• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah peletakan cakram yang berisi bahan coba minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam pada media MHA yang telah diinokulasi suspensi

Streptococcus mutans, kemudian diinkubasi dan dilakukan pengamatan untuk melihat zona hambat yang terbentuk setelah 24 jam. Masing-masing bahan coba dilakukan tujuh kali pengulangan. Pengamatan dilakukan terhadap seluruh pengulangan dari bahan coba pada waktu yang bersamaan.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap penelitian ini, ditemukan zona hambat atau zona bening di sekitar cakram yang berisi bahan coba minyak atsiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam, dan etanol, sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap Streptococcus mutans.

Gambar 13. Hasil percobaan uji sensitivitas disk minyak atisiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam, etanol 96% dan aquades terhadap Streptococcus mutans

Gambar 14. Zona hambat yang terbentuk

Tabel 1. Perbedaan rata-rata zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam.

Kelompok Perlakuan n _ χ (mm) _ χ (mm) ± SD I Aquades (kontrol) 7 0,0000 0,0000 ± 0,0000 II Etanol 96% (kontrol) 7 8,2371 8,2371 ± 0,31505

III Minyak atsiri bawang putih 7 17,2486 17,2486 ± 0,45076

IV Minyak atsiri cengkeh 7 21,1714 21,1714 ± 0,45072

V Minyak atsiri jintan hitam 7 16,2957 16,2957 ± 0,43347

Dari tabel di atas dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan rata-rata zona hambat bahan coba aquades 0 mm, etanol 8,237 mm, minyak atsiri bawang putih 17,248 mm, minyak atsiri cengkeh 21,171 mm dan minyak atsiri jintan hitam 16,295 mm. Ternyata yang paling tinggi zona hambat minyak atsiri cengkeh terhadap Streptococcus mutans.

Zona hambat minyak atsiri cengkeh Aquades Zona hambat minyak atsiri bawang putih Zona hambat etanol 96% Zona hambat minyak atsiri jintan hitam

Uji ANNOVA one way (tabel 1) dapat dilihat bahwa P adalah 0,0001. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang bermakna (P < 0,05) diantara minyak atsiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam, etanol 96% dan aquades. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba dapat dilihat dari uji komparansi ganda (LSD).

Diagram 1. Hasil diameter zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

Uji Komparansi Ganda (LSD) menunjukkan semua kelompok perlakuan apabila dibandingkan satu sama lain mempunyai perbedaan yang bermakna karena nilai P adalah 0,0001. Hal ini terdapat perbedaan yang bermakna (P <0,05) rata-rata zona hambat masing-masing kelompok perlakuan yaitu aquades, etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Hasil penelitian ini menunjukkan hipotesis diterima yaitu terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

Tabel 2. Hasil uji komparansi ganda (LSD) Kelompok Perbandingan P I (Aquades) II (Etanol 96%) 0,0001* III (Bawang putih)

IV (Cengkeh) V (Jintan hitam) II (Etanol 96%) I Aquades 0,0001* III (Bawang putih)

IV (Cengkeh) V (Jintan hitam) III (Bawang putih) I (Aquades) 0,0001* II (Etanol 96%)

III (Bawang putih) IV (Cengkeh) IV (Cengkeh) I (Aquades) 0,0001* II (Etanol 96%)

III (Bawang putih) V (Jintan hitam) V (Jintan hitam) I (Aquades) 0,0001* II (Etanol 96%)

III (Bawang putih) IV (Cengkeh)

*Terdapat perbedaan yang signifikan pada P < 0,05 (H0 ditolak)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai uji sensitivitas ini menggunakan teknik disc diffusion test. Tujuannya adalah untuk membuktikan adanya daya hambat antara sediaan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Streptococcus mutans

dan memperlihatkan perbedaan daya hambat antara minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam, sebagai kontrol adalah aquades dan etanol 96%. Perbedaan daya hambat bahan coba dapat dilihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar disk berisi bahan coba yang diamati pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah diinokulasi oleh Streptococcus mutans.

Pengukuran zona hambat dilakukan setelah media diinkubasi selama 24 jam menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Zona hambat merupakan daerah dimana terdapat zona bening di sekeliling disk yang menunjukkan adanya daya hambat antara bahan coba dari setiap kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini pembuatan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam menggunakan proses distilasi air dan uap. Metode ini lebih sering digunakan karena lebih mudah mendapatkan minyak atsiri dan lebih sesuai bagi industri kecil karena lebih murah, alat-alatnya mudah diperoleh dan sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian,rata-rata zona hambat bahan coba aquades 0 mm, etanol 8,237 mm, minyak atsiri bawang putih 17,248 mm, minyak atsiri cengkeh 21,171 mm dan minyak atsiri jintan hitam 16,295 mm. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil rata-rata zona hambat yang terbesar adalah bahan coba dari kelompok perlakuan IV yang mengandung minyak atsiri cengkeh yaitu 21,171 mm. Rata-rata zona hambat etanol yang merupakan kontrol positif adalah 8,237 mm dan aquades sebagai kontrol negatif menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk sama sekali. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan H0

