Hasil Penelitian
Hasil Identifikasi Fitoplankton
Hasil penelitian Fitoplankton yang dilakukan di Danau Toba Desa Tiga Ras diperoleh hasil sebanyak 21 Genus fitoplankton dari 6 Family fitoplankton yang teridentifikasi. Klasifikasi dan Analisis Keanekaragaman Fitoplankton yang teridentifikasi di Danau Toba Desa Tiga Ras dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Fitoplankton yang ditemukan di Danau Toba Desa Tiga Ras
Kelas No Famili No Genus
Fitoplankton Bacillariaphyceae 1 Bacillariaceae 1 Nitzschia 2 Chaetoceraceae 2 Rhizosolenia
3 Cymbellaceae 3 Cymbella 4 Fragillariaceae 4 Asterionella
5 Diatomae 6 Fragillaria
7 Nitzschia 5 Naviculaceae 8 Gyrosigma
9 Navicula 6 Tabellariaceae 10 Tabellaria
7 Surirellaceae 11 Campylodiscus
Bacteria 8 Chroococcales 12 Coelosphaerium
9 Oscillatoriaceae 13 Oscillatoria
10 Nostocaceae 14 Anabaena Chlorophyceae 11 Chlorellaceae 15 Dictyosphaerium
12 Chaetophoraceae 16 Chaetophora
13 Scenesmaceae 17 Scenedesmus
14 Volvocales 18 Oedogonium
Cynaphyceae 15 Oscillatoriceae 19 Oscillatoria
Euglenophyceae 16 Phacaceae 20 Phacus
Ulvophyceae 17 Ulothriceae 21 Ulothrix
Nilai Kelimpahan Fitoplankton di Setiap Stasiun Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data fitoplankton diperoleh nilai kelimpahan pada setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai kelimpahan fitoplankton pada masing-masing stasiun penelitian di Danau Toba Desa Tiga Ras
Fragillaria 109,666 158,666 172,666 177,333
Nitzschia 123,666 252 9,333 203
Gyrosigma 114,333 210 116,666 196
Navicula 95,666 198,333 149,333 210
Tabellaria 7 0 9,333 114,333
Campylodiscus 91 184,333 123,666 156,333
B Bacteria
Coelosphaerium 249,666 275,333 137,666 170,333
Oscillatoria 133 140 165,666 172,666
Anabaena 144,666 163,333 9,333 32,666
C Chlorophyceae
Dictyosphaerium 137,666 242,666 14 70
Chaetophora 100,333 226,333 9,333 102,666
Scenedesmus 137,666 0 126 107,333
Oedogonium 28 219,333 74,666 170,333
D Cyanophyceae
Oscillatoria 0 200,666 130,666 158,666
E Euglenophyceae
Phacus 0 65,333 121,333 137,666
F Ulvophyceae
Ulothrix 0 0 86,333 77
TOTAL 1906,333 3460,333 1878,333 2839,667
Keterangan : St 1: Pelabuhan; St 2: KJA; St 3: Tempat Wisata; St 4: Daerah Pembanding
Analisis kelimpahan Fitoplankton di stasiun 1 menunjukkan genus Coelosphaerium adalah genus dengan kelimpahan tertinggi dengan nilai 249,666.
Sedangkan kelimpahan fitoplankton yang terendah terdapat pada genus Tabellaria dengan nilai 7.
Kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun 2 adalah genus Coelosphaerium dengan nilai 275,333, sedangkan kelimpahan fitoplankton
terendah adalah genus phacus dengan nilai 65,333.
Kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun 3 adalah genus Fragillaria dengan nilai 172,666, sedangan kelimpahan fitoplankton terendah adalah genus Nitzschia, Tabellaria, Anabaena dan Chaetophora dengan nilai 9,333.
Kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun 4 adalah genus Navicula dengan nilai 210, sedangkan kelimpahan fitoplankton terendah adalah genus Diatomae dengan nilai 3.
Indeks Keanekaragaman dan Analisis Keseragaman (E) Fitoplankton Pada Masing Masing Stasiun Penelitian
Berdasarkan analisis data diperoleh nilai indeks keanekaragaman (H’) fitoplankton pada setiap stasiun dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Indeks Keanekaragaman pada masing-masing stasiun.
