• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat ke

4.5 Perkembangan Nilai Karakter .1 Hasil Analisis Karakter .1 Hasil Analisis Karakter

4.5.2 Pembahasan Pengembangan Nilai Karakter Siswa

Berdasarkan hasil analisis perkembangan karakter secara keseluruhan, terlihat bahwa nilai karakter meningkat dari sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Ada empat aspek karakter yang dikembangkan pada penelitian ini, yaitu jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif.

4.5.2.1.Jujur

Perkembangan karakter jujur diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) tidak melihat jawaban LKS kelompok lain, (2) mencatat data pengamatan sesuai hasil percobaan, dan (3) mengemukakan pendapat sesuai keyakinan diri. Hasil

76.43 76.95 73.14 80.39 76.98 78.52 80.47 75.39 81.95 79.22 68 70 72 74 76 78 80 82 84 Sk o r Sebelum Pembelajaran Setelah Pembelajaran

analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter jujur sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Sedangkan hasil observasi menunjukkan bahwa karakter jujur berada dalam kriteria membudaya, sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter jujur siswa. 4.5.2.2 Disiplin

Perkembangan karakter disiplin diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) datang tepat waktu ketika pembelajaran dilaksanakan, (2) mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan (3) mengambil ataupun mengembalikan alat-alat yang digunakan saat percobaan secara tertib. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter disiplin sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter disiplin termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter disiplin masih dalam kriteria mulai berkembang, tetapi memiliki persentase yang lebih besar. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter disiplin siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya

perubahan karakter disiplin siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah memperlihatkan kedatangan tepat waktu saat pembelajaran dilaksanakan, mentaati prosedur atau petunjuk pembelajaran yang ada di LKS, dan mengambil ataupun mengembalikan peralatan yang digunakan saat percobaan secara tertib, sehingga pada akhir pembelajaran siswa sudah mulai sadar dan terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini sesuai dengan Bear & Duquette (2008) bahwa kedisiplinan merupakan tanggung jawab moral yang tercipta dari kesadaran dan kemauannya sendiri bukan semata-mata karena takut hukuman atau untuk mendapatkan penghargaan eksternal. 4.5.2.3 Rasa ingin tahu

Perkembangan karakter rasa ingin tahu diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, (2) mengamati fenomena yang ada untuk mengetahui konsep, dan (3) membaca dan mencari informasi dari buku, internet ataupun sumber belajar lainnya. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter rasa ingin tahu sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik meskipun masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Artinya, sejak awal siswa sudah memperlihatkan rasa ingin tahunya yaitu bertanya kepada guru ataupun teman lain mengenai materi yang sedang dipelajari, mengamati fenomena yang ada, dan mencari informasi dari buku maupun internet. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai

berkembang. Hasil analisis angket dan observasi tersebut menunjukkan bahwa LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amelia et al. (2013) yang menunjukkan penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Selain itu, Khoirunnisa (2013) menyatakan bahwa adanya perubahan karakter rasa ingin tahu siswa setelah menggunakan model LKS berbasis inkuiri untuk mengembangkan karakter yaitu dalam kategori membudaya.

4.5.2.4 Komunikatif

Perkembangan karakter komunikatif diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu (1) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok, (2) memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas, dan (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hasil analisis data angket karakter menunjukkan bahwa terdapat peningkatan karakter komunikatif sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS fisika terintegrasi karakter berpendekatan saintifik. Sebelum pembelajaran, karakter komunikatif termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Setelah pembelajaran, karakter komunikatif sudah membudaya. Analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter komunikatif siswa. Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS mata pelajaran fisika terintegrasi karakter efektif digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter komunikatif siswa. Ini berarti bahwa sejak awal siswa sudah terbiasa memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok dan kelas serta

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sewell & College (2003) bahwa penanaman karakter dapat diintegrasikan pada pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di lingkungan sekolah.

LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan karakter siswa. Berdasarkan analisis data, terdapat peningkatan skor rata-rata karakter siswa setelah menggunakan LKS berpendekatan saintifik terintegrasi karakter. Hal ini berarti bahwa produk LKS terbukti efektif mengembangkan karakter siswa. Menurut Kemendiknas (2010: 24), perilaku yang dikembangkan dalam indikator budaya dan karakter bersifat progresif. Artinya, perilaku tersebut tidak langsung berubah sesuai yang diharapkan namun berkembang seiring berjalannya waktu dan semakin kompleks antara satu jenjang kelas ke jenjang kelas di atasnya. Oleh karena itu, perlu adanya intergrasi pendidikan karakter secara berkelanjutan untuk materi selanjutnya dan mata pelajaran lainnya.

Pendidikan karakter yang diterapkan secara terus-menerus dan berkelanjutan pada proses pembelajaran akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa. Sebagaimana penelitian Benninga et al. (2003) terhadap 681 Sekolah Dasar di California bahwa sekolah dengan tingkat penerapaan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan pendidikan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya hasil belajar afektif berupa karakter dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

60

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model LKS yang dihasilkan terdiri dari 26 halaman yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan akhir. Bagian pendahuluan berisi halaman depan, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan beserta indikatornya. Sedangkan bagian isi berisi sub topik berupa pertanyaan-pertanyaan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang disertai gambar untuk memudahkan siswa memvisualisasikan materi serta kegiatan eksperimen yang dituntun menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong siswa menemukan konsep dan berpikir kritis yang dapat mengembangkan karakter. Bagian akhir berisi rangkuman, evaluasi, daftar pustaka, dan lembar observasi karakter. Jenis huruf yang digunakan adalah Cambria (Headings) dengan ukuran 12, 24, 26, dan 48 untuk bagian-bagian pokok seperti judul, nama kelompok dan anggota, kata pengantar, daftar isi, tujuan pembelajaran, karakter yang dikembangkan, serta indikator karakter. Jenis huruf Times

New Rowman ukuran 8 dan 12 digunakan pada kompetensi dasar dan

sub-pokok seperti penulisan pertanyaan konsep dan perintah kerja. Unsur saintifik di dalam LKS dimunculkan melalui penyusunan alur penemuan konsep berupa pertanyaan-pertanyaan yang memancing kemampuan berpikir sehingga siswa dapat mengikuti alur saintifik pada LKS. Siswa diajak untuk mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan. Model LKS berpendekatan saintifik mengintegrasikan pendidikan karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif yang dimunculkan melalui petunjuk kerja dan kegiatan eksperimen.

2. LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kriteria sangat layak digunakan sebagai panduan belajar siswa kelas X MIA SMA.

3. Tingkat keterbacaan LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa.

4. Penerapan model LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan penguasaan materi pada pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya. Peningkatan hasil belajar berada pada kategori sedang.

5. Penggunaan LKS fisika terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik dapat mengembangkan karakter siswa yaitu berada pada kategori mulai berkembang.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru sebaiknya memberikan sosialisasi dan penjelasan terlebih dahulu agar siswa lebih siap menggunakan media tersebut.

2. Pada penelitian ini, karakter siswa belum memperoleh kategori membudaya untuk semua indikator, sehingga disarankan pembelajaran menggunakan model LKS terintegrasi karakter dengan pendekatan saintifik perlu diterapkan dalam jangka waktu panjang.

63

Amelia, O. T., Yurnetti, & Asrizal. 2013. Pembuatan LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X Semester 2. Pillar of Physics Education, Vol. 2, 89-96.

Arafah, S. F., B. Priyono, & S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Animalia. Unnes Journal of Biology

Education, 1(1): 75-81.

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asyhari, D., Syakbaniah, & A. Hasra. 2013. Pengaruh LKS dalam

Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA N 2 Pariaman. Pillar of Physics

Education, Vol. 2: 65-72.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (18th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bear, G. G. & J.F. Duquette. 2008. Fostering Self-Discipline, a Primary Goal of Education, Helps Students Exhibit Good Behavior In and Out of School. Online. Tersedia di http://www.nasponline.org/resources/principals/ [diakses 11-7-2014].

