2Perilaku

Penilaian perilaku dalam penelitian ini antara lain pengetahuan dan kebiasaan santri. Banyak kebiasaan santri yang kurang mendukung diantaranya saling menukar baju dengan teman sekamar atau menggunakan handuk bersama dengan teman saat mandi, terkadang tidak mengganti pakaian dalam sehabis mandi atau mengganti pakaian sehari sekali dan jarang menjemur pakaian basah dan kasur dibawah sinar matahari dan lebih

buruknya lagi ada beberapa santri yang hanya kadang kadang berobat jika terkena skabies.

Dapat dilihat dari hasil penelitian tentang perilaku, sebanyak 64 (45,1%) responden menyatakan kadang-kadang mengganti pakaian dalam sehabis mandi, dalam hal ini santri setelah mandi tidak langsung menggunakan pakaian dalam dan pakaian luar yang bersih, tetapi santri tetap mengganti pakaian yang kotor setelah mandi dan kemudian mengganti pakaian yang bersih diruang kamar masing-masing. Hal ini terjadi karena ruang kamar mandi santri yang tidak memenuhi standar kesehatan dengan tidak adanya ruang khusus dan gantungan pakaian bersih dikamar mandi, sehingga menyebabkan santri malas memakai langsung pakaian bersih dikamar mandi karena pakaian yang bersih tersebut sering basah terkena percikan air mandi. Para santri juga menyatakan sebanyak 55 (38,27%) terkadang mengganti pakaian sehari sekali, ini terjadi karena buruknya perilaku para santri dalam menjaga kebersihannya, dan sebanyak 65(45,8%), responden mengatakan kadang-kadang menjemur pakaian dibawah sinar matahari, merupakan suatu anggka yang kecil tetapi tetap merupakan suatu ancaman terjadinya penularan skabies. Karena apabila baju tidak dijemur dengan kering dibawah sinar matahari maka penularan skabies akan mudah melalui pakaian kita, karena sarcopties scabie suka hidup pada tempat yang lembab (Webhealthcenter, 2006).

Sebanyak 29(20,4%) responden menyatakan sering menukar pakaian dengan teman sekamar. Perlengkapan pakaian di pesantren Modern Misbahul

Ulum Paloh Lhokseumawe di batasi sehingga banyak para santri yang selalu kehabisan pakaian sehingga santri sering saling meminjam pakaian dengan santri lain (Ponpes, 2008). Maka dari itu banyak santri yang saling berlomba untuk lebih cepat mencuci agar mendapatkan tempat menjemur pakaian, bagi yang terlambat mencuci tersebutlah yang sering meminjam pakaian temannya karena pakaiannya masih kotor.

Perilaku santri di pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe yang sangat signifikan terjadinya penularan penyakit skabies adalah penularan melalui handuk karena43(30,3%) responden menyatakan selalu menggunakan handuk bersama-sama saat mandi, dari faktor ini terlihat kebiasaan santri yang kurang baik dan kurangnya pemahaman tentang penularan penyakit skabies. Sebaiknya kebiasaan menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular skabies seperti baju, sabun mandi, handuk haruslah dihindari (Dinkes Prov. NAD, 2005).

Bahkan perilaku kebersihan santri yang sangat mengejutkan dalam penelitian ini adalah terdapat 64(45,1%) responden menyatakan kadang-kadang menjemur kasur dibawah sinar matahari dua minggu sekali. Penyuluhan kesehatan sangat perlu diadakan di pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe karena dalam penelitian ini terdapat santri yang kurang mengerti bahaya dari penyakit skabies, terlihat dari bersarnya persentase responden yang mengatakan tidak pernah mengobatkan penyakit skabies ke klinik pesantren yaitu sebesar 28(20,0%).

Dari penelitian ini terlihat kurangnya perhatian dari pengelola pesantren untuk selalu mengawasi segala aktivitas para santri, karena rata-rata para santri yang masih berumur 16 tahun, mereka masih memiliki kebiasaan yang buruk yang mengabaikan kesehatan, dalam hal ini tentang penyakit menular skabies.