Stasiun
1 2 3 4
H’ 2,813 2,607 2,841 2,979
E 0,897 0,911 0,906 0,950
Keterangan : St 1: Pelabuhan; St 2: KJA; St 3: Tempat Wisata; St 4: Daerah Pembanding
Hasil analisis keanekaragaman di Danau Toba Desa Tiga Ras menunjukkan bahwa stabilitas komunitas biota fitoplankton yang ada bersifat moderat (keanekaragaman fitoplankton sedang). Dilihat pada tabel 4 menunjukkan keseragaman fitoplankton yang terdapat di perairan Danau Toba
Desa Tiga Ras nilai pada masing-masing stasiun mendekati 1. Hal ini menandakan bahwa keseragaman fitoplankton yang ada di badan air relatif merata dan perbedaannya tidak begitu signifikan.
Parameter fisika kimia air di Danau Toba Desa Tiga Ras
Hasil pengukuran parameter fisika yang didapat pada masing-masing stasiun yaitu suhu berkisar antara 26,5˚C sampai 28,75˚C. Nilai TDS yang diperoleh juga tidak terjadi peningkatan yang terlalu tinggi pada tiap stasiun, hanya berkisar antara 54 mg/L sampai 56,5 mg/L. Nilai TSS berkisar antara 25 mg/L sampai 27,5 mg/L. Nilai kecerahan pada tiap stasiun antara 185 cm sampai 198,5 cm. Hasil parameter kimia pada tiap stasiun untuk pH tidak terjadi perbedaan yang tinggi hanya berkisar 7,2 sampai 7,65. Parameter DO yang diperoleh pada tiap stasiun yaitu 5,35 mg/L sampai 6,45 mg/L. Nilai nitrat yang diperoleh pada tiap stasiun sama yaitu 0,5 mg/L. Untuk hasil pengukuran parameter fisika kimia yang diperoleh di Danau Toba Desa Tiga Ras dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Parameter Fisika Kimia Air di Danau Toba Desa Tiga Ras
PARAMETER SATUAN Baku
Hasil pengukuran parameter fisika di Danau Toba Desa Tiga Ras pada masing- masing stasiun tidak melewati batas baku mutu kualitas air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 untuk kelas II. Adapun parameter kimia di Danau Toba Desa Tiga Ras menunjukkan nilai yang melewati baku mutu terdapat pada parameter DO (Oksigen Terlarut) dan fosfat (PO4-P).
Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika-Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton
Pengukuran faktor fisika-kimia perairan yang telah dilakukan pada stasiun penelitian dan di korelasikan dengan indeks keanekaragaman (diversitas Shannon-Wienner) maka di peroleh nilai korelasi seperti terlihat pada tabel 6.
Tabel 6. Analisis Korelasi Pearson antara faktor fisika-kimia dengan indeks keanekaragaman fitoplankton
a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. Jika >0-0,25 : Korelasi sangat lemah
c. Jika >0,25-0,5 : Korelasi cukup d. Jika >0,5-0,75 : Korelasi kuat
e. Jika >0,75-0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna
Pembahasan
Kelimpahan Fitoplankton (N)
Kelimpahan fitoplankton yang tertinggi ditemukan pada stasiun 2 dengan nilai 3460,333, sedangkan kelimpahan fitoplankton dengan kelimpahan terendah ditemukan pada stasiun 3 dengan nilai 1878,333. Hal ini di sebabkan oleh pengaruh faktor fisika-kimia dan aktifitas masyarakat. Adanya Keramba Jaring Apung (KJA) menjadi pendukung kebutuhan nutrisi untuk Fitoplankton pada stasiun 2. Menurut Isnaini (2011), seperti halnya nitrogen, kandungan fosfor merupakan unsur yang penting dalam ekosistem air. Zat-zat organik seperti protein mengandung gugus fosfor, misalkan ATP, yang terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam penyedia energi. Keberadaan senyawa fosfor dalam ekosistem perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam proses pembentukan senyawa protein dan metabolisme bagi organisme.
Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L.
Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan fospat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar fosfat melebihi kadar normal kebutuhan organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi
Fosfor yang diserap oleh organisme tumbuhan dalam bentuk orthofosfat.
