• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN

6.2 Saran

Dalam penggunaan obat kumur ekstrak gambir 1%, subjek mengeluhkan adanya rasa kurang enak berupa rasa pahit serta terdapat serbuk gambir. Karena itu, untuk penelitian lanjutan diperlukan adanya penambahan bahan-bahan lain agar obat kumur menjadi lebih enak sehingga subjek menjadi lebih kooperatif dan menggunakan obat kumur secara rutin.

Pada penelitian ini hanya menggunakan satu jenis konsentrasi ekstrak gambir yaitu 1%, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan agar mendapatkan konsentrasi optimal dari gambir dalam menurunkan akumulasi plak.

Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penambahan jumlah subjek penelitian agar hasil penelitian yang di dapat tidak terjadi bias.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

Plak dental merupakan kumpulan mikroba yang beragam, terdapat dalam matriks pejamu dan polimer bakteri, yang tumbuh pada gigi sebagai biofilm. Menurut

World Health Organization (WHO) pada tahun 1978, plak dental didefinisikan

sebagai struktural spesifik yang sangat bervariasi akibat adanya kolonisasi dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan gigi dan terdiri dari banyak spesies mikroba.14(jaypee)

Plak dental berkembang secara alami, dan berkontribusi terhadap pertahanan pejamu dengan mencegah kolonisasi oleh spesies eksogen. Komposisi plak dental bervariasi pada permukaan yang berbeda sebagai akibat dari sifat biologis dan fisik yang melekat pada lokasi tersebut; dimana keseimbangan populasi bakteri dominan berbeda pada tiap penyakit. Sifat biofilm terkait memengaruhi cara kerja dan khasiat antimikroba. Hal ini dapat mengakibatkan penghambatan selektif spesies yang terlibat dalam penyakit, atau mengurangi produksi faktor virulensi, sambil menjaga manfaat yang terkait dengan mikroflora pada rongga mulut penduduk.12,14

Plak dental secara luas diklasifikasikan sebagai supragingiva atau subgingiva berdasarkan posisinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva ditemukan pada atau di atas margin gingiva; plak supragingiva yang berkontak langsung dengan margin gingiva disebut sebagai plak marginal. Plak subgingiva ditemukan di bawah margin gingiva, antara gigi dan jaringan sulkular gingiva. Plak dental terdiri dari mikroorganisme. Terdapat sekitar 2x108 bakteri pada 1 mg plak dental. Bahan yang terdapat di antara bakteria dalam plak dental disebut sebagai matriks intermikrobial dimana sekitar 25% dari volume plak. Plak, mikroba, saliva dan eksudat gingiva merupakan sumber yang berkontribusi pada matriks intermikrobial. Terdapat sekitar 500 spesies bakteri dan non-bakteri yang berbeda.14,12(jaypee)

Pembentukan plak dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama pembentukan pelikel. Makromolekul hidrofobik mulai menyerap pada permukaan gigi untuk membentuk pelikel. Pelikel ini terdiri dari berbagai glikoprotein saliva (mucins) yang berasal dari saliva, cairan sulkus, sel-sel jaringan bakteri dan pejamu. Pelikel ini mengubah muatan dan energi bebas dari permukaan gigi, yang kemudian meningkatkan efisiensi adhesi bakteri.14

Tahap kedua yaitu kolonisasi awal mikroorganisme. Kolonisasi awalnya adalah mikroba positif Gram fakultatif (Actinomyces viscosus dan Streptococcus

sanguis). Bakteri ini menempel bervariasi pada permukaan gigi yang dilapisi pelikel.

Beberapa bakteri memiliki struktur perlekatan tertentu seperti zat polimer ekstraseluler dan fimbriae, yang memungkinkannya untuk menempel dengan cepat ketika terjadi kontak. Terdapat interaksi reseptor dari pelikel gigi dan adhesins dari permukaan bakteri. Actinomyces viscosus memiliki fimbriae yang protein adhesins-nya mengikat secara khusus untuk prolin protein yang baadhesins-nyak ditemukan di pelikel gigi.14

Tahap ketiga yaitu kolonisasi sekunder dan pematangan dari mikroba.

