• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel penelitian berjumlah 46 orang yang terdiri dari 23 orang pria dan 23 orang wanita yang diambil dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ras Deutromelayu yang masih aktif mengikuti pendidikan dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Pengeditan foto frontal sampel dilakukan secara komputerisasi dengan pembesaran titik referensi 1 : 2 yang artinya 1 cm pada foto dan 2 cm pada kondisi sebenarnya. Kemudian pengukuran proporsi tinggi wajah dilakukan pada foto frontal sampel yang telah dicetak pada kertas foto.

Tabel 1. Hasil uji intraoperator dan t – test pada lima sampel

No. Proporsi tinggi wajah Rerata pengukuran (I) / mm Rerata pengukuran (II) / mm Sd (akhir) Sig. (2-tailed) = p 1. Tri – G 57, 15 57,33 0,03* 0,948* 2. G – Sn 63,47 63,38 0,11* 0,982* 3. Sn – Me 60,88 60,98 0,25* 0,951* 4. TFH (Total facial height) 181,50 181,70 0,06* 0,974*

* Standar deviasi (Sd) akhir berada di antara nilai 0 – 1

* Signifikansi (p) > 0,05 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan / bermakna

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji intraoperator dan t – test yang dilakukan terhadap 5 sampel secara acak dari pengukuran pertama dan pengukuran kedua didapatkan ketelitian pada pengukuran proporsi tinggi wajah (Tri – G, G – Sn, dan

Sn – Me), serta TFH (Total facial height) tersebut masih dapat diterima dan operator layak dalam melakukan penelitian karena standar deviasi (Sd) akhir yang didapatkan dari pengukuran tersebut berada di antara nilai 0 - 1, serta signifikansi (p) > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata pengukuran I dan pengukuran II proporsi tinggi wajah.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada foto frontal sampel penelitian, didapatkan rerata proporsi tinggi wajah pada seluruh sampel (pria dan wanita) ras Deutromelayu (Tabel 2) adalah 56,28 mm (Tri – G); 62,15 mm (G – Sn); dan 63,17 mm (Sn – Me); serta 181,60 mm (TFH/Total facial height).

Tabel 2. Hasil pengukuran proporsi tinggi wajah pada seluruh sampel (pria dan wanita)

No. Pengukuran Jumlah

(orang) Rerata (mm) Standar deviasi 1. Tri – G 46 56,28 7,45 2. G – Sn 46 62,15 6,59 3. Sn – Me 46 63,17 8,39 4. TFH (Total facial height) 46 181,60 17,78

Rerata hasil pengukuran proporsi tinggi wajah pada wanita FKG USU ras Deutromelayu (Tabel 3) adalah 54,02 mm (Tri – G); 59,45 mm (G – Sn); dan 57,41 mm (Sn – Me); serta 170,88 mm (TFH/Total facial height). Sedangkan rerata hasil pengukuran proporsi tinggi wajah pada pria FKG USU ras Deutromelayu (Tabel 4) adalah 58,54 mm (Tri – G); 64,84 mm (G – Sn); dan 68,93 mm (Sn – Me); serta 192,31 mm (TFH/Total facial Height).

Tabel 3. Hasil pengukuran proporsi tinggi wajah pada wanita

No. Pengukuran Jumlah

(orang) Rerata (mm) Standar deviasi 1. Tri – G 23 54,02 6,75 2. G – Sn 23 59,45 6,58 3. Sn – Me 23 57,41 5,70 4. TFH (Total facial height) 23 170,88 16,03

Tabel 4. Hasil pengukuran proporsi tinggi wajah pada pria

No. Pengukuran Jumlah

(orang) Rerata (mm) Standar deviasi 1. Tri – G 23 58,54 7,57 2. G – Sn 23 64,84 5,52 3. Sn – Me 23 68,93 6,48 4. TFH (Total facial height) 23 192,31 12,21

Hasil uji normalitas data (Shapiro – Wilk) pada lampiran 9 menunjukkan bahwa data pengukuran proporsi tinggi wajah pada 23 orang pria dan 23 orang wanita FKG USU ras Deutromelayu memiliki distribusi yang normal (p > 0,05), sehingga uji analitik dapat dilanjutkan dengan t – test independen.

