• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Ketimpangan Pembangunan dan Sumber Ketimpangan Pembangunan

5.2.4 Pembahasan

Setelah melakukan serangkaian pengujian, baik secara statistik maupun uji asumsi klasik maka dalam bagian ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil regresi yang didapatkan. Dalam hal ini akan dianalisis tentang pengaruh masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model regresi.

5.2.4.1. Ketimpangan proporsional pada PDRB Perkapita sebagai

Sumber Ketimpangan Pembangunan Provinsi Gorontalo.

Jumlah absolut PDRB perkapita kabupaten/kota di Gorontalo umumnya meningkat selama tahun 2001-2007 dan mengalami penurunan pada tahun 2008, memiliki laju pertumbuhan yang fluktuatif ternyata signifikan sebagai salah satu sumber utama yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan pembangunan yang di ukur dengan Indeks Williamson di Provinsi Gorontalo. Dengan nilai probabilitas t-statistik sebesar 0.0157 maka pada tingkat signifikansi 5% atau pada tingkat kepercayaan 95% variabel ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita signifikan mempengaruhi atau sebagai sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Untuk Indeks Gini, variabel ini tidak signifikan pada semua tingkat kepercayaan.

Nilai koefisien regresi sebesar 1.98E-08 dan bernilai negatif, berarti bahwa kenaikan PDRB perkapita sebesar 1 satuan akan mengakibatkan ketimpangan pembangunan (yang diukur dengan Indeks Williamson) akan menurun sebesar 1.98E-08 kali ceteris paribus. Demikian pula jika PDRB perkapita turun 1 satuan maka ketimpangan pembangunan akan mengalami peningkatan sebesar 1.98E-08 kali dari semula, ceteris paribus.

Hasil analisis dengan menggunakan Indeks Williamson telah sesuai dengan hipotesis bahwa ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita merupakan salah satu sumber utama ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Peningkatan jumlah riil PDRB perkapita akan mengurangi ketimpangan pembangunan sehingga untuk dapat mengatasi ketimpangan yang ada dapat dilakukan dengan meningkatkan PDRB perkapita. Peningkatan PDRB perkapita selain dengan meningkatkan jumlah produktivitas setiap penduduk juga harus diikuti dengan mengurangi jumlah penduduk atau menekan laju pertumbuhan penduduk di bawah laju pertumbuhan PDRB.

Analisis dengan menggunakan Indeks Gini memberikan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis, atau dengan kata lain PDRB perkapita secara linear tidak signifikan sebagai salah satu sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Hal ini dimungkinkan karena PDRB perkapita tidak memiliki hubungan secara langsung dengan pendapatan masyarakat yang menjadi obyek analisis Indeks Gini. Dengan kata lain bahwa orientasi dalam penggunaan Indeks Gini adalah untuk menganalisis pendapatan kelompok masyarakat (ketimpangan secara vertikal) dan Indeks Williamson untuk analisis pendapatan wilayah/region (ketimpangan horizontal).

Meskipun demikian disadari bahwa ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita tidak secara langsung menyebabkan ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Di dalamnya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ketimpangan diantaranya perbedaan kondisi dan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Setiap wilayah kabupaten kota tentu saja memiliki karakteristik alam dan manusia yang berbeda-beda. Dalam pengukuran ketimpangan, hal-hal ini tidak bisa diseragamkan oleh suatu pengukuran yang sederhana seperti yang tergambar pada PDRB.

Selain itu, kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi tidak memberikan keterkaitan yang positif antara sektor pertanian, industri dan jasa. Komoditi pertanian unggulan dalam hal ini jagung dan perikanan laut diperdagangkan masih dalam bentuk bahan mentah dan belum melewati proses pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Akibatnya harga jual yang diekspor ke pulau dan negara lain masih sangat rendah.

Industri yang berbasis komoditi unggulan lokal juga berkembang sangat lambat bahkan hampir tidak mengalami kemajuan. Padahal perkembangan industri ini akan memiliki dampak keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and foreward linkage) serta dampak pengganda (multiplier effect) yang sangat besar bagi perekonomian daerah. Aktivitas perdagangan lebih didominasi oleh para pendatang dengan barang-barang yang berasal dari luar daerah (seperti tekstil dan bahan kebutuhan pokok). Demikian juga dengan perkembangan sektor jasa yang cenderung mengabaikan penguatan ekonomi lokal, tidak mengakomodir sektor-sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Gorontalo.

Ketimpangan antarsektor juga dipengaruhi oleh dominasi aktivitas sektor keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan. Dari hasil SSA terlihat bahwa empat dari lima wilayah (Kabupaten Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango) memiliki keunggulan pada sektor ini. Hal ini dipengaruhi oleh struktur belanja pemerintah dalam APBD yang berkontribusi besar terhadap pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu belanja aparat pemerintah (PNS) terutama pada awal bulan gajian turut mempercepat roda perekonomian.

