• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Dalam dokumen Makalah akuisisi dan pengembalian eku (Halaman 5-34)

2.1 Pengertian Modal dan Klasifikasi Modal Ekuitas perusahaan perseorangan

adalah kepemilikan usaha pemilik yang pada umumnya disajikan dalam satu jumlah tertentu, dimana tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas karena pemilik tidak membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Dalam hal likuidasi atau insolvensi, kreditor dapat mengambil aktiva pribadi si pemilik, dan laba yang timbul dihitung secara berkala dan ditambahkan pada akun modal pada setiap akhir periode. Transaksi modal (penarikan dan investasi tambahan) dicatat langsung dalam akun modal, dan semua perubahan diikhtisarkan dalam laporan perisahaan yang terpisah.

Ekuitas perusahaan persekutuan

serupa dengan ekuitas perorangan, kecuali bahwa hal itu diklasifikasikan sesuai kepentingan sekutu, yang memiliki nilai :

1. harus diakui bahwa klasifikasi ini hanya menunjukkan kepentingan dalam aktiva bersih perusahaan;

2. setiap kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya berbeda menurut syarat perjanjian.

Akun pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan pengendalian atas pengambilan atau untuk memaksakan ketaatan pada perjanjian pengambilan. Kreditor tidak berkepentingan dalam saldo modal sekutu karena mereka berada dalam ekuitas pemilik total dan aktiva pribadi karena setiap sekutu dapat menjadi berutang untuk setiap/semua utang perusahaan.

KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Tujuan paling mendasar dari klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk memberikan informasi kepada pemegang saham, investor, kreditor, dan kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan manajemen. Klasifikasi juga harus memberikan informasi mengenai kepentingan ekonomi historiis dan prospektif dari kelompok-kelompok yang memegang kepentingan ekonomi. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan keuangan harus mengungkapkan hal sebagai berikut :

1. sumber sumber modal yang dipasok kepada perusahaan

2. pembahasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham

3. pembatasan hukum, kontraktual, manajerial, dan keuangan pada distribusi dividen pemegang saham

Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah : 1. jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham

2. kelebihan laba bersih atas deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham 3. sumbangan selain dari pemegang saham

atau dikenal juga sebagai berikut :

a. Modal dasar (authorized capital),

b. Modal ditempatkan ( Issued Capital ) dan c. Modal Disetor ( Paid Up Capital ).

Kemudian apa yang dimaksud ketiga klasifikasi modal tersebut, yang diperlukan dalam kegiatan usaha Perseroan Terbatas adalah :

1. Modal Dasar/Authorized Capital merupakan jumlah keseluruhan saham yang dapat dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas, sehingga modal dasar adalah seluruh nominal saham. Total Modal dasar inilah dijadikan penilaian suatu perseroan terbatas yang digolongkan dalam kategori tertentu, yaitu Apakah merupakan Perseroan Terbatas dalam skala kecil, menengah atau besar.

2. Modal Ditempatkan/Issued Capital merupakan saham yang telah diambil dan dijual kepada pemegang saham Perseroan Terbatas maupun para pendiri. Pendiri mempunyai kewajiban untuk mengambil sejumlah saham tertentu Perseroan Terbatas.

3. Modal disetor/Paid Up Capital merupakan saham yang sudah disetorkan atau dibayar secara menyeluruh kepada Perseroan Terbatas, baik oleh Pemegang Saham maupun Pendiri. Perseroan Terbatas harus punya modal dasar paling sedikit Rp 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ), sebagaimana ketentuan pasal 32 ayat 1 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun pasal 32 ayat 2 memberikan pengecualian terhadap ketentuan jumlah minimal modal dasar, yang menyebutkan Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1.