Porphyromonas intermedia, Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum

adalah kolonisasi sekunder yang awalnya tidak mengkolonisasi permukaan gigi yang bersih atau dilapisi pelikel. Dalam fase ini, terjadi koagregasi, yang merupakan kemampuan bakteri yang berbeda untuk melekat satu sama lain. Fusobacterium

nucleatum diyakini penting dalam menjembatani antara kolonisasi primer dan

sekunder selama pematangan plak. Contoh interaksi kolonisasi sekunder dengan kolonisasi awal adalah Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis;

Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus; Capnocytophaga ochraceus

dengan Actinomyces viscosus. Contoh interaksi antar kolonisasi sekunder adalah

Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis; Fusobacterium nucleatum dengan Treponema denticola.14

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak didefinisikan sebagai pembersihan plak mikrobial dan debris-debris makanan dari rongga mulut. Kontrol plak biasanya merupakan langkah-langkah pencegahan yang bertujuan untuk menghilangkan plak gigi dan mencegah timbulnya plak yang berulang. Hal ini dapat dicapai baik secara mekanis atau kemis, kadang-kadang dua prosedur digabungkan.3

Kontrol plak secara mekanis dapat dicapai dengan menyikat gigi menggunakan sikat gigi manual atau menggunakan sikat gigi bermotor ataupun dengan bantuan sistem pompa air bertekanan yang melibatkan penggunaan tekanan air yang dipompa melalui jarum tumpul halus atau nozzle. Menyikat gigi dan penggunaan benang gigi untuk membersihkan plak adalah cara yang paling umum untuk menghilangkan biofilm.3

Kontrol plak secara kemis termasuk bahan kimia organik atau anorganik, yang menghambat akumulasi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikroba dan debris-debris. Dalam kontrol plak secara kemis, beberapa agen anti-bakteri tertentu termasuk dalam kategori yang efektif. Agen anti bakteri untuk yang efektif terdapat antiseptik dengan spektrum luas, antibiotik, mempunyai satu atau kombinasi enzim yang dapat mengubah struktur atau kegiatan plak. Agen antimikrobial dalam obat kumur atau pasta gigi yang digunakan untuk menghambat pembentukan plak bakteri dan untuk mencegah atau mengatasi gingivitis kronis.3

Tingkat efektivitas obat kumur komersial sangat bervariasi dan tergantung pada komposisi agen tambahan aktif dalam obat kumur. Penggunaan obat kumur anti plak sebagai tambahan untuk kebersihan mulut yang optimal serta menunjang kontrol plak secara mekanik.3

2.3 Klorheksidin

Obat kumur merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menggantikan atau membantu sikat gigi dalam upaya plak kontrol. Pada usia muda, kontrol plak secara mekanis tidak optimal sehingga diperlukan obat kumur untuk mencegah

pembentukan plak. Obat kumur merupakan bahan kimia yang ideal untuk meningkatkan kesegaran nafas, menanggulangi masalah bau mulut, mencegah karies gigi dan menghambat pembentukan plak. Klorheksidin merupakan salah satu obat kumur yang umum digunakan dan sangat biokompatibel terhadap manusia.8

Klorheksidin sampai saat ini adalah agen anti plak yang paling ampuh. Klorheksidin dianggap agen anti plak dengan gold standard yang berkhasiat anti plak dan agen anti-gingivitis. Kemanjurannya dapat dibuktikan dari sifat bakteriostatik dan bakterisida dan substantivitas di dalam rongga mulut. Klorheksidin mempunyai aktivitas membunuh bakteri Gram positif atau negatif, bakteri, virus, fungi dengan spektrum yang luas. Aktivitas antimikroba tersebut dapat merusak membran dalam sitoplasmik. Menariknya, klorheksidin menunjukkan efek yang berbeda pada konsentrasi yang berbeda; pada konsentrasi yang rendah klorheksidin bersifat bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi klorheksidin bersifat bakterisida.13

Efek samping obat kumur yang menimbulkan masalah kesehatan banyak dibahas oleh peneliti. Risiko bahan ini terjadi karena fisik kimianya seperti pH dan kandungan asam; bahan aktif; dan kandungan lain seperti alkohol. Nilai pH obat kumur yang dianjurkan adalah di atas 5,5, karena batas ini masih aman digunakan. Keasaman obat kumur dan kemampuan erosinya berhubungan dengan lamanya (durasi) penggunaan. Asam sodium klorida efektif mencegah terjadinya plak (seperti pada klorheksidin) tetapi dapat menimbulkan erosi pada enamel sama seperti jus jeruk, sehingga penggunaannya direkomendasikan hanya dalam jangka pendek. Bahan aktif obat kumur hanya berefek lokal. Klorheksidin tidak memiliki efek samping sistemik karena tidak diabsorpsi ke sirkulasi darah. Efek samping lokal bahan ini adalah pewarnaan coklat tua pada gigi, dorsum lidah dan bahan restorasi; mati rasa; deskuamasi mukosa; peningkatan kalkulus supragingiva dan pembesaran parotid pada penggunaan klorheksidin dengan konsentrasi 0,2%. Keluhan lokal tidak terjadi pada penggunaan obat kumur dengan konsentrasi 0,12%.8

