• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, rata-rata debris, kalkulus, dan OHI-S murid kelas V SD di daerah rural lebih tinggi dibandingkan murid kelas V SD di daerah urban. Rata-rata debris murid kelas V SD di daerah rural 2,36±0,47, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 1,80±0,61. Rata-rata kalkulus pada murid kelas V SD di daerah rural yaitu sebesar 1,40±0,63, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 0,96±0,52. Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural yaitu 3,76±0,89, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 2,76 ±1,01. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, ada perbedaan yang sangat bermakna (p<0,001) antara rata-rata kalkulus, rata-rata debris, dan rata-rata OHI-S murid kelas V SD antara kedua daerah tersebut (Tabel 8). Hasil yang serupa juga dijumpai oleh Fan, et al. rata-rata OHI-S pada anak usia 12 dan 15 tahun tertinggi dijumpai pada daerah rural yaitu sebesar 2,62 dan 2,38, lebih tinggi dibandingkan di daerah sub urban yaitu sebesar 1,95 dan 2,09.3

Berdasarkan penelitian ini, perbedaan status oral higiene tersebut disebabkan perilaku menyikat yang lebih baik pada murid kelas V SD di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Responden di daerah rural sebahagian menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu 41%, sedangkan responden di daerah urban sebahagian besar menyikat gigi dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari saat mandi yaitu 65%. Sebanyak 20% responden di daerah urban sudah mempunyai kebiasaan menyikat gigi

dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan, lebih baik dibandingkan di daerah rural hanya 2%.

Jika dilihat dari keadaan sosial ekonomi yang diketahui, perilaku menyikat gigi dan mulut yang lebih rendah di daerah urban tersebut dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan ibu dari murid di daerah rural yang umumnya adalah tamat SD, lebih rendah dibandingkan di daerah urban yang umumnya adalah tamat SMA. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Orang tua terutama ibu merupakan kunci dalam keluarga, karena berperan penting dalam pendidikan dan perilaku kesehatan keluarga yang sangat mempengaruhi kesehatan dirinya dan seluruh keluarga. Lebih rendahnya pendidikan ibu di daerah rural tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap rendahnya perilaku menyikat gigi dan buruknya status oral higiene di daerah rural mengingat besarnya pengaruh pendidikan terhadap perilaku kesehatan.

Selain mempengaruhi perilaku, latar belakang pendidikan yang lebih rendah tersebut juga mempengaruhi pengajaran menyikat gigi oleh ibu yang diterima murid, persentase murid kelas V SD di daerah rural yang mendapat pengajaran menyikat gigi oleh ibu yaitu sebanyak 59%, lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah urban yaitu sebesar 90%. Lebih rendahnya murid di daerah rural tersebut yang mendapat pengajaran menyikat gigi tersebut tentunya juga mempengaruhi rendahnya perilaku menyikat gigi pada murid di daerah rural dan juga merupakan salah satu factor penyebab perbedaan status oral higiene antara kedua daerah tersebut.

18% (Tabel 7). Hal ini juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan status oral higiene antara murid di daerah rural dan urban tersebut. Zhu, et al. dalam penelitiannya pada anak usia 12 dan 18 tahun di China juga menemukan hal yang sama, 60% anak usia 12 tahun yang tinggal di daerah urban menyatakan pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut, dibandingkan anak yang tinggal di daerah rural hanya 36,8% responden yang pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi. Perilaku menyikat gigi anak dan remaja yang tinggal di daerah urban ternyata memiliki perilaku membersihkan rongga mulut yang lebih teratur dibandingkan anak dan remaja yang tinggal di daerah rural.10

Dalam hal jajan/mengemil, tingkat mengonsumsi permen/cokelat-cokelatan/ gula-gula lebih tinggi di daerah urban dibandingkan di daerah rural, tetapi status oral higiene lebih baik pada responden di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Hal tersebut didukung perilaku menyikat gigi yang lebih baik pada respon di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Sehingga, meskipun tingkat mengonsumsi permen/cokelat-cokelatan/gula-gula lebih tinggi di daerah urban, tetapi karena perilaku menyikat gigi lebih baik pada responden di daerah urban, tentunya kebersihan gigi tetap terjaga. Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh Kosovic, Nilsson, dan Anderson, meskipun tingkat mengonsumsi permen/makanan manis lebih tinggi ditunjukkan pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dibandingkan di daerah rural, frekuensi menyikat gigi yang lebih baik dijumpai pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dibandingkan di daerah rural.

Berdasarkan informasi kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh oleh responden, sebanyak 61% dan 67% dari murid kelas V SD di daerah rural dan urban

menyatakan pernah mendapat pengajaran menyikat gigi oleh dokter gigi/guru. Tingginya persentase murid di daerah rural dan urban yang mendapat pengajaran menyikat gigi oleh guru/dokter gigi disebabkan karena Desa Ujung Rambung yang merupakan salah satu desa yang digunakan sebagai salah satu tempat penelititan di daerah rural merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU. Akan tetapi, meskipun persentase di murid di daerah rural yang mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut dari guru/dokter gigi tinggi, perilaku menyikat giginya masih belum baik. Hal ini mungkin disebabkan disebabkan pengabdian ke masyarakat Desa Ujung Rambung oleh Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara-Pepsodent masih belum lama berjalan dan program yang sedang berjalan pada murid sekolah mungkin baru merupakan penelitian mahasiswa dan pengambilan data awal yang dalam pelaksanaannya sedikit memberikan informasi kesehatan gigi yang bukan merupakan program pendidikan kesehatan gigi yang sebenarnya dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara-Pepsodent. Meskipun sudah diterima, jika informasi kesehatan gigi dan mulut tersebut masih merupakan hal yang baru bagi anak, berdasarkan proses terbentuknya perilaku, maka untuk mengubah kebiasaan/perilaku seseorang dibutuhkan proses dan waktu hingga perilaku tersebut bisa diadopsi oleh anak tersebut. Proses terbentuknya perilaku yang baru pada anak juga sangat dipengaruhi oleh orang sekitar/lingkugan. Untuk itu diperlukan perhatian, dukungan, motivasi, dan peran orang di sekitar anak dalam hal ini adalah ibu khususnya sehingga anak lebih termotivasi dan yakin terhadap informasi yang diberikan.

Dokumen terkait