5.2.4.2. Indeks Pembangunan Manusia sebagai Sumber Ketimpangan

Pembangunan di Provinsi Gorontalo

Nilai koefisien regresi variabel IPM dengan menggunanakan model Indeks Williamson dan Indeks Gini di Provinsi Gorontalo sangat signifikan untuk semua tingkat signifikansi. Artinya variabel ini sangat signifikan sebagai sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Nilai probabilitas t-statistik dan interpretasi koefisien regresi dari IPM pada masing-masing indikator ketimpangan adalah sebagai berikut:

a) Indeks Williamson

Nilai probabilitasnya sebesar 0.0096, maka pada tingkat kepercayaan 99% atau tingkat signifikansi 1%, variabel IPM signifikan sebagai salah satu sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Dengan koefisien regresi sebesar 0.004065 memberikan arti bahwa setiap peningkatan 1 satuan nilai IPM akan menyebabkan ketimpangan pembangunan akan mengalami peningkatan sebesar 0.004065 kali dari semula, cateris paribus. Demikian sebaliknya.

b) Indeks Gini

Pada model dengan menggunakan variabel dependen Indeks Gini, IPM juga merupakan sumber ketimpangan pembangunan yang sangat signifikan, dengan probabilitas sebesar 0.0000. Nilai koefisien sebesar 0.015317 memberikan arti bahwa setiap perubahan 1 satuan pada IPM akan menyebabkan perubahan 0.015317 kali pada besarnya ketimpangan pembangunan. Tanda positif menandakan bahwa peningkatan yang terjadi pada IPM akan diikuti pula oleh peningkatan pada besarnya ketimpangan pembangunan cateris paribus.

Dari kedua model tersebut, hasilnya sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa IPM merupakan salah satu sumber utama ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Kedua model juga memberikan arah hubungan yang positif. Artinya bahwa peningkatan pada IPM justru menyebabkan peningkatan besarnya ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Hal ini dimungkinkan jika daerah-daerah yang mengalami peningkatan IPM adalah daerah-daerah yang justru sudah memiliki IPM yang tinggi sehingga akan makin memperlebar perbedaan dalam masyarakat dan berakibat pada makin meningkatnya ketimpangan pembangunan.

5.2.4.3. Rasio Belanja Infrastruktur sebagai Sumber Ketimpangan Pembangunan di Provinsi Gorontalo.

Seperti halnya variabel IPM, Rasio Belanja Infrastruktur pada kedua model sangat signifikan sebagai salah satu sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa rasio belanja infrastruktur merupakan salah satu sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Nilai probabilitas t-statistik dan interpretasi koefisien regresi

dari aksesibilitas infrastruktur pada masing-masing indikator ketimpangan adalah sebagai berikut:

a) Indeks Williamson.

Dengan probabilitas sebesar 0.0029 dan koefisien regresi -0.085964 artinya rasio belanja infrastruktur sangat signifikan sebagai salah satu sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Setiap peningkatan satu satuan pada rasio belanja infrastruktur akan menyebabkan penurunan sebesar 0.085964 kali dari semula pada besarnya ketimpangan pembangunan yang diukur dengan menggunakan Indeks Williamson di Provinsi Gorontalo. Hal ini berarti pula bahwa peningkatan belanja pemerintah dalam menyediakan sarana pelayanan publik dapat mengurangi ketimpangan pembangunan. b) Indeks Gini.

Sama halnya dengan Indeks Williamson, dalam Indeks Gini pengaruh rasio belanja infrastruktur sebagai salah satu sumber utama ketimpangan di Provinsi Gorontalo adalah negatif. Dengan nilai probabilitas 0.0001 dan koefisien -0.105074 artinya rasio belanja infrastruktur sangat signifikan dalam mempengaruhi naik atau turunnya ketimpangan pembangunan. Setiap peningkatan satu satuan rasio belanja infrastruktur akan menyebabkan penurunan ketimpangan pembangunan sebesar 0.105074 kali dari semula. Dengan demikian maka besarnya rasio belanja infrastruktur harus senantiasa ditingkatkan sebagai upaya untuk mengurangi ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo.

Dari model Indeks Williamson dan Indeks Gini memberikan arah hubungan yang negatif. Ini berarti bahwa semakin besar rasio belanja infrastruktur maka ketimpangan pembangunan akan semakin berkurang karena setiap belanja infrastruktur yang dikeluarkan pemerintah akan semakin mendorong pembangunan pada semua daerah dan semua bidang. Peningkatan rasio belanja infrastruktur terutama terjadi pada daerah-daerah yang relatif terbelakang, maka akan semakin memperkecil jarak (gap) yang ada dalam setiap wilayah. Hal inilah yang diharapkan terjadi dalam kondisi riil pembangunan.

5.3. Hubungan Ketimpangan Pembangunan dengan Pertumbuhan

Dokumen terkait