Sumber fosfor dalam perairan dapat berasal dari udara, pelapukan batuan, dekomposisi bahan organik, pupuk buatan (limbah pertanian), limbah industri, limbah rumah tangga dan mineral-mineral fosfat. Menurut Saeni (1989), Fosfor sering dianggap sebagai faktor pembatas, hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa fosfor sangat diperlukan dalam transfer energi.
Kelimpahan pada stasiun 2 yang berada di lokasi keramba jaring apung diduga disebabkan karena tingginya nilai N dan P dengan masing-masing nilai 0.5 mg/L dan 0.51 mg/L. Nutrien merupakan pendukung kehidupan fitoplankton yang didapat dari sisa pakan. Menurut Barus (2004) Keberadaan keramba jaring apung di daerah tujuan wisata Tigaras mempengaruhi kadar nitrogen yang berasal dari sisa pakan ikan. yang juga dapat berdampak terhadap pencemaran. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/L. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan fospat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar fosfat melebihi kadar normal kebutuhan organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi.
Hasil kelimpahan fitoplankton pada genus Ulotrhix sebesar 46.900 unit/L pada stasiun 3 yang berada didaerah wisata. Menurut Basmi (1988), menunjukkan bahwa lingkungan perairan tersebut mendukung kehidupan tersebut. Sebagaimana organisme lainnya, eksistensi dan kesuburan fitoplankton di dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh interaksinya terhadap faktor-faktor fisika, kimia, dan biologi. Tingginya kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan adalah akibat pemanfaatan nutrien, dan radiasi sinar matahari, disamping suhu, dan pemangsaan oleh zooplankton
Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) yang rendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 2,813 sedangkan nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 2,979. Hal ini disebabkan pada daerah ini zat hara yang diperlukan fitoplankton seperti fospat dan nitrat untuk berkembang biak rendah sehingga berpengaruh terhadap keanekaragaman fitoplankton di stasiun tersebut.
Yuliana dan Asriyana (2012), zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak ialah nitrogen (sebagai nitrat) dan fosfor (sebagai fosfat). Zat-zat hara lain baik anorganik maupun organik mungkin diperlukan dalam jumlah kecil atau sangat kecil, namun pengaruhnya terhedap produktivitas tidak sebesar nitrogen dan fosfor.
Nilai indeks keseragaman pada stasiun 1 sebesar 0,897412 , stasiun 2 sebesar 0,911148 dan pada stasiun 3 sebesar 0,906179 , dan pada stasiun 4 sebesar 0,950188 sehingga diketahui pada keempat stasiun tersebut terjadi persebaran tidak merata. Terjadi kelimpahan yang jauh lebuh tinggi antara satu jenis dengan jenis lainnya pada tiap stasiun. Hal ini dikarenakan adanya dominansi beberapa fitoplanton. Menurut Basmi (2000), bahwa nilai keseragaman (E) berkisar antara 0-1, semakin kecil nilai E artinya semakin kecil keseragaman suatu populasi dan ada kecenderungan bahwa satu jenis mendominansi populasi tersebut.
Parameter Kualitas Air
Hasil parameter suhu yang diperoleh tidak menunjukan perbedaan yang tinggi. Hanya berkisar antara 26,5oC sampai dengan 28,75oC. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun di perairan Danau Toba Desa Tiga Ras masih dalam kondisi yang optimal dan masih dapat di toleransi untuk kehidupan organisme di danau Toba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnani (2011), yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan plankton adalah 22-30˚C. Suhu suatu perairan dapat mempeengaruhi kelulusan hidup organisme yang berada di dalamnya termasuk plankton.
Nilai pH yang diperoleh dari hasil penelitian pada stasiun I adalah 7,65, pada stasiun II adalah 7,2, pada stasiun III adalah 7,25 dan pada stasiun IV adalah
7,25. Nilai pH pada masing masing stasiun masih dalam kondisi yang netral dan masih dapat di tolerir oleh organisme di perairan danau Toba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barus (2004), yang menyatakan bahwa organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisme.
Nilai DO yang diperoleh antara 5,35 mg/L sampa dengan 5,75 mg/L.
