• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PEMBAHASAN

Analisis spermatozoa terutama pada evaluasi morfologi dengan menggunakan ketiga metode pewarnaan yang berbeda ternyata menghasilkan ukuran panjang dan lebar yang berbeda (p<0,05) namun perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok. Seperti kita ketahui menurut kriteria Kruger panjang kepala spermatozoa normal adalah 4-5 µm dan lebar 2,5-3,5 µm. (Kruger et al., 1987).

Pada uji beda pada penelitian ini didapati ukuran panjang maupun lebar kepala spermatozoa yang berbeda pada ketiga metode pewarnaan seperti pada tabel 5.2, 5.2.1, 5.2.2, dan diagram 5.1 juga 5.2 dijelaskan bahwa metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet memiliki panjang yang mendekati ukuran metode pewarnaan Papanicolaou, metode pewarnaan Papanicolaou memiliki hasil ukuran panjang dan lebar yang paling kecil diantara metode pewarnaan lainnya, hal ini mungkin disebabkan oleh teknik fiksasi yang bertingkat dimana tidak dimiliki oleh metode pewarnaan lainnya. Sedangkan pada metode pewarnaan Diff-Quik memiliki ukuran panjang dan lebar yang lebih besar daripada kedua metode pewarnaan lainnya seperti pada tabel 5.2, 5.2.1, 5.2.2, dan diagram 5.1 juga 5.2. Ternyata hal

ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya ( James and Collegues 1996 ). Mungkin

disebabkan karena metode pewarnaan Diff-Quik memiliki teknik pewarnaan yang sederhana dan tidak melalui mekanisme fiksasi bertingkat, pada komposisi Diff-Quik didapati bahwa pewarna utama langsung dicampur dengan buffer juga tidak ada proses yang melewati buffer sebagai proses tunggal seperti metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet sehingga proses decolourisasi tidak berjalan dengan sempurna, lain halnya dengan kedua metode pewarnaan yang lain. Artinya dengan ukuran kepala yang pada umumnya lebih besar menjadikan Diff-

sehingga apabila kita menggunakan metode pewarnaan Diff-Quik akan banyak menemui ukuran kepala yang besar atau disebut makro. Pada metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet bentuk kepala normal tampak sesuai dengan kriteria kruger yang disebabkan karena mekanisme pewarnaan melalui tahapan fiksasi yang cukup adekuat. Sehingga pada saat melakukan pemeriksaan morfologi spermatozoa akan didapati ukuran yang semestinya. (WHO, 1999).

Pada uji beda bentuk kepala spermatozoa didapati hasil bahwa ada beda pada

bentukan amorph, dimana ketiga metode pewarnaan berbeda, pada bentukan ini didapati

bentuk kepala yang tidak normal namun masih bisa untuk ditembus zat pewarna. Pada metode pewarna Safranin-Kristal Violet terdapat pewarna Kristal Violet yang memiliki sifat dapat mewarnai semua jaringan yang sifatnya gram positif, pada kepala spermatozoa memiliki sifat serupa gram positif sehingga memungkinkan untuk menembus kanal ion jaringan walaupun bentuk anatomisnya abnormal, sehingga metode pewarna Safranin-Kristal

violet bisa mewarnai bentukan amorph dengan sempurna. Seperti ditunjukkan pada tabel

5.4.1 dan diagram 5.6. Ini berarti pada metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet dapat

menganalisis bentukan amorph secara tepat sehingga memilki dampak klinis pada

penghitungan persentase amorph yang lebih tinggi diantara kedua pewarnaan lainnya.

berbeda pula pada metode pewarnaan Diff-Quik yang tidak memiliki sifat gram positif pada kepala spermatozoa, sehingga mungkin zat pewarna akan lebih sulit untuk menmasuki pori jaringan, tampak bahwa Diff-Quik kurang mampu menganalisis bentukan ini. (Khausik, 2006).