2.4 Gambir

Gambir adalah sari getah kering dari tanaman Uncaria gambir Roxb yang diperoleh melalui ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir yang diendapkan dan kemudian dicetak dan dikeringkan. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah berwarna coklat kehitaman atau kekuningan. Gambir sudah menjadi komoditas utama provinsi Sumatera Barat. Provinsi Sumatera Barat telah menyuplai 80% dari total produksi gambir di Indonesia dan diekspor ke negara-negara lain melalui India dan Singapura. Nama lain dari gambir adalah catechu, gutta

gambir, catechu pallidum (pale catechu).15,16

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan anggota dari famili Rubiaceae dan mengandung kandungan farmokologi yang telah diakui. Gambir kering dihasilkan dari daun dan tangkai tanaman gambir melalui proses pengempaan dan pengeringan. Getah gambir mengandung katekin, produk kondensasi asam katekutannat, kuersetin, asam gallat, asam elagat, katekol, pigmen dan lain-lain. Kegunaan utama gambir adalah sebagai bahan obat yag sangat baik untuk perawatan gigi dan gusi. Masyarakat tradisional memanfaatkannya sebagai bahan campuran makan sirih untuk menyehatkan gigi dan gusi karena kandungan katekinnya yang cukup tinggi.1

Taksonomi tanaman gambir Kerajaan : Plantae Divisi : Angiosperms Sub divisi : Eudicots Kelas : Asterids Ordo : Gentianales Familia : Rubiaceae Genus : Uncaria

Gambir merupakan inhibitor yang potensial dalam pembentukan plak gigi. Hal ini disebabkan oleh adanya polifenol tanin dan flavonoid dalam gambir.15

Flavonoid bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Proses denaturasi protein mengakibatkan koagulasi protein dinding sel bakteri. Apabila bakteri tidak memiliki dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar dan segera mati. Daya antibakteri tanin secara khusus diduga karena toksisitas tanin yang dapat merusak membran sel bakteri, selain itu senyawa astringen tanin juga dapat mengerutkan dinding sel membran sehingga mengganggu permeabilitas sel bakteri. Akibat terganggunya permeabilitas, bakteri tidak dapat melakukan aktivitas hidupnya sehingga pertumbuhan terhambat atau bahkan mati.17

Gambir juga mengandung katekin sebagai komponen utama yang memberikan rasa dan bau yang spesifik. Sebagai senyawa polifenolik, katekin menunjukkan aktivitas antioksidan dan antibakteri. Aktivitas tanin dan flavonoid dalam menghambat pembentukan plak gigi dikaitkan dengan penghambatan sintesis glukan larut yang dikatalisasi oleh enzim glukositransferase (GTFs) dari

Streptococcus mutans.15

Kemampuan bakterisid katekin dengan cara mendenaturasi protein bakteri, karena gugus fenol yang terkandung dalam katekin merupakan senyawa toksik yang mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kovalen, sehingga deret asam amino protein tetap utuh namun aktifitas biologiknya rusak, yang akhirnya tidak dapat melakukan fungsinya. Katekin dalam gambir mampu menghambat pembentukan insoluble glukan yang tidak dapat dicairkan dari sukrosa oleh Gluosiltransferase (GTFs) yang berperan penting dalam pembentukan plak. Katekin menghambat proses glikosilasi yang berkompetitif dengan Gluosiltransferase (GTFs) dalam mereduksi sakarida yang merupakan bahan dasar dari proses glikosilasi, sehingga proses pembentukan polisakarida ekstraseluler oleh bakteri menjadi terhambat. Aktifitas katekin dalam mereduksi glukosa jauh lebih besar dibandingkan aktifitas GTFs dalam menggunakan glukosa tersebut. Katekin dapat menurunkan pembentukan plak gigi dengan cara

menghambat pertumbuhan glukosa dari Streptococcus mutans melalui efek bakterisidal.11

2.5 Kerangka Teori Plak Kontrol Plak Khemis Mekanis Obat Kumur dibandingkan

Ekstrak gambir 1% Khlorheksidin 0,12%

Flavonoid Tanin Katekin

menghambat pembentukan plak gigi dikaitkan dengan

penghambatan sintesis glukan larut yang dikatalisasi oleh enzim glukositransferase (GTF) dari Streptococcus mutans.

Akumulasi plak menurun

Antioksidan & antibakteri serta Kemampuan bakterisidal dengan cara mendenaturasi protein bakteri.