2.3Kebersihan Lingkungan

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap kebersihan lingkungan di pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe dikategorikan kurang baik, hal ini dapat dilihat ruang tidur santri yang sempit dan sarana air yang kurang bersih karena bak air mandi sama dengan bak mencuci pakaian. Dalam penelitian ini hanya sebanyak 13(3,3%) responden menyatakan selalu membuka jendela setiap pagi, begitu juga dengan kebiasaan santri dalam membersihkan kamar setiap hari 30(21,4%) responden menyatakan tidak pernah membersihkan kamar setiap hari. Bila dilihat letak kamar tidur sebenarya masih kurang sesuai dengan persyaratan konstruksi bangunan dimana setiap kamar masih ada yang tidak memiliki jendela yang berguna untuk mempermudah masuknya sinar matahari dan pertukaran udara, yang lebih mendukung mudahnya para santri terkena scabies karena kebiasaan para santri tentang kesehatan lingkungan kurang mendapat perhatian dari para santri dan pengelola santri.

Dalam penelitian ini terdapat (100%) responden yang mengatakan selalu tidur satu ruangan beramai-ramai dan saling berhimpitan, hal ini terjadi karena ruangan kamar yang sempit yang dihuni oleh banyak santri sehingga kapasitas

ruangan tidak sesuai dengan jumlah santri yang tidur diruangan tersebut. Hal ini juga yang membuat 42 (50%) responden mengatakan selalu tidur berpindah-pindah sesuai kemauan, karena tidak adanya aturan yang menetapkan agar santri harus tidur pada tempat khusus yang sudah dipersiapkan.

Dan terdapat (100 %) responden mengatakan selalu mandi dengan air yang berada di bak besar bersama teman-teman. Hal ini terjadi karena kurangnya fasilitas pesantren sehingga sanitasi air tidak memenuhi standar kesehatan dan sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit skabies.

Kebersihan lingkungan di pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe bukan hanya kurang mendapat perhatian dari para santri saja melainkan dari pihak pengelola pesantren. Begitu juga dengan perbandingan antara jumlah santri dan kapasitas seluruh bangunan yang tidak sesuai.

2.4Budaya

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki beraneka ragam budaya. Pada masyarakat awam terdapat suatu budaya yang kurang mendukung kesehatan yaitu pemahaman bahwa pada saat sakit tidak boleh mandi atau dimandikan karena takut akan bertambah parah sakitnya. Budaya ini juga berpengaruh pada para santri Pasantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe karena dalam penelitian ini terdapat 62 (44,3%) responden menyatakan kadang kadang tidak mandi jika sakit. Merupakan pemahaman budaya yang sangat merugikan kesehatan para santri dan sangat memungkinkan terjadinya penularan skabies jika pemahaman masyarakat atau

santri tidak segera diberi pencerahan, misalnya dengan penyuluhan. Dan sebanyak 30 (21,4%) responden menyatakan tidak pernah dibantu teman membersihkan diri jika sakit. Kurangnya solidaritas para santri karena takut akan tertular dengan penyakit yang sama akan menambah tingkat kejadian scabies. Pada umumnya setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa kebersamaan dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya dikarenakan adanya sistem penghargaan yang diterima atau imbalan yang berupa karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan yang dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan.

2.5 Sosial Ekonomi

Pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe adalah pesantren yang banyak di huni oleh para santri yang berusia 16 tahun dan memiliki uang saku perbulanya <RP 300.000,-. Pendapat Hurlock bahwa umur tersebut tergolong remaja dalam masa peralihan, masa terjadi perubahan terhadap perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, masa banyak masalah, masa mencari identitas dan masa yang menimbulkan kekuatan-kekuatan dan harapan-harapan sosial.

Sehingga para santri yang terbiasa jajan bebas di luar lebih dituntut untuk lebih mandiri dalam mengelola keuangan pribadi, karena para santri akan diberi uang saku dan keperluan di pesantren setiap bulannya. Santri yang manajemen keuangannya baik akan dapat menghindari penyakit menular skabies, sebaliknya santri yang manajemen keuangannya kurang baik akan

sangat berpeluang untuk terkena penyakit menular skabies, karena apabila keuangan santri habis maka para santri tidak mempunyai uang untuk membeli sabun, dan keperluan pesantren lainnya. Dapat dilihat dari penelitian ini sebanyak 50 (35,7%) responden mengatakan selalu meminjam sabun mandi jika kehabisan sabun. Bahkan ada sebanyak 28(20,0%) responden menyatakan sering mandi tidak menggunakan sabun apabila sabun mandi habis.

BAB 6

Dokumen terkait