Nilai ini terbilang cukup tinggi sehingga sangat mendukung pertumbuhan organisme diperairan. Nilai DO yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Meskipun sudah melewati ambang batas baku mutu air kelas II, tetapi nilai ini tidak terlalu berpengaruh. Hal ini dipengaruhi oleh adanya arus air yang dipengaruhi oleh angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johan (2011), yang menyatakan bahwa kepekatan oksigen terlarut dalam perairan antara lain disebabkan oleh suhu, tingkat penetrasi cahaya yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air dan kehadiran tanaman untuk proses fotosintesis menambahkan kadar oksigen terlarut diperairan yang masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik terutama fitoplankton adalah tidak kurang dari 5 mg/L. Organisme perairan dapat hidup dengan layak dan kegiatan perikanan dapat berhasil kandungan oksigen terlarut tidak kurang dari 4 mg/l. PP No. 82 Tahun 2001, nilai kandungan oksigen terlarut untuk katagori kelas III batas minimal adalah 4 mg/L.
Nilai BOD yang diperoleh dari hasil penelitian dengan nilai terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 0,9 mg/L, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 2.85 mg/L. Nilai BOD tertinggi pada stasiun I mengindikasikan bahwa banyaknya kandungan bahan organik di stasiun I yang merupakan pelabuhan penyeberangan kapal selain itu stasiun I terletak berdekatan dengan stasiun II yang merupakan budidaya keramba jaring apung. Bahan organik ini diduga berasal dari aktivitas pelayaran dan perikanan yang menghasilkan limbah ke perairan, sedangkan pada stasiun IV memiliki nilai BOD terendah dikarenakan stasiun IV merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia yang menyebabkan kandungan bahan organik lebih sedikit dari stasiun lainnya. Hal ini didukung Agustiningsih dkk (2011) yang menyatakan bahwa limbah domesrik mempunyai karakteristik antara lain apabila BOD dan COD tinggi disebabkan karena adanya aktivitas industri yang membuang limbah ke perairan.
Nilai fosfat pada masing-masing stasiun yang ditemukan pada penelitian memiliki nilai yang berbeda antara tiap stasiunnya tergantung dari aktivitas yang berada pada lokasi penelitian, nilai fosfat tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 0,51 ppm dan nilai terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 0.19 ppm Tingginya nilai fosfat pada stasiun II yang merupakan daerah budidaya keramba jaring apung disebabkan oleh hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau. Apabila jumlah pakan yang diberikan pada KJA semakin tinggi maka semakin tinggi juga limbah yang akan terbuang ke badan air baik sebagai limbah pakan maupun limbah sisa metabolisme ikan. Hal ini didukung hasil penelitian Tobing (2014) yaitu Nilai rata-rata konsentrasi fosfat tertinggi berada pada stasiun I yaitu 0,24 mg/L dan konsentrasi fosfat terendah
berada pada stasiun III yaitu 0,15 mg/L. Nilai konsentrasi fosfat yang tinggi bersumber dari hasil dekomposisi sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke danau.
Nilai kecerahan terendah terdapat pada stasiun 4 sebesar 185 cm dan nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 198.5 cm, nilai kecerahan tertinggi disebabkan rendahnya bahan terlarut yang masuk ke badan perairan akibat tidak banyak aktivitas di kawasan ini sehingga matahari dapat menembus kebadan perairan lebih dalam. Menurut Siregar (2009), kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga akan mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air di badan perairan.
Nilai COD yang diperoleh dari hasil penelitian dengan nilai tertinggi pada stasiun I yaitu 8,905 mg/L. Tingginya nilai COD pada stasiun I disebabkan adanya masukan zat-zat terlarut kebadan perairan karena adanya perbaikan pada tambak yang ada disekitar stasiun 1. Limbah domestik yang sukar terdegradasi secara biologi berupa tumpahan minyak dari aktivitas pelayaran juga mempengaruhi tingginya nilai COD di stasiun 1. nilai COD terendah terdapat pada stasiun IV yang merupakan daerah kontrol yang belum terdapat aktivitas manusia. Hal ini sesuai dengan Soraya dkk (2014) yang menyatakan nilai COD yang cenderung tinggi menunjukan bahwa bahan organik yang ada di perairan lebih banyak berada dalam bentuk yang sukar terdegradasi secara biologis.
Dengan mengukur COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organic.
