• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

5.2 Pembahasan

SI menjadi nilai prognosa jangka pendek dalam menilai kelangsungan hidup penderita dengan sepsis. Dari penelitian sebelumnya ,peneliti mempelajari nilai index dalam jangka pendek pada penderita sesuai dengan kriteria Sepsis berat. Dan pada penilaian terhadap tingkat mortalitas penderita dengan sepsis berat ini, menggunakan cut off Point SI sebesar = 1,0 dimana semakin tinggi nilai SI yang diperoleh dari cut off Point tersebut,maka dapat di prediksi bahwa akan semakin tinggi angka mortalitas pada penderita dengan sepsis berat tersebut. Hasil dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa SI berperan dalam deteksi dini kejadian syok yang memerlukan intervensi segera dalam hal penanganan

Penilaian shock index ini mudah dilakukan dan tanpa memerlukan biaya dalam penailannya terhadap penderira sepsis dan sepsis berat. Nilai shock index telah dilakukan penelitiannya kembali di Universitas Malaya-Kuala Lumpur (Tahun 2010), dan ditemukan bahhwasanya penilaian shock index ini bermakna terhadap angka kelangsungan hidup penderita khususnya pada penderita dengan sepsis berat. Kelangsungan hidup penderita melibatkan pemantauan vital sign berupa tekanan darah, denyut jantung, frekwensi pernafasan,dan suhu. Penilaian shock index terhadap penderita dengan kondisi sepsis dan sepsis berat yang dinilai dari awal penderita masuk di instalasi gawat darurat hingga masa rawatan merupakan salah satu langkah awal dalam menentukan rencana manajemen pengobatan yang terbaik setelah penegakkan diagnosis. Kunci manajemen dalam pencapaian efikasi pengobatan adalah kemampuan untuk memprediksi penderita yang akan membaik. Dalam hal ini, untuk memprediksi kematian dalam 30 hari terhadap penderita dengan sepsis dan atau sepsis berat, maka penilaian terhadap shock index dilakukan disertai dengan biomarker terhadap derajat infeksi berupa pemeriksaan prokalsitonin.

Pada studi ini ditentukan nilai shock index sebagai prediktor mortalitas terhadap penderita sepsis dan sepsis berat yang diawali pada penderita yang masuk ke instalasi gawat darurat RSUP Haji Adam Malik dan diikuti perkembangannya hingga 30 hari. Penelitian ini dilakukan pada populasi 84 penderita yang masuk di instalasi gawat darurat dengan penegakkan diagnosa sepsis dan sepsis berat. Pada penelitian ini, diperoleh nilai shock index 1 (SI-1) dengan cut off point ditentukan adalah ≥ 1,40, sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas sebesar 98 %. Nilai shock index berikutnya di nilai kembali untuk ke dua dan ke tiga kalinya yaitu setelah 2 jam tiba di instalasi gawat darurat dan 24 jam setelah resusitasi (setelah awalnya penderita telah dilakukan resusitasi. Akurasi prediksi dari nilai shock index ke 2 (SI- 2) dengan cut off point ≥ 1.35, diikuti dengan nilai shock index ke 3 (SI-3) dengan cut off point ≥ 1.29 , yang memiliki kepekaan sensitivitas dan spesifisitas yang sama kuatnya yaitu dengan sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas sebesar 100 %. Rerata penilaian shock index diperoleh ≥ 1,34.(Tabel 5.2.3)

Tabel 5.2.2 Gambaran Nilai Shock Index Terhadap Mortalitas pada kelompok penderita sepsis dan sepsis berat.

Mortalitas

Jumlah Meninggal Hidup ƞ ( % ) ƞ (%) ƞ (%) Shock index-1 ≥ 1,40 42 (100,0) 0 (0 ) 42 (100,0) < 1,40 0 (0) 42 (100,0) 42 (100,0) Shock index-2 ≥ 1,35 42 (100,0) 0 (0) 42 (100,0) < 1,35 0 (0) 42 (100,0) 42 (100,0) Shock index-3 ≥ 1,29 42 (100,0) 0 (0) 42 (100,0) < 1,29 0 (0) 42 (100,0) 42 (100,0) Rerata Shock index

≥ 1,34 42 (100,0) 0 (0) 42 (100,0) < 1,34 0 (0) 42 (100,0) 42 (100,0)

Tabel 5.2.3. Cut Off Point, Sensitivitas dan Spesifisitas Nilai Shock Index Nilai Shock Index Cut-Off Point Sensitivitas (%) Spesifisitas (%)

Shock Index - 1 1.40 100 98

Shock Index - 2 1.35 100 100

Shock Index - 3 1.29 100 100

Rerata Shock Index 1.34 100 100

Penelitian ini menunjukkan kekuatan penilaian yang sama besarnya dan signifikansi dengan penilaian prediktif shock index ketika diambil di tiga interval waktu yang

berbeda. Dalam penelitian ini, dua jam setelah penilaianan shock index 1 (SI-1), dari kemungkinan telah berlangsung resusitasi,dan respon fisiologis terhadap resusitasi tersebut dievaluasi pada saat penilaian shock index 2 (SI-2). Resusitasi awal tersebut akan melibatkan stabilisasi jalan napas, pernapasan dan komponen sirkulasi darah. Ini mencakup pemberian oksigen, cairan intravena, antibiotik, antipiretik, serta diperlukannya pengobatan simtomatik pada awalnya dan prosedur penatalaksanaan terapi non farmakologis lainnya (misalnya pemasangan vena sentral, pemasangan kateter, pemasangan alat bantu nafas (endotracheal tube). Nilai shock index 1 (SI-1) dengan nilai shock index 2 (SI-2) diperoleh cut off point yang tidak jauh berbeda, dengan asumsi bahwa perubahan pada saat datang dan setelah pemberian resusitasi 2 jam kemudian tidaklah memberikan perubahan yang mencolok pada kedua kelompok, dimana penilaian pada saat kedatangan di instalasi gawat darurat, menimbulkan perubahan parameter fisiologis (misalnya. denyut jantung dan tekanan darah sistolik) karena pada saat tiba di instalasi gawat darurat, didapati rasa kecemasan, ketakutan, demam atau nyeri yang belum stabil. Sementara penilaian shock index 3 (SI-3) memiliki cut off point ≥ 1,29 , kemungkinannya karena nilai shock index 3 (SI-3) setelah melalui fase resusitasi dengan melewati penilaian shock index 1 (SI-1) tersebut, yang memungkinkan bagi staf medis untuk mengawali pengobatan, membuat penilaian shock index berikutnya yaitu penilaian shock index 2 (SI-2) maupun nilai shock index-3 (SI-3) menjadikan cut off point yang semakin turun.(Tabel 5.2.2).

Keuntungan penilaian shock index sebagai parameter prognostik adalah pengeluaran biaya yang rendah dalam menilai parameter tersebut, dan ketersediaan terdekatnya dibandingkan dengan pemeriksaan atau parameter serologis yang lain. Ini juga merupakan parameter non-invasif dan tidak memerlukan pengambilan sample darah. Perhitungan nilai shock index sederhana ini dapat diajarkan dengan mudah ke perawat medis. Parameter ini dapat berguna dalam deteksi dini penderita dengan penyakit kritis. Pemeriksaan lebih lanjut akan membantu dokter dalam pengambilan keputusan untuk arahan tersier. Di rumah sakit, yang dilengkapi dengan peralatan laboratorium, penilaian ini akan berguna bukti sebagai alat deteksi dini penderita sepsis dengan penyakit kritis. Untuk informasi yang diperoleh dari penilaian rerata nilai shock index dapat berkontribusi dalam penilaian yang efektif pada kondisi

emergensi , sehingga dapat membantu dokter ataupun team/staff medis dalam memutuskan tindak lanjut manajemen perawatan definitive terhadap penderita tersebut.

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain : tidak diketahui batasan terapi dan resusitasi cairan yang diberikan kepada penderita dari awal penderita masuk yang memiliki hubungan terhadap derajat keparahan hingga angka kematian yang terjadi serta jumlah penderita yang relatif kecil sehingga permasalahan observasi tidak dapat diperluas terhadap sub-kelompok dikarenakan jumlah penderita dengan resiko tinggi adalah sedikit sehingga sulit memperoleh nilai cut off point yang sesuai dari procalcitonin. Namun peneliti percaya bahwa pada penelitian ini, penilaian shock index terbukti berperan dalam prediktor terhadap angka kematian. Dimana shock index adalah penilaian yang perlu dianalisis bersama-sama dengan parameter sepsis lainnya di dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan dan pengelolaan pengobatan terhadap penderita dengan sepsis maupun sepsis berat. Penilaian shock index yang dilakukan sejak awal penderita masuk disertai dengan prokalsitonin dapat memberikan informasi penting khususnya dalam memprediksi terhadap kejadian angka kematian.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait