BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel air limbah industri kelapa sawit dengan parameter Dissolved Oxygen (DO) dan parameter Biological Oxygen Demand (BOD) pada sampel air limbah industri kelapa sawit
dengan nomor sampel 531/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,300 mg/L dan BOD sebesar 85,95 mg/L, pada sampel air limbah industri kelapa sawit dengan nomor sampel 532/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,160 mg/L dan BOD sebesar 100,67 mg/L serta pada sampel air limbah industri kelapa sawit dengan nomor sampel 533/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,160 mg/L dan BOD 85,95 mg/L (Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran I Perhitungan hal. 27-30).
Kadar Oksigen terlarut (DO) yang diperoleh sangatlah rendah dibandingkan dengan standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan dan biota perairan lainnya yaitu 5 mg/L. Kadar Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) yang diperoleh menunjukkan bahwa air limbah industri kelapa sawit tersebut tidak memenuhi persyaratan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 yaitu sebesar 50 mg/L tentang baku mutu limbah industri.
Dari hasil analisis DO dan BOD tesebut dapat dinyatakan bahwa air limbah industri kelapa sawit tidak layak untuk dibuang begitu saja ke air badan air (air permukaan) tanpa ada pengolahan air limbah terlebih dahulu. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air (air permukaan) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan penyakit serta menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel air limbah industri kelapa sawit dengan parameter Dissolved Oxygen (DO) dan parameter Biological Oxygen Demand (BOD) pada sampel air limbah industri kelapa sawit
dengan nomor sampel 531/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,30 mg/L dan BOD sebesar 85,95 mg/L, dengan nomor sampel 532/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,160 mg/L dan BOD sebesar 100,67 mg/L serta dengan nomor sampel 533/K/AL/15/02/2016 diperoleh kadar DO sebesar 0,160 mg/L dan BOD 85,95 mg/L.
2. Kadar Biological Oxygen Demand (BOD) yang diperoleh menunjukkan bahwa air limbah industri kelapa sawit tersebut tidak memenuhi persyaratan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah industri yaitu sebesar 50 mg/L.
5.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, sebaiknya industri kelapa sawit meningkatkan sistem pengolahan limbahnya. Industri kelapa sawit harus memiliki Instalasi Pengolahan Limbah yang baik. Sehingga air limbah yang dikeluarkan tidak melebihi standar baku mutu yang yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Halaman 49-50.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Halaman 154.
Gintings, P. (1992). Mencegah Dan Mengendalikan Pencemaran Industri.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 35.
Jenie, B. S. L., dan Rahayu, W. P. (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan.
Yokyakarta: Kanisius. Halaman 15-16.
Kristanto, P. (2013). Ekologi Industri. Edisi Kedua. Yokyakarta: CV. Andi Offset.
Halaman 133.
Menteri Lingkungan Hidup. 1995. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor:
51 Tahun 1995, tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Jakarta.
Metcalf., dan Eddy. (1979). Watewater Engineering: Treatment Disposal Reuse.
New York: Mc Graw Hill. Halaman 86-87.
Mulia, R. M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Halaman 67-73.
Nainggolan, H., dan Susilawati. (2011). Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut menjadi Air Bersih. Medan: USU Press.
Halaman 4-5.
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti.
Halaman 9, 48-49.
Rivai, H. (2006). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Halaman 52.
Salmin. (2005). Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jakarta: LIPI. Halaman 23.
Sumantri, A. (2010). Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Halaman 26-29, 34.
Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.
Jakarta: PT. Grasindo. Halaman 12-13, 98-99, 118-121, 140-143.
Wardhana, W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. (Edisi Revisi).
Lampiran 1. Perhitungan
F = Faktor (volume botol dibagai volume botol dikurangi nvolume pereaksi MnSo4 dan alkali iodida azida) =
1. No. sampel : 531/K/AL/15/02/2016 DO (0) =
DO (5) =
2. No. sampel : 532/K/AL/15/02/2016 DO (0) =
DO (5) =
3. No. sampel : 533/K/AL/15/02/2016
DO (0) =
DO (5) =
IV. Perhitungan Biological Oxygen Deman (BOD):
- DO sampel(0) : a mg/L - DO larutan pengencer(0) : b mg/L - DO sampel(5) : c mg/L - DO larutan pengencer(5) : d mg/L
Koreksi volume pengencer = – BOD larutan pengencer(5) = (b-d) x koreksi volume pengencer
BOD sampel(5) = (a-c) – BOD larutan pengencer x faktor pengenceran (tabel) Tabel Pengenceran :
NO. HARGA DO SEGERA, mg/L PENGENCERAN
1 8-9 1 kali
2 6-8 2-5 kali
3 5-6 5-10 kali
4 3-5 10-15 kali
5 1-3 15-20 kali
6 0-1 20-25 kali
7 0-0,1 25-100 Kali
1. No. sampel : 531/K/AL/15/02/2016
DO segera : 0,300 mg/L jadi sampel harus diencerkan 25 kali (dilihat berdasarkan tabel pengenceran dari DO segera)
2. No. sampel : 532/K/AL/15/02/2016
DO segera : 0,1600 mg/L jadi sampel harus diencerkan 25 kali (dilihat berdasarkan tabel pengenceran dari DO segera)
- DO sampel(0) : 8,054 mg/L
= 0,3868 mg/L
BOD sampel(5) = (8,054 – 4,027) – 0,3868 x 25
= 100,675 mg/L
3. No. sampel : 533/K/AL/15/02/2016
DO segera : 0,1600 mg/L jadi sampel harus diencerkan 25 kali (dilihat berdasarkan tabel pengenceran dari DO segera)
- DO sampel(0) : 7,852 mg/L - DO larutan pengencer(0) : 8,054 mg/L - DO sampel(5) : 4,027 mg/L - DO larutan pengencer(5) : 7,651 mg/L Volume Sampel = = 12 ml
Koreksi volume pengencer = – = 0,96
BOD larutan pengencer(5) = (8,054 – 7,051) x 0,96
= 0,3868 mg/L
BOD sampel(5) = (7,852 – 4,027) – 0,3868 x 25
= 85,95 mg/L
Lampiran 2. Baku Mutu Air Limbah Industri
Baku mutu air limbah industri diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Baku Mutu Air Limbah Industri
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
Lampiran 3. Gambar Sampel
Gambar 1. Tampak Depan Gambar 2. Tampak Belakang
Gambar 3. Sampel air limbah yang akan diencerkan menggunakan botol winkler 300 ml.
Lampiran 4. Gambar Alat DO Meter dan Hasil
Gambar 4. Alat DO Meter yang digunakan Gambar 5. Hasil DO pada analisis Dissolved Oxygen / DO segera Nomor Sampel 531
Gambar 6. Hasil DO No Sampel 532 Gambar 7. Hasil DO No Sampel 533
Lampiran 5. Gambar Larutan Pengencer
Gambar 8. Bahan yang digunakan Gambar 9. Aerator yang digunakan untuk larutan pengencer untuk pembuatan larutan pengencer
Gambar 10. Sampel yang akan Gambar 11. Larutan Pengencer ditentukan DO0 dan yang akan diinkubasi
selama lima hari untuk menentukan DO5
Lampiran 6. Gambar Bahan dan Alat Titrasi Iodometri
Gambar 12. Larutan Amilum/ Kanji dan Pentiter Na2S2O3
Gambar 13. Buret untuk titrasi Gambar 14. Proses titrasi sampel menggunakan metode iodometri