Dilihat dari hasil penelitian, bahan coba dari etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap

Streptococcus mutans dengan kemampuan yang berbeda. Zat aktif yang terdapat dalam bahan coba bawang putih, cengkeh dan jintan hitam masing-masing adalah allicin, eugenol dan thymoquinone. Ketiga bahan aktif ini ternyata dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Senyawa allicin merupakan senyawa yang mudah terurai menjadi sulfur dan mudah rusak pada suhu yang panas. Allicin menunjukkan aktivitas antibakteri dengan menghambat secara langsung sintesis RNA meskipun sebagian sintesis DNA dan protein juga dihambat. Ini menunjukkan bahwa RNA adalah target utama dari fungsi allicin. Perbedaan dalam struktur strain bakteri juga memainkan peran dalam kerentanan terhadap daya hambat dari minyak atsiri bawang putih.

diterima pada P<0,05.

Penelitian Novita (2008) sediaan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil penelitiannya menunjukkan rata-rata diameter zona hambat pada jus bawang putih 2gr/ml (15,19 mm) dan jus bawang putih 1gr/ml (8,62 mm). Sementara rata-rata diameter zona hambat bahan coba sediaan ekstrak bawang putih 2gr/ml adalah 6,44 mm dan pada sediaan 1 gr/ml

ekstrak bawang putih tidak mununjukkan adanya zona hambat.7

Penelitian Aneja dan Joshi (2010) menunjukkan minyak atsiri cengkeh adalah efektif terhadap Streptococcus mutans karena efek antimikroba cengkeh oleh eugenol dan eugenol asetate yang terkandung dalam minyak tersebut dapat merusak langsung membran sel bakteri menyebabkan pengurangan sintesa protein sehingga terjadi gangguan pada fungsi sel bakteri selanjutnya mengalami lisis.

Rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih penelitian ini adalah 17,248 mm. Ini menunjukkan terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri, jus dan ekstrak dari sediaan bawang putih. Minyak atsiri bawang putih menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang tertinggi bila dibandingkan dengan jenis bahan sediaan ekstrak dan jus bawang putih. Hal ini mungkin disebabkan kandungan allicin yang berbeda dengan cara penyediaan yang berbeda karena allicin bersifat volatil dan merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa yang lain seperti dialil sulfida.

28

Hasilnya memperlihatkan zona hambat cengkeh menunjukkan diameter yang lebih besar yaitu 34,32 mm bila dibandingkan dengan zona hambat minyak atsiri cengkeh dalam penelitian ini yaitu 21,171 mm. Hal ini mungkin disebabkan karena cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda. Cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda dapat menyebabkan jumlah kandungan bahan aktif minyak atsiri berbeda. Penelitian Aneja dan Joshi menunjukkan zona hambat yang lebih tinggi dari penelitian penulis karena Aneja dan Joshi menggunakan minyak atsiri dari pabrik sedangkan penelitian penulis mempergunakan bahan coba dan alat serdahana.28

Sahabat Saeed (2008) dalam penelitiannya menyatakan, minyak cengkeh ditemukan aktif terhadap bakteri gram positif foodborne yang ditularkan melalui makanan contohnya Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif yaitu

Escherichia coli. Selanjutnya, bahan aktif cengkeh (eugenol) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans, Candida albicans, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. Selain eugenol terdapat bahan aktif lain yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti biflorin, kaempferol, rhamnocitrin, myricetin, gallic acid, ellagic acid dan oleanoic acid.

Penelitian Zuridah (2008) minyak atsiri jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan

Pseudomonas aeruginosa. Rata-rata daya hambat Staphylococcus aureus

mencatatkan nilai tertinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif yang lain yaitu 25,00 mm dan yang paling rendah daya hambat adalah Escherichia coli yaitu 10,00 mm.

28

41

Menurut Mohd Tariq Salman (2008) thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam menunjukkan daya hambat yang signifikan dari pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Thymoquinone menghambat sumber radikal bebas, dan diketahui mempunyai asam amino nukleofilik yang terdapat di dalam protein akan menyebabkan inaktivasi protein serta hilangnya fungsi sel. Gangguan metabolisme bakteri menyebabkan kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan rusaknya sel bakteri secara permanen, selanjutnya sel bakteri lisis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya zona hambat tergantung pada kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan

mikroorganisme uji, jumlah mikroorganisme yang digunakan, kecepatan tumbuh mikroorganisme yang diuji dan sensitivitas mikroorganisme terhadap bahan antimikroba yang diuji.

Berdasarkan hasil uji Anova (Tabel 1) yang diperoleh terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Pada hasil uji komparasi ganda (Tabel 2), terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat antara setiap bahan coba.

43

Hasil penelitian ini secara in vitro minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Minyak atsiri tersebut dapat digunakan sebagai bahan alternatif antibakteri karena memiliki daya hambat terhadap beberapa jenis bakteri, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan bahan ini sebagai bahan antibakteri secara luas.

BAB 7

Dokumen terkait