• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian uji komposisi bahan pembuat briket bioarang tempurung kelapa dan serbuk kayu terhadap mutu yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil penelitian uji komposisi bahan pembuat briket bioarang

tempurung kelapa dan serbuk kayu

Perlakuan Kadar Air (%) Kualitas Nilai Kalor

(Kalori/gram) Kadar Abu (%)

K1 5.15 9662.03 3.15 K2 5.07 9301.95 3.53 K3 5.01 7981.67 4.47 K4 4.92 7621.60 5.18 K5 4.79 6901.45 6.17 K6 4.70 6661.40 6.38 K7 4.51 6301.32 7.02 K8 4.39 6061.27 7.32 K9 4.12 5821.22 7.39

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa kadar air dan kualitas nilai kalor tertinggi pada perlakuan K1 dan terendah pada perlakuan K9, serta kualitas nilai kalor tertinggi pada perlakuan K1 dan terendah pada perlakuan K9.

Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang komposisi bahan, maka dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut:

Pengaruh Perbedaan Komposisi Bahan Terhadap Kadar Air

Dari hasil analisa sidik ragam pada Lampiran 6. dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap kadar air.

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Untuk melihat perbedaan pengaruh lama pengeringan terhadap kadar air, maka dilakukan uji beda rataan dengan uji least significant range (LSR). Dari uji LSR diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil uji beda rataan Duncan persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar air (%)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01 - K1 5.15 d C 2 0.631 0.865 K2 5.07 cd BC 3 0.663 0.908 K3 5.01 bcd ABC 4 0.683 0.931 K4 4.92 abc ABC 5 0.695 0.948 K5 4.79 abc ABC 6 0.706 0.963 K6 4.70 abc AB 7 0.712 0.976 K7 4.51 ab AB 8 0.717 0.987 K8 4.39 a AB 9 0.721 0.995 K9 4.12 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh

berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa perlakuan K9 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K8, memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan K7, K6, K5 dan K4, serta memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada perlakuan K3, K2 dan K1. Perlakuan K7 memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap K6, K5, K4, dan K3 dan berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan K2 dan K1. Perlakuan K6 tidak berbeda nyata terhadap K5 dan K4, memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap K3 dan K2 dan berbeda sangat nyata terhadap K1.

Dari Tabel 8. juga dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi sebesar 5.15% diperoleh pada perlakuan K1 dan terendah pada perlakuan K9 yaitu 4.12%. Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 1.

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Gambar 1. Grafik linear antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap kadar air

Dari Gambar 1. dapat kita lihat bahwa kadar air semakin rendah jika jumlah arang serbuk kayu semakin banyak. Hal ini diduga karena perbedaan luas permukaaan bahan pembuat briket tersebut sehingga mempengaruhi jumlah kadar air. Luas permukaan arang serbuk kayu lebih luas dibandingkan dengan luas permukaan arang tempurung kelapa. Hal ini sesuai dengan literatur Supriyono (2003) bahwa luas permukaan bahan yang besar memungkinkan terjadinya penguapan kadar air lebih cepat dibandingkan dengan bahan dengan luas permukaan yang lebih kecil.

Penurunan kadar air dari perlakuan K1 hingga K9 dipengaruhi oleh komposisi bahan pembuat briket. Kadar air terendah adalah pada perlakuan K9 sedangkan kadar air tertinggi pada perlakuan K1. Hal ini diduga karena pada perlakuan K1, komposisi tempurung kelapa sebanyak 90% sedangkan komposisi serbuk kayu sebesar 10%. Perbedaan komposisi ini menghasilkan luas permukaan

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

briket yang berbeda sehingga memberi pengaruh dalam penyerapan kadar air pada briket yang dibuat.

Menurut Ringkuangan, dkk (1993) briket buatan Inggris menghasilkan kadar air 3,59% dan briket buatan Jepang menghasilkan kadar air 6%. Kadar air rata-rata yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 4,74 % tidak memenuhi standar mutu briket buatan Inggris, tetapi masih memenuhi standar mutu briket buatan Jepang.

Pengaruh Perbedaan Komposisi Bahan Terhadap Kualitas Nilai Kalor

Dari analisa sidik ragam kualitas nilai kalor pada Lampiran 8. dapat dilihat bahwa perlakuan persentase bahan pengikat memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kualitas nilai kalor.

Hasil pengujian beda rataan pada parameter kualitas nilai bakar berdasarkan uji beda rataan dengan uji least significant range (LSR) diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil uji beda rataan Duncan persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap kualitas nilai kalor (kal/g)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01 - K1 9431.15 h G 2 314.38 430.82 K2 9079.68 g G 3 330.26 451.99 K3 7790.95 f F 4 339.79 463.63 K4 7439.48 e EF 5 346.14 472.10 K5 6736.54 d BCD 6 351.43 479.51 K6 6502.22 d DE 7 354.61 485.86 K7 6150.75 bc BC 8 356.72 491.15 K8 5916.44 ab AB 9 358.84 495.39 K9 5682.12 a A

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa kualitas nilai kalor tertinggi sebesar 9431.15 kal/g diperoleh pada perlakuan K1, dan kualitas nilai kalor pada perlakuan K9 yaitu 5682.12 kal/g.