Contoh pengecualian jumlah minimal modal Perseroan Terbatas yang diatur pasal 32 ayat 2 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah minimal modal pendirian Perusahaan Publik atau Perseroan Terbatas Tbk sekurang-kurangnya modal disetor sebesar Rp 3.000.000.000 ( tiga milyar rupiah ), sebagaimana ketentuan pasal 1 ayat 22 Undang-Undang no 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal yang menyebutkan bahwa Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan paling sedikit modal yang harus ditempatkan dan disetor penuh sebesar 25 % dari modal dasar, sesuai dengan ketentuan pasal 33 ayat 1 Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah, sesuai ketentuan pasal 33 ayat 2 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bukti sah untuk penyetoran modal ditempatkan dan disetor antara lain, bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama perseroan berdasarkan audit akuntan terhadap laporan keuangan atau neraca Perseroan Terbatas. Kebiasaan lalu lintas ekonomi penyetoran modal dalam bentuk cash/uang tunai. Namun saat pendirian Perseroan Terbatas tidak semua pendiri memiliki uang tunai sebagai modal yang disetorkan ke Perseroan. Maka harta benda pendiri perseroan terbatas bisa dijadikan modal, seperti benda bergerak ( contoh kendaraan bermotor ) atau tidak bergerak (Tanah-Bangunan). Hal ini diatur Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memberikan option sebagai berikut Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya. Bahwa terkait Penyetoran modal saham dilakukan bentuk lain harus ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan, sebagaimana pasal 34 ayat 2 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Untuk Penyetoran saham benda tidak bergerak harus diumumkan dalam satu Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu 14 ( empat belas hari ) setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah Rapat Umum Pemegang Saham/RUPS memutuskan penyetoran saham tersebut, sebagaimana diatur pasal 34 ayat 3 Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Demikianlah ketentuan tentang modal dalam Pendirian Perseroan Terbatas.

Akun tambahan modal disetor terdiri atas berbagai macam unsur penambahan modal, seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga lebih rendah daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga diatas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor, dan lain sebagainya. Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebet atau di kredit dengan pos L/R usaha maupun L/R luar biasa. Pencatatan Penambahan Modal Disetor PT

Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan : a. Jumlah uang yang diterima;

b. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai, dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran. Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta ppendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan pemerintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian dari modal dalam akun selisih kurs atas modal disetor dan bukan merupakan unsur L/R.

c. Besarnya tagihan yang timbul atau utang yang dikonversi menjadi modal. d. Setoran saham dalam deviden saham dilakukan dengan harga wajar saham,

yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT. yang sahamnya terdaftar di bursa efek, atau nilai wajar yang disepakati RUPS untuk saham yang tidak ada harga pasarnya.

e. Nilai wajar asset bukan kas yang diterima

f. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar asset nonkas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di bursa efek , atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang.

Pencatatan pengurangan modal disetor perseroan Pengurang modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan :

1. Jumlah uang yang dibayarkan atau 2. Besarnya utang yang timbul atau

3. Nilai wajar asset buku kas yang diserahkan.

Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersagkutan. Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar daripada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun agio saham.

Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan saham biasayang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebit akun modal saham dan mengkredit Modal saham yang diperoleh kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan. Saham yang dikeluarkan sehubungan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan asset bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar asset/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas.

Penebusan / penarikan kembali modal saham perseroan Perolehan kembali saham beredar dengan Cost Method

Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat prolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai Laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah dikeluarkan dapat dicatat menggunakan metode biaya (cost method) atau metode nilai nominal (per value method). Dengan metode biaya, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal.

Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai dengan harga perolehan kembali, disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebgai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali saham. Apabila agio saham menjadi deficit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, deficit tersebut dibebankan pada saldo laba.

Perolehan kembali saham beredar dengan per value method.

Metode ini nominal lazimnya digunakan dalam hal saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal sham yang bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akn modal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semua dikeluarkan dengan harga diatas nilai nominal, akun agio saham akan didebet dengan agio saham yang bersangkutan. Dalam jumlah yang dibayarkan lebih besar daripada jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebit akun saldo laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.

Perolehan kembali saham sumbangan

Saham yang kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang diterima pda saat pengeluarannya dengan mendebit akun modal saham yang diperoleh kembali dengan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal yang berasal dari sumbangan.

