• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel penelitian berjumlah 46 foto yang terdiri dari 23 foto laki-laki dan 23 foto perempuan. Sampel diambil dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara berusia 18-25 tahun yang masih aktif mengikuti pendidikan, yaitu berupa foto lateral subjek masa gigi permanen dewasa muda yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Profil lateral wajah subjek laki-laki ras Deutro-Melayu pada masa gigi permanen dewasa muda di Universitas Sumatera Utara adalah cembung/convex adalah 100%. (Tabel 1) Sedangkan distribusi frekuensi profil wajah berdasarkan jenis kelamin adalah adalah lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%). Sedangkan pada subjek perempuan ras Deutro-Melayu adalah lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%).

TABEL 1. DISTRIBUSI FREKUENSI PROFIL LATERAL WAJAH PADA FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA USIA 18-25 TAHUN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

No. Profil Wajah Frekuensi %

1. 2. 3. Lurus / straight Cembung / convex Cekung / concave 0 46 0 0,0 100,0 0,0 Total 46 100,0

TABEL 2. DISTRIBUSI FREKUENSI PROFIL WAJAH PADA FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA USIA 18-25 TAHUN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

Profil Wajah Laki-laki (n=23) Perempuan (n=23) Jumlah (n=46) Persentase (%) Lurus / straight Cembung /convex Cekung / concave 0 23 0 0 23 0 0 46 0 0,0 100,0 0

Penentuan profil lateral wajah dilakukan dengan mengambil hasil yang dominan dari pengukuran tersebut. Hasil pengukuran profil lateral wajah antara laki-laki dan perempuan bila menunjukkan hasil yang bervariasi akan dilakukan pengujian data dengan uji Chi-square test tetapi karena hasil pengukuran tidak menunjukkan adanya perbedaan maka dilakukan pengujian dengan uji Crosstabs. Nilai dari analisis uji Crosstabs dapat dilihat pada Tabel 3.

TABEL 3. RERATA PROFIL LATERAL WAJAH DENGAN UJI CROSSTABS PADA FOTO MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

23 23 50,0% 50,0% 23 23 50,0% 50,0% 46 46 100,0% 100,0% Count % of Total Count % of Total Count % of Total Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin Total Cembung Profil Wajah Total

BAB 5

PEMBAHASAN

Penentuan profil lateral wajah merupakan bagian dari diagnosis ortodonti yang memiliki peranan cukup penting. Menurut Holdaway (1983) analisis jaringan lunak secara langsung adalah lebih baik bila dibandingkan dengan analisis sefalometri yang menggunakan sudut fasial skeletal. Hal ini disebabkan karena adanya variasi ketebalan jaringan lunak yang diperkuat dengan adanya pengamatan pada sefalometri 2 individu yang sama-sama memiliki oklusi klas I namun memiliki ketebalan dagu yang berbeda yaitu 12 mm dan 23 mm. Jika dilihat dari pengukuran jaringan keras menghasilkan nilai yang kurang lebih sama namun jika dilihat dari profilnya secara langsung memiliki nilai yang sangat berbeda.

Pada penelitian ini penentuan profil lateral wajah ditentukan berdasarkan dengan foto ekstra oral yang diambil dari arah lateral dan menggunakan keadaan natural head position (NHP) dibandingkan bidang Frankfurt Horizontal sebagai patokan dalam orientasi kepala. Hal ini dikarenakan keadaan NHP merupakan posisi alamiah dari kepala pasien dan menghasilkan posisi yang mudah dipertahankan. Sedangkan bidang Frankfurt Horizontal menghasilkan posisi kepala dalam keadaan tidak alamiah dan sulit untuk dipertahankan posisinya.

26

22,23

Pengukuran foto ekstra oral dari arah lateral dilakukan dengan menggunakan analisis dari Rakosi (1982) yang menggunakan titik anatomis gabella, labialis superior/lip contour atas, dan pogonion.

melihat hasil yang dominan dari pengukuran yang dilakukan sebanyak tiga kali. Dari semua hasil pengukuran yang dilakukan terlihat profil lateral wajah subjek penelitian adalah cembung/convex (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan penelitian Soehardono (1980) yang menyatakan bahwa profil wajah cenderung cembung pada orang jawa disebabkan hidung yang tidak terlalu mancung dan dagu tidak terlalu menonjol.27 TjutRostina (2007) dalam penelitiannya terhadap sefalometri 196 orang mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu usia 20-25 tahun memperoleh rerata sudut-H sebesar 16,55º yang berarti subjek tersebut memiliki profil wajah cembung.

Setiap ras memiliki variasi wajah yang berbeda sehingga menghasilkan profil wajah yang berbeda. Bentuk dan ukuran wajah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, dan ras.

28

Pada penentuan usia, subjek penelitian diseleksi berdasarkan usia subjek pada periode yang sama yaitu pada periode usia 18-25 tahun. Pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara keseluruhan termasuk kraniofasial sudah berhenti pada laki-laki maupun perempuan.

1,2,10,11,18

Usia 18-25 tahun tergolong fase oklusi dewasa muda dimana gigi belum mengalami atrisi sebagai akibat pengunyahan dalam waktu lama sehingga pada usia ini belum terjadi perubahan-perubahan pada sendi temporomandibularis yang dapat menyebabkan perubahan pada oklusi. Oleh karena itu peneliti memakai subjek usia 18-25 tahun.