Pada bentukan vakuola terdapat perbedaan pada ketiga metode dimana metode pewarnaan Papanicolaou lebih bagus dalam menganalisis bentukan vakuola seperti tampak pada tabel 5.4.1, 5.4.2, 5.4.3 dan diagram 5.7, 5.8, 5.9. Begitu pula pada bentukan akrosom seperti pada diagram 5.10, 5.11, 5.12, dan 5.13 serta pada tabel 5.4.5 dan 5.4.6 metode

pewarnaan Diff-Quik tampak kurang dapat menganalisis dengan baik, berbeda dengan metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet dan metode pewarnaan Papanicolaou. Hal ini

mungkin disebabkan walaupun didadapati Fast Green dan Thiazine pada Diff-Quik yang

dimana bagus untuk mewarnai nukleus namun pewarna utama tersebut tidak dipisahkan dengan buffernya, sehingga kurang dapat menganalisis vakuola dan akrosom. Itu artinya untuk menganalisis vakuola dan akrosom lebih bagus menggunakan metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet dan metode pewarnaan Papanicolaou. Dampak klinis pada analisis vakuola dan akrosom dengan menggunakan metode pewarnaan Papanicolaou maupun Safranin-Kristal violet akan memberikan persentase jumlah bentukan vakuola dan akrosom lebih akurat daripada metode Diff-Quik. Sedangkan pada metode pewarnann Safranin-Kristal Violet akan memberikan hasil yang sama dengan metode pewarnaan Papanicolaou.

Pada uji beda bentuk mid piece, ketiga metode rata-rata tidak didapati perbedaan

kecuali pada bentukan thick. Seperti pada diagram 5.17 dan tabel 5.6.1. Pada metode

pewarnaan Safranin-Kristal Violet dapat menembus kanal ion sitoplasma pada leher spermatozoa yang tebal, dikarenakan zat warna Safranin yang selektif dalam mewarnai sitoplasma dengan bantuan buffer fosfat untuk menyeimbangkan kadar keasaman pada sitoplasma leher spermatozoa selain fungsi utamanya untuk membuat ikatan ion makin kuat.

Pada bentukan thick mungkin unsur ion penyusun tidak sebagus bentukan normal karena

terjadi penebalan, struktur membran sitoplasma juga tidak sempurna seperti pada yang normal, sehingga tidak bisa mengikat ion dengan sempurna, sehingga kedua pewarna lainnya kurang baik dalam mewarnai leher spermatozoa yang tebal ini. Itu artinya pada metode

pewarnaan Safranin-Kristal Violet lebih baik dalam menganalisis bentukan thick secara

tepat, sehingga memilki dampak klinis pada penghitungan thick yang berbeda dari kedua

Pada uji beda bentuk ERC didapati hasil bahwa metode pewarnaan Papanicolaou

lebih bagus didalam mewarnai ERC dengan rata-rata dan simpangan baku seperti pada

diagram 5.32, 5.33, 5.34 dan tabel 5.10.1, 5.10.2, 5.10.3 dan metode pewarnaan Safranin- Kristal violet dengan rata-rata dan simpangan baku yang mendekati metode pewarnaan

Papanicolaou. Metode pewarnaan Diff-Quik tampak kurang bagus dalam menganalisis ERC

.Hal ini dikarenakan pada metode Diff-Quik kurang selektif dalam mewarnai sitoplasma yang banyak mengandung hidroksida, sedangkan pada metode pewarnaan Papanicolaou mewarnai

sitoplasma menggunakan eosin yang telah dikombinasi dengan bahan pospotungsic acid.

(Papanicolaou, 1986). Dan juga haematin yang peka terhadap reaksi oksidasi. Begitu pula dengan metode pewarnaan Safranin-Kristal Violet dimana pewarna Safranin memang digunakan khusus untuk mewarnai sitoplasma yang dibantu oleh buffer fosfat dengan pH 6,8 yang menjadikannya mudah terionisasi. Artinya metode pewarnaan Diff-Quik tidak dapat

meanganalisis ERC dengan sempurna sehingga secara klinis tidak bisa menentukan

Dokumen terkait