• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan sebagai berikut :

5.5.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa tingkat pendidikan menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,220 dengan signifikan prob = 0,443 yang lebih besar dari α = 0,05. Dari hasil pengujian ini, diperoleh bukti bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis peneliti yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Slamet (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pengawas fungsional dikarenakan berbedanya lokasi dan objek serta jumlah responden dalam penelitian ini. Penelitian bertentangan dengan Standar

Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27 agustus 2013 poin 2011 yang menyatakan “latar belakang pendidikan auditor adalah harus mempunyai tingkat pendidikan formal yang diperlukan, untuk itu diperlukan pengembangan teknik dan metodologi pemeriksaan melalui pelatihan”.

Tidak sejalannya penelitian ini diduga karena adanya perbedaan tempat, waktu dan objek penelitian yang digunakan. Tidak berpengaruhnya tingkat pendidikan terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara mungkin disebabkan karena para pejabat fungsional auditor tersebut tidak semua memiliki latar belakang pendidikan berbasis akuntansi tetapi mereka tetap mampu menjalankan perannya sebagai auditor. Maka peneliti menyimpulkan tingkat pendidikan formal yang sejalan dengan tugas audit yang dapat mempengaruhi kinerja auditor semakin lebih baik.

5.5.2 Pengaruh Pendidikan Berkelanjutan terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pendidikan berkelanjutan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor dengan koefisien regresi positif sebesar 0,379 dan signifikan prob = 0,094 yang lebih besar dari α = 0,05. Dari hasil pengujian ini, diperoleh bukti bahwa pendidikan berkelanjutan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis peneliti yang menyatakan adanya hubungan antara pendidikan berkelanjutan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Mulyono (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan berkelanjutan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja Inspektorat. Penelitian ini tidak sejalan dikarenakan berbedanya jumlah responden dalam penelitian ini. Penelitian ini bertentangan

dengan peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara mengenai pernyataan standar pemeriksaan dalam poin 01 yang menyatakan Standar Umum diuraikan mengenai persyaratan pendidikan berkelanjutan. Maka peneliti menyimpulkan pendidikan berkelanjutan seperti pelatihan – pelatihan yang sejalan dengan tugas audit yang dapat mempengaruhi kinerja auditor semakin lebih baik.

5.5.3 Pengaruh Independensi terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Pengaruh positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,775 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa independensi searah dengan kinerja auditor, dimana semakin meningkatnya independensi maka akan semakin meningkat juga kinerja auditor, demikian juga sebaliknya semakin menurunnya independensi maka akan semakin menurun juga kinerja auditor.

Dengan adanya independensi maka auditor bebas dari pengaruh atau ketergantungan dari sosial, organisasi, maupun pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Auditor yang independensi tidak merugikan pihak manapun dalam melakukan audit. Dalam penelitian Supriyono (1988) menyatakan bahwa, jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gede (2012) yang menyatakan bahwa independensi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa jika seorang auditor

independensi maka hasil pekerjaan akan semakin akurat dalam melakukan audit, dan pengambilan keputusan akan lebih baik. Namun jika hal yang sebaliknya terjadi apabila independensi belum dapat dipenuhi maka kualitas kinerja auditor tidak akan baik.

5.5.4 Pengaruh Pengalaman terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Pengaruh positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,297 dan nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari α = 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengalaman searah dengan kinerja auditor, dimana semakin meningkatnya pengalaman maka akan semakin meningkat juga kinerja auditor, demikian juga sebaliknya semakin menurunnya pengalaman maka akan semakin menurun juga kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masrizal (2010) yang menyatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa jika seorang auditor berpengalaman maka hasil pekerjaan akan semakin akurat dalam melakukan audit, dan kualitas kinerja auditor akan baik. Namun jika hal yang sebaliknya terjadi apabila pengalaman belum dapat dipenuhi maka kualitas kinerja auditor tidak akan baik. 5.5.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Pengaruh positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,082 dan nilai signifikan 0,012 lebih kecil dari α = 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengetahuan searah dengan kinerja auditor, dimana semakin meningkatnya pengetahuan maka akan semakin

meningkat juga kinerja auditor, demikian juga sebaliknya semakin menurunnya pengetahuan maka akan semakin menurun juga kinerja auditor.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masrizal (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa seorang auditor wajib memiliki pengetahuan yang luas baik mengenai ilmu auditing dalam melakukan audit maka, kualitas akan kinerja auditor akan baik. Namun jika hal yang sebaliknya terjadi apabila seorang auditor tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik maka kualitas kinerja auditor tidak akan baik.

5.5.6 Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Independensi, Pengalaman, dan Pengetahuan terhadap Kinerja Auditor

Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan, pendidikan berkelanjutan, independensi, pengalaman, dan pengetahuan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini dapat diketahui pada Tabel 5.25 dimana nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < α = 0,05). Hal ini sangat wajar jika keseluruhan variabel tersebut mampu berpengaruh secara simultan dikarenakan pendidikan yang sesuai bidang memudahkan pekerjaan dan pendidikan berkelanjutan tentang pelatihan juga mendukung dalam peningkatan kinerja seorang auditor. Independensi dalam melaksanakan pekerjaan juga mendukung tingkat kinerja yang baik untuk seorang auditor. Pengalaman kerja yang lebih banyak, pengembangan karir yang cenderung mutlak serta pengetahuan yang tinggi, merupakan faktor-faktor yang akan memberikan motivasi terbaik untuk

meningkatkan kinerja auditor. Seluruh variabel tersebut telah dibahas secara parsial dan memiliki pengaruh positif walaupun terdapat dua variabel yang tidak signifikan, namun hal yang paling penting adalah ketika seluruh variabel independen mampu berpengaruh secara parsial, maka memiliki kemungkinan yang besar juga untuk dapat berpengaruh secara simultan.

5.5.7 Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel motivasi auditor terbukti sebagai variabel moderating. Nilai signifikan 0,036 lebih kecil dari alpha 0,05 dan memiliki nilai koefisien parameternya negative yaitu -0,054, maka maka dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi auditor sebagai variabel moderating dan dapat memoderasi hubungan tingkat pendidikan, pendidikan berkelanjutan, independensi, pengalaman, dan pengetahuan dengan kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Motivasi adalah adanya tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan, kemudian diimplementasikan dalam bentuk prilaku. Motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan adalah suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil tertentu tampak menarik.

Komitmen professional akan mengarahkan pada motivasi kerja secara profesional juga. Seorang profesional yang secara konsisten dapat bekerja secara profesional dan dari upayanya tersebut mendapatkan penghargaan yang sesuai,

tentunya akan mendapatkan kepuasan kerja dalam dirinya. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat dipisahkan dengan kepuasan kerja.

BAB VI

Dokumen terkait