Aynur dan Ümit (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada hasil analisis sefalometri ras Kaukasoid subjek yang berusia 9-12 pada laki-laki memiliki nilai konveksitas skeletal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan dan akan berubah menjadi semakin datar seiring dengan bertambahnya usia.

13,29,30

(1988) dalam penelitiannya terhadap anak-anak usia 6-18 tahun menyatakan norma ukuran sefalometri suatu kelompok etnik dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin tetapi dalam penelitiannya tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara hasil yang diperoleh antar jenis kelamin sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua parameter sefalometri dipengaruhi oleh jenis kelamin.32 Mammandras (1988) dalam penelitiannya yang memakai parameter sefalometri menemukan bahwa perkembangan bibir atas pada wanita akan mencapai ketebalan maksimumnya pada usia 14 tahun dan akan bertahan sampai usia 30 tahun yang kemudian akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada laki-laki ketebalan bibir maksimumnya akan dicapai pada usia 16 tahun dan bertahan sampai 33 tahun dan kemudian akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.33

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 sampel foto subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU secara keseluruhan memiliki profil wajah cembung /convex. Dengan demikian subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu, baik laki-laki maupun perempuan memiliki profil lateral wajah yang sama yaitu cembung/convex. Hal ini sejalan dengan penelitian Heryumani (2006) yang menyatakan bahwa profil wajah laki-laki dan perempuan Jawa dewasa usia 22-27 tahun berdasarkan proporsi hidung bibir dan dagu tidak menunjukkan adanya perbedaan yaitu cembung.

Oleh karena itu dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah usia 18-25 tahun untuk memperoleh gambaran yang lebih stabil.

Faktor ras berhubungan dengan genetik, kebiasaan dan tingkah laku sehingga dapat mempengaruhi karakteristik suatu kelompok. Hal inilah yang memberikan perbedaan yang dapat dijumpai antara satu kelompok dengan kelompok pada masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia bersifat multietnik.24,25,27 Sarver (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan wajah merupakan gabungan yang kompleks yang tersusun berdasarkan keadaan skeletal, dental, dan jaringan lunak. Faktor genetik dan lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan wajah.34 Umumnya dalam menentukan keserasian dan keseimbangan wajah pada perawatan ortodonti masih menggunakan standar ras Kaukasoid yang merupakan hasil penelitian dari Zylinski (1992) dimana penelitiannya menggunakan sampel orang Prancis berjenis kelamin laki-laki yang ditinjau berdasarkan proporsi wajah orang Prancis.35 Hal tersebut kurang tepat jika ditetapkan pada ras Deutro-Melayu karena kelompok etnik yang berbeda cenderung memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang yang berbeda. Kosoemahardja (1989) menyatakan bahwa profil jaringan lunak kelompok Deutro-Melayu yang tergolong ras Mongoloid lebih protusif daripada ras Kaukasoid.25

Penelitian

Oleh karena itu peneliti mengambil foto sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ada, sehingga ras yang dipakai adalah ras Deutro-Melayu asli (2 keturunan).

pada Mauchamp dan Sassouni (1973) menyatakan bahwa profil wajah pada usia 20-25 tahun ras Kaukasoid perempuan lebih datar dibandingkan laki-laki.31 Penelitian Heryumani (2006) terhadap profil wajah orang Jawa dewasa berpatokan pada analisis sefalometri proporsi hidung, bibir dan dagu menyimpulkan bahwa profil wajah perempuan lebih cembung dibandingkan dengan laki-laki jika

dilihat dari rerata proporsinya. Hal ini disebabkan rerata dimensi kepala perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Keadaan tersebut terjadi akibat adanya pertumbuhan wajah perempuan yang lebih ke anteroposterior yang hampir selesai pada usia pubertas sedangkan pada laki-laki terus bertumbuh pada usia dewasa.27 Heryumani (2007) yang meneliti proporsi sagital wajah laki-laki dan perempuan dewasa suku Jawa menemukan bahwa ukuran kedalaman hidung, jarak bibir keujung nasal sagital dan jarak dagu keujung nasal sagital kelompok laki-laki dan perempuan suku Jawa terlihat cembung.5

Para ahli antropologi juga menyatakan bahwa tiap ras memiliki ciri-ciri yang berbeda.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian peneliti yang menggunakan foto ekstra oral subjek ras Deutro-Melayu.

24,25 Perbedaan tersebut terutama terdapat pada bagian kepala dan wajah. Konsep cantik itu sendiri bersifat subjektif sehingga penilaian individu pada satu ras tidak dapat diterapkan pada ras lain.5,27 Perbedaan ciri-ciri ragawi ras Deutro-Melayu dengan ras kaukasoid antara lain dimana ras Deutro-Melayu umumnya memiliki hidung konkaf, bibir dan dagu yang lebih tebal. Selain itu perbedaan terlihat pada warna mata coklat tua, lipatan mata kadang jelas dan rambut berwarna hitam lurus atau berombak dan warna kulit sawo matang sampai coklat. Berbeda dengan ras Kaukasoid yang umumnya memiliki warna kulit dari putih sampai hitam, hidungnya mancung, matanya besar, rambutnya dari lurus sampai berombak dengan warna pirang, cokelat kemerahmerahan sampai hitam, mata kelabu, biru, atau cokelat tua, bibir tipis dan dagu menonjol.24,25

BAB 6

Dokumen terkait