Benninga, J. S., M. W. Berkowitz, P. Kuehn, & K. Smith. 2003. The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in

Character Education, 1(1): 19-32.

Celikler, D. 2010. The Effect of Worksheets Developed for the Subject of Chemical Compounds on Student Achievement and Permanent Learning. The International Journal of Research in Teacher

Education, 1(1): 42-51. Tersedia di http://ijrte.eab.org.tr/ [diakses

16-6-2014].

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan

Enggayanti, D. L. 2013. Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terintegrasi

Pendidikan Karakter pada Materi Kalor untuk Siswa Kelas VII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri

Semarang.

Fauziah, R., A. G. Abdullah, & D. L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.

INVOTEC, 9(2): 165-179. Tersedia di jurnal.upi.edu [diakses

12-2-2014].

Fitriyati, E. S. Kurniawan, & N. Ngazizah. 2013. Pengembangan LKS Fisika SMA Kelas X Semester II dengan Website Online Berbasis

Contextual Teaching Learning. Jurnal Radiasi, 3(1): 7-11.

Giancoli, D. C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Isnaini, M., P. Marwoto, & A. Yulianto. 2012. Pengembangan LKS Fisika Model Inferensi Logika Berpikir Hypothetical-Deductive Siswa SMP. Journal of Innovative Science Education, 1(2): 98-104. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise [diakses 1-2-2014].

Johnstone, A. H. & A. Al-Shuaili. 2001. Learning in the Laboratory; Some Thoughts from the Literature. The Royal Society of Chemistry, Vol. 5: 42-51.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Diklat Guru Dalam

Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Khoirunnisa, L. 2013. Model LKS Berbasis Inkuiri untuk Mengembangkan

Karakter Siswa Kelas VIII SMP RSBI. Skripsi. Semarang: FMIPA

Universitas Negeri Semarang.

Khusniati, M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran IPA.

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2): 204-210. Tersedia di

Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik. 2013. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran IPA guna Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics Education Journal, 2(2): 41-48.

NSTA. 2004. Position Statement on Scientific Inquiry. Online. Tersedia di www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx/ [diakses 17-6-2014]. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tersedia di http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].

Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi.

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA.

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Rama, K. T. 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.

Samani, M. & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sewell, D. T. & A. B. College. 2003. Teachers’ Attitudes Toward Character Education and Inclusion in Family and Consumer Sciences Education Curriculum. Journal of Family and Consumer

Sciences Education. 21(1): 11-17.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarwanta, A. 2012. Mengkondisikan Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Nuansa Kependidikan, 16(1): 75-83.

Sunyono. 2008. Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I. Proceeding of The 2nd International Seminar of Science Education. Bandung: UPI.

Suryadi, A. 2007. Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos. Jurnal Sosioteknologi, 10(6): 196-200.

Suyanti. 2012. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Media Pembelajaran LKS terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPS. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Geografi, Hlm. 97-106.

Taslidere, E. 2013. The Effect of Concept Cartoon Worksheets on Students’ Conceptual Understandings of Geometrical Optics.

Education and Science, 38(167): 144-161.

Tipler, P. A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia di http://www.paudni.kemdikbud.go.id [diakses 22-5-2013].

Widodo, T. 1995. Modifikasi Tes Rumpang untuk Bahan Ajar MIPA. Semarang: Lembar Penelitian UNNES.

Wieman, C. 2007. Why Not Try a Scientific Approach to Science Education?. Change, September/Oktober. Hlm. 9-15.

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi

Laboratorium. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Yildirim, N., S. Kurt, & A. Ayas. 2011. The Effect of the Worksheets on Students’ Achievement in Chemical Equilibrium. Journal of

Turkish Science Education, 8(3): 44-58. Tersedia di http://www.tused.org/ [diakses 5-8-2013].

Zion, M. & I. Sadeh. 2007. Curiosity and Open Inquiry Learning. Journal

of Biological Education, 41(4): 162-168. Tersedia di http://www.iob.org// [diakses 10-7-2014].

Lampiran 2

RUBRIK INSTRUMEN VALIDASI “LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Dokumen terkait