Hasil uji Duncan yang dilakukan dapat dilihat bahwa perlakuan K9 tidak berbeda nyata terhadap K8, tetapi berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya, perlakuan K8 berbeda nyata terhadap K7 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya, perlakuan K6 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K5 tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, serta perlakuan K4, K3,dan K2 memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya.

Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kualitas nilai kalor dapat dilihat pada Gambar 2.

y = -478.39x + 9584.1 R2 = 0.9359 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 9000.00 10000.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perlakuan (K) N ila i K a lo r ( k a l/g )

Gambar 2. Grafik linear antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap nilai kalor

Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai kalor jika jumlah arang temprung kelapa semakin sedikit dan arang serbuk kayu semakin

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

banyak, artinya bahwa komposisi bahan pembuat briket memberikan pengaruh terhadap kualitas nilai kalor yang dihasilkan.

Perbedaan jumlah nilai kalor masing-masing perlakuan disebabkan oleh perbedaan akumulasi jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap briket, yang dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun briket bioarang tersebut. Pada perlakuan K1, komposisi bahan pembuat briket yaitu 90% tempurung kelapa dan 10% serbuk kayu memiliki nilai kalor tertinggi yaitu 9662.03 kal/g sedangkan nilai kalor terendah adalah pada perlakuan K9 yaitu 5821.22 kal/g dengan komposisi 10% tempurung kelapa dan 90% serbuk kayu. Hal ini sesuai dengan literatur Hartoyo (1983), yang menyatakan bahwa kualitas nilai kalor briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kalor atau energi yang dimiliki oleh bahan penyusunnya.

Nilai kalor tempurung kelapa menurut literatur Palungkun (1999) adalah antara 18.200 kJ/kg hingga 19.338,05 kJ/kg, dan Atria, dkk (2002) mengatakan bahwa serbuk kayu memiliki nilai kalor antara 4018,25 kal/g hingga 5975,58 kal/g.

Menurut Ringkuangan, 1993 briket buatan Inggris menghasilkan nilai kalor 7289 kal/g dan briket buatan Jepang menghasilkan nilai kalor 6000 kal/g hingga 7000 kal/g. Nilai kalor rata-rata dalam penelitian ini yaitu 7192,15 kal/g. Hal ini berarti bahwa briket yang dihasilkan tidak memenuhi standar mutu briket buatan Inggris tetapi memenuhi standar mutu briket buatan Jepang.

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10. dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi bahan pembuat briket memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan least significant range (LSR) yang menunjukan pengaruh tiap-tiap perlakuan komposisi terhadap nilai kadar abu yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil uji beda rataan Duncan persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar abu (kal/g)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01 - K1 3.15 a A 2 0.216 0.296 K2 3.52 b B 3 0.227 0.311 K3 4.46 c C 4 0.234 0.319 K4 5.17 d D 5 0.238 0.325 K5 6.16 e E 6 0.242 0.330 K6 6.37 e E 7 0.244 0.334 K7 7.01 f F 8 0.245 0.338 K8 7.32 g G 9 0.247 0.341 K9 7.39 g G

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh

berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 10. dapat diketahui bahwa kadar perlakuan K1, K2, K3, K4, K7 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh perlakuan lainnya, perlakuan K5 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan K6 tetapi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya dan perlakuan K8 tidak berbeda nyata terhadap K9.

Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan K9 sebesar 7.39 % sedangkan kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3.15 %. Hubungan antara komposisi bahan pembuat briket dan kadar abu yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Gambar 3. Grafik linear antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap kadar abu

Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi memberikan pengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu semakin besar jika jumlah arang tempurung kelapa semakin sedikit dan arang serbuk kayu semakin banyak. Hal ini diduga karena jumlah silikat yang dikandung dari arang serbuk kayu lebih besar dibandingkan dengan jumlah silikat yang dikandung oleh tempurung kelapa. Menurut Hendra dan Darmawan (2000), salah satu unsur kadar abu adalah silikat dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah kadar abu maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan. Kadar abu arang temprung kelapa menurut Suhardiyono (1995) adalah 0,11 % sedangkan kadar abu arang serbuk kayu menurut Atria, dkk (2002) adalah sebesar 1,38 %.

Kadar abu yang dihasilkan juga sangat erat hubungannya dengan jenis bahan penyusun briket tersebut dan cara pengabuannya, serta mineral yang

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

terkandung didalamnya. Hal ini sesuai dengan literatur Sudarmadji, dkk, (1989), bahwa kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya.

Menurut Ringkuangan, dkk (1993) briket buatan Inggris menghasilkan kadar abu 8.26% dan briket buatan Jepang menghasilkan kadar abu 3 – 6 kal/g. Nilai kadar abu rata-rata dalam penelitian ini yaitu 5,61 %. Hal ini menunjukan bahwa kadar abu seluruh briket yang dihasilkan masih sesuai dengan standar mutu briket buatan Inggris dan briket buatan Jepang.

Nodali Ndraha : Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan, 2010.

Dokumen terkait