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas 1. Obat kumur ekstrak

gambir 1%

2. Obat kumur klorheksidin 0,12%

Variabel Terikat

Indeks Plak (Loe and Silness)

Variabel Terkendali 1. Konsentrasi ekstrak

gambir dalam obat kumur

2. Frekuensi dan lamanya berkumur

3. Jenis pasta dan sikat gigi

Variabel Tidak Terkendali

1. Diet

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Plak dental adalah kumpulan dari mikroorganisme yang ditemukan di permukaan gigi sebagai biofilm yang tertanam dalam matriks polimer pejamu dan bakteri.Plak adalah bahan yang lembut, kuat pada permukaan gigi yang tidak mudah dihapus hanya dengan membilasnya dengan air. Plak dental juga didefinisikan secara klinis sebagai substansi kuning keabu-abuan-terstruktur yang melekat erat pada permukaan keras intraoral. Dalam 1 mm3 plak dental dengan berat sekitar 1 mg, lebih dari 108 bakteri yang ada. Meskipun lebih dari 300 spesies telah diisolasi dan dikarakterisasi dalam deposit ini, masih tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua spesies yang ada.1,2,3

Kontrol plak merupakan usaha untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasi plak pada gigi. Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak mekanis merupakan cara yang paling mudah dan paling efektif, dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dan pembersih interdental. Kontrol plak secara kimiawi meliputi bahan organik atau anorganik yang bertujuan untuk mengontrol plak supragingiva, menghambat akumulasi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikrobiota dan debris yang dilakukan dengan penggunaan obat kumur.3,4,5

Obat kumur saat ini menggunakan banyak bahan-bahan sintetis yang memiliki efek samping, seperti noda hitam di gigi dan terganggunya ekologi flora normal rongga mulut.6 Beberapa agen antimikroba telah dimasukkan dalam obat kumur untuk meningkatkan hasil prosedur kebersihan mulut mekanik atau bahkan untuk menggantikan kontrol plak mekanis. Klorheksidin telah ditetapkan sebagai senyawa kimia kontrol plak yang paling efektif. Klorheksidin telah lama dikenal sebagai bahan utama untuk kontrol plak kimia. Klorheksidin sampai saat ini terbukti merupakan

bahan antiplak paling efektif. Kemanjuran klorheksidin sebagai obat kumur untuk menghambat plak gigi dan gingivitis telah didokumentasikan dengan baik. Hal ini dianggap sebagai standar emas senyawa antimikroba terhadap efektivitas zat antimikroba dan antiplak lainnya yang telah dikaji.7

Penggunaan obat kumur yang telah diperdagangkan secara luas seringkali terbentur pada harga yang cukup mahal. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemanfaatan obat tradisional dalam rangka peningkatan dan pelayanan kesehatan.8 Istilah kembali ke alam pun kemudian sering terdengar seiring dengan upaya pemanfaatan tanaman herbal dengan khasiat obat termasuk yang berkhasiat sebagai antibakteri dan antibiofilm.9

Indonesia mempunyai banyak tanaman obat untuk menanggulangi masalah kesehatan, salah satunya adalah Gambir yang terbukti banyak mengandung katekin.8

Gambir (Uncaria Gambir), sebuah tanaman herbal asli Asia Tenggara, dapat banyak ditemui di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Gambir terbukti banyak mengandung katekin yang berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Selain itu, obat kumur gambir akan dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Sebagai antibakteri, gambir dalam obat kumur diharapkan mampu membunuh ataupun menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi dimana bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri Streptococcus

mutans.6,8,10

Aning dkk. pada tahun 2012 telah melakukan penelitian tentang lama berkumur dengan air rebusan gambir dan menyimpulkan bahwa berkumur dengan air rebusan gambir dapat menurunkan pembentukan plak gigi. Pada tahun 2009, Amos melakukan penelitian tentang obat kumur gambir. Dimana didapatkan hasil bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mempunyai visualisasi yang paling baik dibandingkan obat kumur pada konsentrasi gambir lainnya. Aktivitas antibakteri pada obat kumur gambir dengan konsentrasi 1% - 5% sebesar 20,45%-43,24% dengan pH sekitar 4,14-4,38 dan viskositasnya sekitar 2,75-4,75 cP.10,11

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas Obat kumur ekstrak gambir 1% dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% dalam menghambat pembentukan plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2013, sehingga penggunaan obat kumur gambir dapat dijadikan alternatif pengganti obat kumur kimia sintetis yang beredar di pasaran. Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan klinis rongga mulut subjek.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masalah yang dirumuskan adalah bagaimana efektivitas gambir 1% sebagai sediaan obat kumur dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% terhadap akumulasi plak.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas ekstrak gambir 1% sebagai obat kumur dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% terhadap akumulasi plak.