Nilai nitrat perairan Tigaras masih di bawah nilai baku mutu kelas I, II, dan III. Berdasarkan nilai nitrat yang diperoleh pada setiap stasiun diketahui
bahwa perairan Tigaras belum mengalami eutrofikasi ditandai dengan belum adanya tumbuhan eceng gondok yang menjadi indikator terjadinya blooming pada perairan tersebut. Menurut Tatangindatu dkk (2013), kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/l menggambarkan telah terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok.
Nilai TDS yang diperoleh dari hasil penelitian dengan nilai tertinggi yaitu pada stasiun I dengan nilai 56,5. Tingginya nilai TDS pada stasiun I yang merupakan daerah Pelabuhan disebabkan oleh terjadinya hujan pada saat pengambilan sampel pertama sehingga membawa padatan terlarut yang berasal dari pelapukan batuan atau tanah dan dibawa oleh aliran air menuju danau.
Chandra dkk. (2012) menyatakan bahwa dalam air alami, padatan terlarut yang terutama terdiri dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, kalium, besi dan mangan. Mereka berasal dari pembubaran atau pelapukan batuan dan tanah, termasuk pembubaran kapur, gipsum dan tanah mineral lainnya perlahan terlarut di dalam air.
Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik-Kimia Dengan Indeks Keanekaragaman Plankton
Hasil analisis korelasi pada tabel 5 menunjukkan suhu berkorelasi sangat lemah dengan keanekaragaman Fitoplankton dengan nilai -0,067. Hal ini dikarenakan suhu di perairan Danau Toba Desa Tigaras masih berada pada temperatur yang dapat di tolerir oleh fitoplanton. Menurut Barus (2004), kenaikan temperatur (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju
pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air kesulitan untuk melakukan respirasi yang selanjutnya akan mempengaruhi keanekaragaman organisme.
Analisis korelasi pada tabel 5 menunjukkan pH berkorelasi sangat lemah terhadap keanekaragaman fitoplankton dengan nilai -0,119. Hal ini dikarenakan fitoplankton hidup dengan nilai pH yg optimal. Menurut Odum (1994), kehidupan organisme aquatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Pada umumnya organisme aquatik toleran pada kisaran pH yang netral. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup suatu organisme, karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
Hasil analisis korelasi menunjukkan fosfat berkoselasi sangat kuat terhadap keanekaragaman fitoplankton dengan nilai 0,983. Hal ini dikarenakan fosfat merupakan unsur nutriean yang di butuhkan oleh fitoplankton untuk tumbuh dan melakukan proses respirasi. Semakin tinggi nilai fosfat maka semakin tinggi keanekaragaman fitoplankton. Menurut Effendi (2003), Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh tumbuhan. Fosfor berperan penting dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine Triphosphate) dan ADP (Adenosine Diphosphate).
Hasil analisis korelasi menunjukkan TSS berkorelasi sangat kuat terhadap keanekaragaman Fitoplankton dengan nilai 0,984. Hal tersebut dikarenakan TSS mengandung sedimen dan bahan-bahan organik yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk melakukan proses metabolisme. Menurut Effendi (2003) yang menyatakan bahwa, padatan tersuspensi total (Total
Suspension Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang
tertahan pada saringan Millipore dengan diameter 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad jasad renik yang terutama disebabkan kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air
Hasil analisis korasi menunjukkan DO berkorelasi sangat kuat terhadap keanekaragaman fitoplanton dengan nilai 0,770. Nilai DO pada perairan Danau Toba relatif tinggi antara 5 mg/L-6,5 mg/L sehingga sangat mendukung keberadaan fitoplankton. DO merupakan bahan yang dibutuhkan fitoplankton untuk mengatur metabolisme. Menurut Hutabarat (2010) dalam Novonty dan Olem (1994), oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton.
Nilai Analisis korelasi menunjukkan TDS berkorelasi kuat terhadap indeks keanekaragaman fitoplankton dengan nilai -0,658. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kekeruhan di perairan Danau Toba mengakibatkan semakin menurunnya keanekaragaman fitoplanton karena kekeruhan menghambat penertasi cahaya untuk masuk kedalam perairan. Menurut Effendi (2003) nilai TDS sangat dipengaruhi pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri). Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan. Selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis.