BAB 5. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil waktu pengikatan tali pusat dini
15 detik setelah lahir sebagaimana kesimpulan meta-analisis yang dilakukan
oleh kolaborasi Cochrane,
6dan pengikatan tali pusat tertunda mengambil
waktu 2 menit setelah bayi lahir sesuai dengan rekomendasi Departemen
Kesehatan RI,
9dan meta-analisis yang meliputi 15 penelitian uji klinis
menyimpulkan bahwa penundaan pengikatan tali pusat minimal 2 menit pada
bayi yang lahir cukup bulan memberi manfaat bagi bayi, bayi pada kelompok
pengikatan tali pusat tertunda akan memiliki kadar Hb, Ht dan volume darah
yang lebih tinggi, kadar feritin bayi yang lebih tinggi saat berusia 2 sampai 6
bulan, serta risiko anemia yang lebih rendah dibanding pada bayi dengan
pengikatan tali pusat dini.
5Penelitian lain membuktikan bahwa prosedur penundaan pengikatan tali
pusat (30 sampai 45 detik setelah lahir) tidak memberikan efek yang merugikan bagi
bayi dengan usia gestasi 24 sampai 32 minggu sebagaimana dilaporkan banyak
peneliti sebelumnya yaitu risiko terjadinya hipotermi, hiperbilirubinemia dan
penundaan intubasi bagi bayi yang memerlukannya.33
Penundaan pengikatan tali pusat dapat meningkatkan jumlah sel
darah merah yang ditransfusikan kedalam tubuh bayi dan hal ini terlihat
dengan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit bayi baru lahir. Kadar
oksigen saat transisi dari masa fetus ke bayi, dan konsentrasi hemoglobin
yang cukup pada bayi baru lahir akan menentukan tingkat oksigenasi otak,
sehingga pengikatan tali pusat dini dianggap tidak fisiologis dan bisa
merugikan bayi.
24Pada penelitian ini kami berusaha untuk menghindari bias dengan cara
mengeksklusikan ibu diabetes mellitus (suatu penelitian mendapatkan ibu
yang menderita diabetes mellitus memiliki volume darah yang tersisa di
plasenta lebih besar),
28preeklamsia, eklamsia, hipertensi, mendapat
diazepam atau oksitosin untuk induksi persalinan karena kondisi tersebut
diatas dapat mempengaruhi transfusi plasenta yang terjadi,
28sehingga
pertambahan volume darah yang terjadi bukanlah semata-mata disebabkan
oleh penundaan pengikatan tali pusat. Demikian pula halnya bayi dengan
kelainan kongenital mayor dieksklusikan karena pertimbangan etis. Trauma
lahir seperti hematoma sefal, perdarahan subaponeurosis, caput
succedaneum, bruishing juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin karena
adanya extravasated blood.
18,23Bayi dengan ikterus yang muncul dalam 24
jam pertama dieksklusikan karena kemungkinan besar ikterus yang terjadi
adalah suatu ikterus patologis,
18,23sehingga dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Penelitian ini mengambil sampel bayi cukup bulan, partus spontan dan
kehamilan tunggal. Bayi kurang bulan (prematur) seringkali mengalami asupan
enteral yang kurang, keluarnya mekonium lebih lambat, dan sirkulasi enterohepatik
dapat mempengaruhi kadar bilirubin. Plasenta previa, kehamilan kembar, sectio
caessaria (SC) dapat menurunkan transfusi plasenta yang terjadi,28 dan transfusi plasenta yang lebih berarti terjadi pada persalinan pervaginam.26 Pada kehamilan kembar dapat terjadi twin to twin transfusion sehingga dapat mempengaruhi
transfusi plasenta yang terjadi.23
Semua bayi dalam penelitian ini diperlakukan sama kecuali dalam hal
pemberian diet. Ada tiga variasi diet yaitu bayi yang hanya mendapat ASI, campuran
ASI dan PASI dan yang hanya mendapatkan PASI, hal ini dikarenakan belum ada
atau jumlah ASI yang ada belum mencukupi kebutuhan bayi. Namun pada penelitian
ini perbedaan persentase variasi diet pada kedua kelompok dapat diabaikan.