1.4Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan efektivitas ekstrak gambir 1% dalam bentuk obat kumur dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% terhadap akumulasi plak.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan memberi informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa/i FKG USU mengenai efektivitas gambir sebagai sediaan obat kumur untuk menunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini obat kumur gambir diharapkan dapat menjadi alternatif obat kumur dari bahan herbal.

PENGARUH EKSTRAK GAMBIR 1% DALAM BENTUK OBAT

KUMUR DIBANDINGKAN DENGAN KLORHEKSIDIN 0,12%

TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK PADA

MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

DIAH OKTI AGUSTIN RANGKUTI 110600105

Dosen Pembimbing: Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D

NIP. 195402101983031002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2015

Diah Okti A.R.

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

ix + 33 halaman

Kontrol plak secara kimiawi meliputi bahan organik atau anorganik yang bertujuan untuk mengontrol plak supragingiva, menghambat akumulasi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mikrobiota dan debris yang dilakukan dengan penggunaan obat kumur. Klorheksidin sampai saat ini terbukti merupakan bahan antiplak paling efektif dalam menghambat plak gigi dan gingivitis. Penggunaan obat kumur yang telah diperdagangkan secara luas, seringkali terbentur pada harga yang cukup mahal sehingga World Health Organization (WHO) menganjurkan pemanfaatan obat tradisional dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir sebagai antibakteri, dimana gambir dalam obat kumur diharapkan mampu membunuh ataupun menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi dimana bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri

Streptococcus mutans. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui

efektivitas ekstrak gambir 1% sebagai obat kumur dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis dengan rancangan penelitian pretes-postes dengan kelompok kontrol (pretest-posttest

with control group). Metode penelitian yang digunakan adalah double blinded study.

Subjek dipilih sebanyak 40 orang mahasiswa FKG USU angkatan 2013 yang dipilih melalui pembagian kuesioner dan pemeriksaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

secara acak dimana 40 subjek ini kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 orang kelompok perlakuan yang menggunakan obat kumur ekstrak gambir 1% dan 20 orang kelompok kontrol yang menggunakan obat kumur klorheksidin 0,12%. Kedua kelompok kemudian diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur setelah sikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan pada malam hari sebelum tidur selama 7 hari. Pemeriksaan skor plak dilakukan pada hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 dengan menggunakan indeks plak Loe dan Sillness. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T-tidak berpasangan untuk melihat perbedaan efek antara kelompok perlakuan dan kontrol, uji Anova dilakukan untuk melihat perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok perlakuan, serta perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skor plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana masing-masing kelompok menunjukkan penurunan yang signifikan (p<0,05). Adapun ekstrak gambir 1% dalam bentuk obat kumur aman dipakai tanpa memiliki efek samping. Kesimpulannya adalah obat kumur gambir 1% efektif dalam menurunkan akumulasi plak namun bila dibandingkan dengan berkumur menggunakan klorheksidin 0,12%, klorheksidin 0,12% masih memiliki efektivitas yang lebih baik.

Faculty of Dentistry

Department of Periodontology Year 2015

Diah Okti A.R.

The Effect of Gambier Extract 1% in The Form of Mouthwash Compared With Chlorhexidine 0,12% Against Plaque Accumulation Reduction on Faculty of Dentistry University North Sumatra Student Batch 2013

ix + 34 pages

The chemical control of plaque includes organic or inorganic chemicals, which control supragingival plaque, inhibit the accumulation, growth and survival of microbiota and debris which is conducted by using mouthwash. Chlorhexidine is the most effective in reducing the formation of dental plaque and preventing gingivitis. Uses of mouthwash that has traded extensively, often hit by the price that quite expensive so the World Health Organization (WHO) recommends the use of traditional medicine in order to improve health services. The use of gambier as a form of mouthwash is one of the effort in exploring the gambier beneficience as an antibacterial, which is expected to kill and inhibit bacterial growth as the etiology of dental plaque that the most important bacteria in plaque accumulation is

Streptococcus mutans. This study aims to determine differences in the effectiveness

of gambir in the form of mouthwash concentration 1% with chlorhexidine 0.12% on dental plaque accumulation. This study was an experimental study (pre-posttest control group) with a double-blinded method study. Forty subjects are selected from students of faculty of dentistry north sumatera university batch 2013 which selected by giving kuesioner and examination through inclusion and exclusion criteria randomly where these forty subjects divided in to two groups, the treatment group which using gambier extract in the form of mouthwash concentration 1% and the

Dokumen terkait