• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Pembahasan

1. Media Pembelajaran yang digunakan Guru Biologi di MA NU 03 Sunan Katong Kaliwungu

Berdasarkan hasil observasi, wawancara guru Biologi, dan wawancara peserta didik menunjukkan bahwa proses pembelajaran Biologi di MA NU 03 Sunan Katong masih berpusat pada guru. Pada kenyataannya kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik dituntut untuk aktif mengeluarkan pendapat maupun ide-ide kreatif yang dimilikinya. Metode yang sering digunakan guru Biologi yaitu metode

80 ceramah, sumber belajar yang digunakan sering berpacu pada buku paket, serta kurangnya media yang mendukung penerapan kurikulum 2013.

2. Media Pembelajaran Biologi yang dibutuhkan Peserta Didik di MA NU 03 Sunan Katong Kaliwungu

Berdasarkan hasil wawancara guru Biologi kelas XI MA NU 03 Sunan Katong Kaliwungu materi sistem saraf merupakan materi yang sulit bagi peserta didik kelas XI semester 2, karena materi sistem saraf memuat konsep-konsep yang abstrak dan sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan hasil wawancara peserta didik bahwa peserta didik tidak menyukai materi pembelajaran yang tidak terlihat kasat mata seperti materi sistem pencernaan serta membutuhkan suatu media yang bersifat menarik perhatian peserta didik sehingga mendorong minat belajar peserta didik. Menanggapi hal tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan sebuah komik.

Komik dinilai sebagai media pembelajaran yang tepat karena melalui media tersebut, hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:3) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu media

pembelajaran erat kaitannya dengan taraf berpikir peserta didik. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju kompleks.

Komik dinilai mampu mendorong minat belajar siswa kelas XI MA NU Sunan Katong. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Giri Wiarto (2016:135) yang menyatakan bahwa komik memiliki peranan pokok dalam menciptakan minat para siswa dan menumbuhkan minat baca.

Hal lain yang menjadi dasar peneliti memilih komik sebagai media pembelajaran yang akan dikembangkan yaitu karena komik merupakan bacaan bagi segala usia. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian peredaran komik yang dikutip oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:65) yang mengatakan bahwa komik dibaca oleh anak-anak di tingkat menengah dan hampir setengahnya dari siswa SMA, dan dibaca oleh kira-kira 1/3 dari penduduk Amerika, antara umur 18-30 tahun.

Komik yang akan dikembangkan merupakan komik yang berbeda dengan komik sistem saraf yang lain, karena komik yang dikembangkan merupakan komik yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

82 Integrasi yang diterapkan dinilai mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ian G.Barbour yang dikutip oleh Tsuwaibah (2014:51-53) yang menyatakan bahwa dalam hubungan integrative, baik sains dan agama menyadari akan adanya suatu wawasan yang lebih besar mencakup keduanya sehingga bisa bekerja sama secara aktif. Bahkan bisa meningkatkan keyakinan umat beragama dengan memberi bukti ilmiah atas wahyu atau pengalaman mistis.

3. Kelayakan Komik Sistem Saraf terintegrasi Nilai-Nilai Islam di MA NU 03 Sunan Katong Kaliwungu

Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan observasi ke sekolah. Hasil dari observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran kurang maksimal. Sehingga peneliti bermaksud mengembangkan suatu media pembelajaran berupa komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam.

Produk tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan media pembelajaran komik biologi. Komik biologi merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat memahami

materi pelajaran dengan baik. Selanjutnya produk yang telah dikembangkan akan divalidasi oleh beberapa ahli, diantaranya ahli materi, ahli media, dan ahli integrasi Islam, serta respon guru dan respon siswa terhadap media komik yang dikembangkan.

Pertama, kelayakan komik oleh ahli materi,

peneliti menggunakan angket jenis skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, sangat kurang. Angket validasi ahli materi ini terdapat 23 indikator yang dibagi dalam 3 aspek yaitu aspek isi, penyajian, dan kebahasaan. Berdasarkan tabel 4.1 mengenai hasil validasi ahli materi terhadap komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa persentase aspek isi mencapai 93,33% dengan kategori sangat layak, persentase aspek penyajian mencapai 90% dengan kategori sangat layak, dan persentase aspek kebahasaan mencapai 88,89% dengan kategori sangat layak. Sedangkan rata-rata keseluruhannya mencapai 91,3% yang termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran namun perlu sedikit revisi.

Komik yang dikembangkan dinilai ahli materi memiliki uraian materi yang lengkap dan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) sehingga komik dirasa mampu

84 memperlancar pembelajaran dan memberi pengaruh terhadap kemampuan siswa. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Clark yang dikutip oleh Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan (2013:91) yang menyatakan bahwa media sebagai teknologi dan mesin adalah alat yang dapat menyampaikan pembelajaran, tetapi tidak punya pengaruh terhadap kemampuan siswa selama tidak menyentuh isi dan konteks pembelajaran tersebut.

Kedua, kelayakan komik oleh ahli media, peneliti

menggunakan angket jenis skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, sangat kurang. Angket validasi ahli media ini terdapat 8 indikator yang dibagi dalam 2 aspek yaitu aspek tampilan dan kemanfaatan. Berdasarkan tabel 4.2 mengenai hasil validasi ahli media terhadap komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa persentase aspek tampilan mencapai 71% dengan kategori layak, dan persentase aspek kemanfaatan mencapai 80% dengan kategori layak. Sedangkan rata-rata keseluruhannya mencapai 72,5% yang termasuk dalam kategori layak digunakan sebagai media pembelajaran namun perlu sedikit revisi.

Komik yang dikembangkan dinilai ahli media memiliki warna yang dapat mendukung tampilan

gambar dan tulisan dalam penyampaian materi, hanya saja setting latar perlu ditambah agar terkesan tidak monoton. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2003:110) yang menyatakan bahwa warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang digambarkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respon emosional tertentu.

Ketiga, kelayakan media oleh ahli integrasi Islam,

peneliti menggunakan angket jenis skala likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, sangat kurang . Angket validasi ahli integrasi Islam ini terdapat 5 indikator yang masuk dalam aspek integrasi Islam. Berdasarkan tabel 4.3 mengenai hasil validasi oleh ahli integrasi Islam menunjukkan persentase mencapai 92% dengan kategori sangat layak .

Komik yang dikembangkan dinilai ahli integrasi Islam sangat layak digunakan karena dalil Al-Qur’an yang dicantumkan dikutip dengan lengkap serta dibahas dengan sangat baik, bukan mencantumkan terjemahannya saja. Komik yang diintegrasikan dinilai mampu menjadikan peserta didik memiliki keseimbangan ilmu umum dan agama. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Anas yang dikutip oleh Susilowati

86 (2017:80) yang menyatakan bahwa integrasi merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan dalam sektor pendidikan untuk menciptakan generasi madani yang memiliki pengetahuan multidisiplin ilmu.

Keempat, kelayakan media dari respon guru

Biologi, peneliti menggunakan angket dengan skala likert (tidak setuju, kurang setuju, cukup setuju, setuju, sangat setuju) yang terdiri dari 3 aspek, yaitu materi, bahasa, dan penyajian. Berdasarkan tabel 4.6 mengenai hasil respon guru terhadap komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa persentase aspek materi mencapai 80% dengan kategori layak, aspek kebahasaan mencapai 82,86% dengan kategori sangat layak, dan aspek penyajian mencapai 95% dengan kategori sangat layak. Sedangkan rata-rata keseluruhannya mencapai 83,2% yang termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran namun perlu sedikit revisi.

Komik yang dikembangkan dinilai sangat layak oleh guru Biologi. Komik yang dikembangkan memiliki alur cerita yang runtut, gambar yang menarik dan materi yang lengkap. Selain itu, cara penyajian dilengkapi dengan nomor pada strip komik dinilai sangat memudahkan pembaca. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan Wahyuningsih yang dikutip Nur Habibah,dkk (2013:218) yang menyatakan bahwa alur cerita yang runtut dan teratur dalam komik memudahkan diingat kembali sehingga siswa tertarik untuk membacanya.

Kelima, kelayakan media dari respon siswa,

peneliti menggunakan angket dengan skala likert (tidak setuju, kurang setuju, cukup setuju, setuju, sangat setuju) yang terdiri dari 3 aspek, yaitu ketertarikan, materi, dan bahasa. Berdasarkan tabel 4.7 mengenai hasil respon siswa terhadap komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam menunjukkan bahwa persentase aspek ketertarikan mencapai 89% dengan kategori sangat layak, aspek materi mencapai 91% dengan kategori sangat layak, dan aspek bahasa mencapai 91% dengan kategori sangat layak. Sedangkan rata-rata keseluruhannya mencapai 90,5% yang termasuk dalam kategori sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran namun perlu sedikit revisi.

Media komik yang dikembangkan dinilai sangat menarik oleh siswa karena beberapa faktor yaitu memuat materi yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan dikemas secara menarik, pembuatan gambar yang jelas , kesesuaian warna yang digunakan, pemilihan jenis

88 huruf dan ukuran yang tepat, serta desain tampilan yang menarik perhatian.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Topkaya dan Yilar yang dikutip Zuhrowati,dkk (2018:155) yang menyatakan bahwa komik pembelajaran yang menampilkan gambar, sangat menarik , dan dapat meningkatkan minat belajar siswa, serta dapat membiasakan siswa untuk membaca terlebih bagi siswa yang kurang minat dalam membaca.

Komik sistem saraf terintegrasi nilai-nilai Islam dikatakan mampu dijadikan media dalam pembelajaran biologi, karena komik sistem saraf dinilai mampu memperjelas penyajian pesan dan informasi, meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik, dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka (Arsyad, 2009 : 26-27).

Komik yang dikembangkan merupakan media visual yang akan memberikan keuntungan bagi siswa berupa peningkatan hasil belajar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Baugh dalam Achsin yang dikutip Arsyad (2003:9) yang menyatakan bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera

pandang, dan hanya sekitar 5 % diperoleh melalui indera dengar, dan 5% dengan indera lainnya.

Dokumen terkait