Vitamin K1 sebanyak 1 mg disuntikkan secara intramuskular pada hari pertama
kelahiran yang bertujuan untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap kadar bilirubin
dibandingkan jika digunakan vitamin K3 karena dapat mencetuskan hemolisis.21
Pembuluh darah plasenta mengandung sepertiga volume darah fetus,
dimana setengahnya akan kembali kepada bayi dalam waktu 1 menit setelah lahir.
Volume darah yang kembali kepada bayi tergantung pada waktu pengikatan tali
pusat sebagai berikut :30
Penundaan pengikatan tali pusat 15 detik : 75-78 ml/kg Penundaan pengikatan tali pusat 60 detik : 80-87 ml/kg Penundaan pengikatan tali pusat 120 detik : 83-93 ml/kg
Pengikatan tali pusat tertunda memberikan waktu lebih banyak untuk transfer
darah dari plasenta kepada bayi. Transfusi plasenta ini akan menambah volume
waktu pengikatan tali pusat dan posisi bayi sebelum tali pusat diikat (lebih tinggi atau
lebih rendah dari perut ibu).12,22,27,28 Posisi bayi yang lebih tinggi dari ibu (diatas perut ibu) sebelum tali pusat diikat akan menyebabkan aliran balik darah dari bayi menuju
plasenta. Stripping atau milking tali pusat sebelum pengikatan akan menambah
volume darah bayi hingga 20%.34 Pada penelitian ini setelah bayi dilahirkan bayi diletakkan diatas perut ibu sesuai dengan panduan manajemen aktif kala tiga
persalinan.9 Aliran balik darah dari bayi menuju plasenta dapat dihindari karena ibu disuntikkan metil ergometrin sehingga uterus berkontraksi dengan baik. Stripping
dan milking tali pusat tidak dilakukan karena hal ini tidak dianjurkan dan akan
mempengaruhi volume darah bayi.
Adapun nilai normal hematologis dan bilirubin untuk darah bayi usia
1 sampai 3 hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Nilai normal hematologis dan bilirubin bayi.14
Parameter Nilai normal Hb (g%) 14.5 – 22.5 Ht (%) 48 - 75 Eritrosit (x 106/mm3) 4.0 – 6.6 Bilirubin total (mg/dl) 0-1 hari < 6 1-2 hari < 8
Sementara rerata kadar hemoglobin dan hematokrit tali pusat yaitu 15.3 ± 1.3 g%
kehamilan >34 minggu adalah 14 – 20 g%, dengan rerata 17 gr%. Pada bayi cukup
bulan yang sehat kadar hemoglobin tidak berubah bermakna sampai dengan usia 3
minggu pertama kehidupan, kemudian akan turun mencapai titik nadir 11 gr% pada
usia 8 sampai 12 minggu.27
Pengikatan tali pusat dini disebutkan dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada bayi.
5,6,35Dari satu penelitian yang dilakukan di India,
didapatkan penurunan yang bermakna kadar Hb dan feritin bayi saat berusia
3 bulan dari kelompok bayi yang tali pusatnya diikat segera setelah lahir
dengan ibu yang tanpa anemia.
36Penelitian di Guatemala mendapatkan nilai
Hb dan Ht yang lebih tinggi secara signifikan pada bayi dengan pengikatan
tali pusat tertunda.
37Penelitian ini mendapatkan rerata kadar hemoglobin 18.37 gr% pada bayi
yang dilakukan pengikatan tali pusat tertunda, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kadar hemoglobin 16.23 gr% pada pengikatan tali pusat dini (P= 0.0001) dan rerata
kadar hematokrit 53.47% pada bayi dengan pengikatan tali pusat tertunda, lebih
tinggi dibandingkan kadar hematokrit 47.80% pada pengikatan tali pusat dini
(P=0.0001). Sementara kadar hemoglobin dan hematokrit ibu sebelum persalinan
tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada kedua kelompok.