Deviden Perseroan

Bentuk pembagian deviden

Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah deviden termaksud. Kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen dibagikan dalam bentuk asset bukan kas, maka saldo laba akan dikredit sebesar nilai wajar asset yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk pembagian dividen dalam bentuk asset bukan kas dan saham harus diungkapkan delam catatan kas atas LK.

Deviden Saham

Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham. Yang diinvstasikan kembali oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar saham. Termasuk dalam pengertian nilai wajar adalah harga psar saham PT yang sebelumnya terdaftar di bursa efek, dengan syarat telah disetujui RUPS serta tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Konversi Agio Menjadi saham

Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tidak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.

Penyajian dan pengungkapan

Penyajian modal saham dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih dari stau jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividend dan pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam LK.

Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen komulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan keseluruhan dividen peiode sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas LK. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas LK.

Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai akta pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan PT. Pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini, saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah mebayar penuh harga saham yang bersangkutan.

Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun piutang kepda pemesan saham dan mnegkredit akun modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dlaam kelompok modal dibawah akun modal saham.

Akun piutang kepada pemesan saham sebesar sisa harga saham yang belum dilunasi dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam kelompok asset lancar. Apabila piutang ini tidak dimasukkan untuk ditagih dalam waktu dekat, akun ini dapat disajikan dalam kelompok mengurangi akun modal saham yang dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun modal saham yang dipesan akan didebet dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan gagal melunasi sisa pembayarannya maka bergantung pada kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada peraturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat mengambil salah satu tindakan dibawah ini :

a. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;

b. Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi dengan jumlah tertentu;

c. Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsure oenambha modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualan saham;

d. Mengeluarkan saham yang sebanding dengan pembayaran yang telah dilakukan.

Penyajian dan pengungkapan saldo laba

Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha perodik setelah memperhitungkan pembagian dividend an koreksi L/R periode lalu. Akun ini harus dinyatakan terpisah dari akun modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang meupun ikatan tertentu.

Saldo laba tidak tersedia dibagikan dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut, dilaporkan akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangkan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada harus diungkapkan dalam catatan atas LK.

Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Pengungkapan laba tersebut meliputi :

a. Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan atau pemsahan saldo laba harus pula diungkapkan.

b. Peraturan, perikatan, batasan, dan jumlah batasan disekitar saldo laba, harus dingkapkan. Misalnya selama perjalanan kredit berlangsung , perusahaan tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditur. c. Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha degan metode

penyatuan kepemilikan (pooling of investasi).

d. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setalah pajak.

e. pengungkapan jumlah dividend an deviden per lembar saham, pengunglapan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.

f. Tunggakan dividenb

g. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan LK

h. Pengungpan dividen saham dan pecah-pecah saham (stock split), pengungkapan jumlah yang dikapitalisasi, dan saji ulang laba per saham (EPS) agar laporan keuangan berdaya banding.

Pengungkapan kerugian pt 50% dari modal

Apabila perseroan menderita kerugian sebesar 50% dari modalnya, kewajiban untuk diumumkan dalam Register Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dalam Berita Negara. Diungkapkan dalam caatatan atas LK selama UU yang terkait masih berlaku.

Bila persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum dipenuhi , maka harus diungkapkan.

Pengungkapan dividen 1. Jumlah dividen 2. Dividen /lb saham 3. Bentuk dividen

4. Batasan saldo laba minimum dalam kaitan ketersediaan dividen; 5. Utang dividen

6. Pengumuman pembagian dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal pendapat Akuntan Independen

7. Jumlah kapialisasi dividen saham dan pecah saham, per lb dan jumlah keseluruhan;

8. Laba per saham perlu disaji ulang (restated) berdasarkan jumlah saham yang setara setelah dipecah saham agar dapat diperbandingkan.

Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali

1. Saham beredar yang diperoleh kembali, metode biaya, disajikan sebagai pengurang jumlah modal. Lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

2. Saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai nominal, sebagai pengurang saham beredar (modal disetor) sejenis. Selisih nilai perolehan kembali dan nilai nominal dijumlahkan atau dikurangkan pada Agio saham sejenis. Lbr saham yang diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

Selisih penilaian kembali

Sesuai PSAK 16 tentang AKtiva tetap dan aktiva lain-lain, penilaian atau revaluasi asset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar akuntansi keuangan mengatur penilaian berdasarkan harga perolehan.

Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) asset tetap dibukukan dalam kelompok modal di antara modal disetor dan saldo laba dengan nama akun selisih penilaian kembali asset tetap.

2.2 Pengaruh Tax Amnesty dalam Audit Akuisisi modal

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI, yang diketuai oleh Djohan Pinnarwan dan Team, Pak Djohan yang juga bekerja di PwC , telah meluncurkan Explosure Draft PSAK 70 Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak. PSAK ini memberikan panduan bagi entitas untuk menyusun pelaporannya pasca pemberlakuan Undang-Undang Tax Amnesty.

PSAK 70 ini akan memandu wajib pajak yang mengikuti Tax Amnesty, agar terhindar dari berbagai kesalahan akuntansi dan pelaporan keuangan yang mungkin timbul di kemudian hari. Ketua DPN IAI, Prof. Mardiasmo dalam launching PSAK 70 di BEI mengatakan, sebagai asosiasi profesi yang menaungi

akuntan di seluruh Indonesia, IAI senantiasa meningkatkan peran profesi akuntan dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi nasional untuk kesejahteraan rakyat. Sebagai organisasi profesi dan standard setter, IAI selalu berupaya memberikan sumbangsih terbaiknya dalam mendukung setiap program pemerintah yang bertujuan memberikan kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Sementara itu Ketua DSAK IAI, Djohan Pinnarwan menyatakan, peluncuran PSAK 70 ini juga sebagai bentuk tanggung jawab yang diamanahkan kepada DSAK IAI selaku badan penyusun standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Tujuan dari PSAK 70 adalah memberikan pengaturan perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.

Adapun ringkasan PSAK 70 adalah sebagai berikut : Tujuan, Ruang Lingkup dan Defenisi

Tujuan : untuk mengatur perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (“UU Pengampunan Pajak”)

Ruang Lingkup : jika entitas mengakui aset (liabilitas) yang timbul dari pengampunan pajak di laporan keuangannya.

Defenisi : Aset (liabilitas) pengampunan pajak adalah aset (liabilitas) yang timbul dari pengampunan pajak berdasarkan Surat Keterangan Pengampunan Pajak. Biaya perolehan aset pengampunan pajak adalah nilai aset berdasarkan Surat KeteranganPengampunan Pajak. Pengampunan pajakadalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap aset dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam UU Pengampunan Pajak. Surat Keterangan Pengampunan Pajak (Surat Keterangan)adalah surat yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan sebagai bukti pemberian pengampunan pajak.

Dalam hal Otoritas Pajak belum menerbitkan Surat Keterangan, maka Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak yang disampaikan Entitas dianggap diterima sebagai Surat Keterangan. Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak (Surat Pernyataan) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk mengungkapkan aset, liabilitas, nilai aset neto, serta penghitungan

dan pembayaran uang tebusan. Uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan pengampunan pajak. Kebijakan Akuntansi Wajib Pajak (entitas) dalam laporan posisi keuangannya setelah Surat Keterangan diterbitkan diperbolehkan mengakuiaset dan liabilitas pengampunan pajak jika pengakuan atas aset atau liabilitas tersebut disyaratkan oleh SAK dan sebalik tidak mengakui suatu item jika SAK tidak mengisyaratkannya, kemudian mengukur, menyajikan, serta mengungkapkan aset dan liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan SAK yang relevan atau mengikuti (paragraf 04).

Sebagai contoh PT. XYZ memutuskan mengikuti program pengampunan pajak dan mengakui aset berupa sebidang tanah dengan nilai wajar Rp 2,5 miliar. Jurnal yang harus dibuat oleh PT. XYZ adalah sebagai berikut:

Dr - Tanah Rp 2,5 miliar

Cr- Laba Ditahan Rp 2,5 miliar

Dalam sistem pengampunan pajak, selain mengakui harta yang

Dalam dokumen Makalah akuisisi dan pengembalian eku (Halaman 5-34)

Dokumen terkait