• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

4.3 Pembahasan

Pengukuran geolistrik dengan menggunakan aturan konfigurasi Schlumberger, diperoleh hasil bahwa pada setiap lintasan penelitian didapatkan beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang bervariasi dari tiap lapisan material/batuan tersebut.

Setelah dilakukan inversi maka diperoleh model penampang resistivitas 3D pada lintasan pengukuran. Kedalaman yang bisa terpetakan dengan panjang lintasan 37,5 meter adalah 13,1 meter dan untuk panjang lintasan 30 meter adalah

8,75 meter. Hasil inversi inilah yang menggambarkan struktur resistivitas listrik bawah permukaan pada lintasan pengukuran. Penampang yang dihasilkan kemudian diinterpretasi untuk mengetahui sebaran air tanah di lokasi pengukuran. Dari penampang-penampang tersebut dapat dilakukan penafsiran jenis lapisan batuan penyusun pada setiap titik pengukuran berdasarkan sebaran kesamaan nilai resistivitasnya, yaitu dengan menentukan range (kisaran) kesamaan nilai resistivitasnya.

Berdasarkan hasil pengukuran skala laboratorium nilai resistivitas material soil yang tercemar lebih rendah jika dibandingkan dengan material soil yang belum tercemar. Dengan nilai resistivitas material soil tercemar merkuri berkisar antara 53,3 Ωm sampai dengan 55,3 Ωm, sedangankan nilai resistivitas untuk material soil belum tercemar berkisar antara 76,8 Ωm sampai dengan 81,4 Ωm. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa semakin besar kandungan merkuri dalam tanah maka semakin kecil pula nilai resistivitas tanah tersebut (Lesmono, 2010).

Berdasarkan hasil interpretasi yang diperoleh, endapan merkuri pada lokasi pertama terlihat pada kedalaman 7,45 meter ke bawah. Endapan merkuri pada lokasi kedua terlihat mulai kedalaman 6,74 meter. Dari hasil interpretasi tersebut dapat dilihat bahwa resistivitas yang terdeteksi pada lokasi penelitian cenderung pada material-material batuan lunak sehingga kecenderungan merkuri untuk masuk dan mengendap pada lapisan-lapisan tersebut masih sangat besar. Hal ini di karenakan air yang bercampur dengan limbah merkuri masih dapat menembus material-material tersebut.

37

Pola untuk penyebaran limbah merkuri ini cenderung menyebar secara lateral, karena topografi lokasi penelitian yang tidak datar sehingga air yang bercampur dengan limbah merkuri tersebut mengalir. Dan limbah merkuri tersebut terendap di setiap titik-titik pengukuran.

Merkuri memiliki sifat yang tidak dapat terlarut dalam air, sehingga merkuri akan mengendap di bagian bawah. Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak semua lapisan terdapat endapan merkuri. Karena pada lapisan tertentu tersusun atas material yang memiliki porositas kecil dan permeabilitas yang rendah, sehingga kemungkinan air untuk menembus material tersebut sangat kecil. Oleh karena itu, merkuri akan mengendap pada lapisan terakhir yang dapat ditembus oleh air.

Dalam penelitian ini masih terbatas pada penelitian kualitatif dan belum mencapai penelitian kuantitatif sehingga belum dapat menentukan kadar pencemaran di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Selain itu, dalam penelitian ini masih menggunakan kelas sampel untuk menentukan intrusi limbah merkuri, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat memetakan penyebaran limbah merkuri tersebut.

38

BAB 5

PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Dari hasil pengukuran dan interpretasi data dapat disimpulkan bahwa nilai resistivitas untuk soil yang terendap merkuri di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri berkisar antara 53,3 Ωm – 55,3 Ωm dan penyebaran endapan limbah merkuri pada lokasi pertama terlihat pada kedalaman 7,45 meter, sedangkan pada lokasi kedua terlihat pada kedalaman 6,74 meter.

5.2

Saran

1. Perlu adanya penelitian skala laboratorium dengan memvariasikan perbandingan massa limbah merkuri dengan massa tanah, untuk mengkaji seberapa besar kadar pencemaran di daerah penelitian.

2. Daerah penelitian perlu diperluas supaya dapat dilakukan pemetaan sebaran limbah merkuri di daerah penelitian.

3. Sebaiknya digunakan pula metode-metode geofisika yang berbeda seperti GPR, IP, dan lainnya untuk menunjang keakurasian analisis data serta dapat di jadikan sebagai pembanding.

39

DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2005. Hand Out Mata Kuliah Geofisika Lingkungan dengan topik Metoda Geolistrik Resistivitas, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya.

Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium Tak Hingga. Bandung.

Lanshkaripour, G. R. 2003. An Investigation of Groundwater Condition By Geoelectrical Resistivity Method: A Case Study in Korin Akuifer, Southest Iran. Journal of Spatial Hydrology 3 (1). 1-5. Tersedia di http://profdoc.um.ac.ir/paper-abstract-1012911.html [diakses 30-8-2012] Lesmono. E. 2010. Pemodelan Fisika Metode Geolistrik Konfigurasi

Schlumberger untuk Memetakan Tanah yang Terkontaminasi Merkuri. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Muktar, A. L., W. N., Sulaiman, S., Ibrahim, A. P., Latif, dan M. M. Hanafi. 2000. Detection of Groundwater Pollution Using Resistivity Imaging at Seri Petaling Landfill, Malaysia. Journal of Environmental Hidrology 8(3). 1-7. Tersedia di http://www.hydroweb.com/jeh/jeh2000/ahmed.pdf [diakses 30-8-2012]

Rianto, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri pada Penambangan Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Tesis. Semarang: Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro.

Rolia, E. 2011. Penggunaan Metode Geolistrik untuk Mendeteksi Keberadaan Air

Tanah. TAPAK, 1(1): 10-21. Tersedia di

http://www.ummetro.ac.id/file_jurnal/5_Eva_Rolia.pdf [diakses 12-1- 2013]

Sasonto, D. 2002. Pengatar Teknik Geofisika. Bandung : Departemen Teknik Geofisika ITB.

Subanri. 2008. Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan Kesehatan pada Penambangan Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) di Kecamatan Menyuke. Tesis. Semarang: Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro.

Suhendra. 2005. Penyelidikan Daerah Rawan Gerakan Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis (studi kasus:longsoran di desa cikukun). Jurnal

Gradien 1(1): 1-5. Tersedia di

http://gradienunib.files.wordpress.com/2012/01/suhendra1.pdf [diakses 30-8-2012].

Sukmana. 2005. Inventarisasi Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar di Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Makalah Pusat Sumber Daya Geologi.

Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inversi. Jakarta : Departemen Fisika –FMIPA Universitas Indonesia.

Surono. 1992. Geologi Lembar Surakarta – Giritontro, Jawa. Puslitbang Geologi Bandung.

Todd, D.K. 1980. Groundwater Technology. Associate Professor of Civil Engineering California University. New York: Jihn Wiley and Son.

Trisnawati. 2009. Pemodelan Pola Rembesan Limbah Domestik dengan Menggunakan Metode Geolistrik. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Widodo. 2008. Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas

di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Geologi

Indonesia, 3(3): 139-149. Tersedia di

http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20080303.pdf [diakses 17-3-2012]

41

Dokumen terkait