Penelitian di Semarang mendapatkan hasil yang hampir sama dengan
penelitian ini yaitu rerata kadar Hb16.30 gr% dan Ht 47.08% pada pengikatan tali
pusat dini, 17.34 gr% dan Ht 51.34% pada pengikatan tali pusat tertunda. Namun
Peningkatan pemecahan sel darah merah pada bayi dengan kadar
hematokrit yang tinggi memegang peranan dalam meningkatnya bilirubin yang harus
diekskresikan. Rerata kadar bilirubin pada bayi aterm dan preterm akan meningkat
secara bermakna jika dilakukan pengikatan tali pusat tertunda, hal ini diperkirakan
karena peningkatan volume sel darah bayi.12
Suatu penelitian melaporkan lima kasus berdasarkan hasil laboratorium,
dimana satu kasus menunjukkan ikterus yang nyata jika dilakukan pengikatan tali
pusat tertunda, tetapi pada penelitian tersebut tali pusat diikat setelah plasenta
terlepas. Pada empat kasus lainnya tali pusat diikat 3 sampai 5 menit setelah
persalinan dan hanya terjadi sedikit peningkatan kadar bilirubin.28 Dari penelitian ini didapatkan kadar bilirubin 4.76 mg/dl pada bayi yang dilakukan pengikatan tali pusat
tertunda, lebih tinggi dibandingkan dengan kadar bilirubin 4.07 mg/dl pada bayi
dengan pengikatan tali pusat dini, namun peningkatan ini tidak bermakna secara
statistik (P=0.064). Hasil ini sesuai dengan kesimpulan suatu meta-analisis yaitu
tidak ada perbedaan bermakna kadar bilirubin serum dalam 24 dan 72 jam pertama
kehidupan pada pengikatan tali pusat dini dan tertunda.5 Pada penelitian ini kami tidak melakukan pengukuran kadar bilirubin 72 jam pertama kehidupan karena
kejadian hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan dapat diprediksikan dengan
menggunakan kadar bilirubin pada jam ke 24 sampai jam ke 48.17
Penelitian di Meksiko pada bayi yang lahir cukup bulan, berdasarkan
pengamatan klinis ditemukan jumlah bayi kuning pada kelompok pengikatan
tertunda lebih banyak (17%) dibandingkan dengan pengikatan dini (14%).39 Namun pada suatu penelitian di Libya dijumpai hal yang berbeda dimana bayi kuning lebih
Hasil analisis data dari 8 penelitian tidak menunjukkan adanya peningkatan
risiko terjadinya neonatal jaundice dalam 24 sampai 48 jam pertama kehidupan yang
berhubungan dengan penundaan pengikatan tali pusat, demikian pula halnya
dengan jaundice yang terjadi pada hari 3 sampai 14. Demikian pula 3 penelitian
tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada jumlah bayi dengan kadar bilirubin
>15 mg/dl yang memerlukan fototerapi.5
Penelitian terhadap 37 bayi kurang bulan di Belanda mendapatkan tidak
adanya hubungan antara penundaan pengikatan tali pusat dengan terjadinya
polisitemia ataupun jaundice patologis.41 Dari 7 penelitian (meta-analisis) pada bayi preterm mendapatkan konsentrasi puncak bilirubin lebih tinggi pada bayi yang
dilakukan pengikatan tali pusat tertunda dibanding pengikatan tali pusat dini, namun
hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi hanya didapati pada satu penelitian dan
jumlahnya sangat kecil.35
Suatu ulasan terhadap 5 penelitian menyimpulkan bayi yang tali pusatnya
diikat segera setelah lahir lebih sedikit memerlukan fototerapi dibanding yang
dilakukan pengikatan tali pusat tertunda.24 Penelitian lain tidak mendapatkan perbedaan bermakna jaundice yang terlihat secara klinis pada bayi yang tali
pusatnya diikat segera setelah lahir dan tertunda.42
Ikterus terlihat secara klinis pada kadar bilirubin serum total 80-90 mmol/L,
dan umumnya terlihat pada sebagian besar bayi pada minggu pertama kehidupan.
Keputusan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan pada bayi
ikterus setelah hari kedua, karena pada umumnya ikterus yang terjadi adalah
fisiologis.23
Penilaian ikterus dengan menggunakan metode Kramer dapat dilakukan
untuk menilai secara kasar kadar bilirubin pada bayi. Ikterus yang terbatas pada
kepala dan leher memiliki rerata kadar bilirubin 100 mmol/L (70-130 mmol/L). Jika
ikterus sudah mencapai bagian atas siku dan lutut rerata kadar bilirubin 250 mmol/L
(190-310 mmol/L) dan jika sudah mencapai tangan dan kaki diperkirakan kadar
bilirubin > 310 mmol/L, dan hal ini harus segera di antisipasi.23
Pada penelitian ini kami juga melakukan penilaian jaundice secara klinis
dengan metode Kramer saat bayi akan dipulangkan (usia > 48 jam). Pada kelompok
I terdapat 16 bayi (50%) dengan Kramer I sedangkan pada kelompok II sebanyak 23
bayi (74%) dengan Kramer I dan 1 bayi (3%) dengan Kramer II. Namun hal ini tidak
bermakna secara klinis karena masih merupakan suatu ikterus yang fisiologis dan
tidak memerlukan terapi.
Penilaian terhadap total bilirubin serum direkomendasikan pada semua bayi
dengan ikterus pada 4 hari pertama kehidupan, dan pada bayi yang mempunyai
risiko ikterus namun tidak menunjukkan tanda-tanda klinis.21,43,44 Sebelum bayi dipulangkan, harus dilakukan penilaian pendekatan sistimatik mengenai risiko
terjadinya ikterus dan tindak lanjut bila terjadi hiperbilirubinemia. Untuk melihat risiko
terjadinya hiperbilirubinemia, kadar bilirubin bayi pada penelitian ini di plot pada
normogram dari American Academy of Pediatrics (AAP).44 Berdasarkan diagram tersebut 62 bayi pada kedua kelompok berada pada low risk zone dan 1 bayi pada
Suatu pendekatan liberal untuk melakukan pengikatan tali pusat tertunda
pada bayi sehat harus lebih diperhatikan, terutama dengan adanya bukti manfaat
jangka panjang dari penundaan pengikatan tali pusat sejauh akses ke tempat
pengobatan jaundice berat mudah dijangkau.6
Peneliti menyadari bahwa studi ini masih belum sempurna dan masih banyak
dijumpai kelemahan, diantaranya yaitu jumlah sampel yang sedikit oleh karena
sampel merupakan bayi sehat yang banyak orang tua keberatan darah bayinya
diambil, keterbatasan dana, keterampilan dalam pengambilan darah sampel, serta
faktor-faktor lain yang tidak dilakukan penilaian dan dapat menimbulkan bias dan
mempengaruhi hasil penelitian, seperti status gizi ibu, kadar besi ibu, jumlah asupan
kalori bagi bayi, waktu rawat inap yang relatif singkat yaitu berkisar 2 sampai 3 hari
sehingga waktu untuk pengamatan bayi relatif singkat, namun sebelum bayi
dipulangkan dilakukan penilaian ikterus secara klinis dengan metode Kramer, kadar
bilirubin di plot kedalam grafik dari AAP sehingga kemungkinan terjadinya ikterus
yang patologis dapat dideteksi secara dini. Keluarga diberikan edukasi mengenai
tanda-tanda yang mengharuskan keluarga membawa kembali bayinya ke rumah
sakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan suatu studi acak