Tabel 5. Hasil t – test independen proporsi tinggi wajah pada mahasiswa USU ras Deutromelayu berdasarkan jenis kelamin

No. Pengukuran Jenis Kelamin

(P/W) Rerata (mm) Sig. (2-tailed) = p 1. Tri – G P 58,54 0,038* W 54,02 2. G – Sn P 64,84 0,004* W 59,45 3. Sn – Me P 68,93 0,0001* W 57,41 4. TFH (Total facial height) P 192,31 0,0001* W 170,88

* Signifikansi (p) < 0,05 : terdapat perbedaan yang signifikan / bermakna

Hasil t – test independen pada tabel 5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada proporsi sepertiga wajah atas (Tri – G) dengan nilai p = 0,038, proporsi sepertiga wajah tengah (G – Sn) : p = 0,004, proporsi sepertiga wajah bawah (Sn – Me) dengan nilai p = 0,0001, dan TFH (Total facial height) dengan nilai p = 0,0001 antara pria dan wanita FKG USU ras Deutromelayu.

Rerata proporsi tinggi wajah pada pria ras Deutromelayu adalah 58,54 mm (Tri – G); 64,84 mm (G – Sn); 68,93 mm (Sn – Me); dan 192,31 mm (TFH/Total facial height). Sedangkan rerata proporsi proporsi tinggi wajah pada wanita ras Deutromelayu adalah 54,02 mm (Tri – G); 59,45 mm (G – Sn); 57,41 (Sn – Me); dan 170,88 mm (TFH/Total facial height). Hal ini menunjukkan bahwa pria memiliki proporsi tinggi wajah lebih besar daripada wanita.

BAB 5

PEMBAHASAN

Keharmonisan antara proporsi dan simetri wajah membentuk estetika wajah. Konsep dari estetika wajah bersifat subjektif dan bergantung pada ras dan kebudayaan. Saat ini, jelas terlihat bahwa sesuatu yang dianggap estetik dan dapat diterima sebagai norma dalam suatu ras atau budaya mungkin berbeda untuk ras atau budaya yang lain. Tujuan dari perawatan ortodonti tidak hanya untuk memperbaiki hubungan oklusi gigi geligi yang optimal dalam lengkung rahang, tetapi juga untuk memperoleh wajah yang simetri dan proporsi yang menyenangkan secara estetika.38-40

Proporsi wajah terbagi atas proporsi vertikal (tinggi) wajah dan proporsi horizontal wajah. Proporsi vertikal wajah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jarak dari

trichion ke glabella, glabella ke subnasal, dan subnasal ke menton. Sedangkan proporsi horizontal wajah dibagi menjadi lima bagian, yaitu lebar kedua mata kiri dan kanan, jarak inner intercanthus dan jarak dari lateral canthus kiri dan kanan ke

helical rim.11 Dalam beberapa tahun terakhir ini, ortodontis sangat bergantung pada fotometri wajah dalam menilai proporsi wajah. Fotometri menjadi komponen catatan rutin ortodontis dalam diagnosis, perencanaan perawatan, dan analisis keberhasilan perawatan ortodonti.41

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi tinggi wajah pada pria dan wanita Ras Deutromelayu dengan fotometri dan untuk melihat ada tidaknya perbedaan proporsi tinggi wajah pada pria dan wanita Ras Deutromelayu dengan subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan usia minimal 18 tahun karena penelitian oleh Pelton dan Elsasser menunjukkan adanya perubahan vertikal wajah di bawah usia 18 tahun.42 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan dalam

mencari nilai norma proporsi tinggi wajah pada pria dan wanita Ras Deutromelayu dan untuk membantu menegakkan diagnosis dan rencana perawatan ortodonti.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata proporsi tinggi wajah pada seluruh sampel (pria dan wanita) ras Deutromelayu adalah 56,28 mm (Tri – G); 62,15 mm (G – Sn); 63,17 mm (Sn – Me), dan 181,60 mm (TFH/Total facial height). Hal ini menunjukkan bahwa ras Deutromelayu memiliki tinggi sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah tengah dan sepertiga wajah bawah, sedangkan tinggi sepertiga wajah tengah dan sepertiga wajah bawah hampir sama. Pada ras Kaukasoid, tinggi sepertiga wajah tengah biasanya lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah atas, dan tinggi sepertiga wajah tengah dan sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah bawah.11

Jarak antara Tri – G, G – Sn, dan Sn – Me jarang memiliki nilai yang sama, masing-masing jarak antara ketiga komponen proporsi tinggi wajah tersebut biasanya berada dalam kisaran 55 mm sampai 65 mm.11,32 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rerata proporsi tinggi wajah pada mahasiswa FKG USU ras Deutromelayu (Tabel 2) adalah 56,28 mm (Tri – G); 62,15 mm (G – Sn); dan 63,17 mm (Sn – Me).

Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata proporsi tinggi wajah pada wanita ras Deutromelayu adalah 54,02 mm (Tri – G); 59,45 mm (G – Sn); 57,41 (Sn – Me); dan 170,88 mm (TFH/Total facial height). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita ras Deutromelayu memiliki tinggi sepertiga wajah tengah lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas dan sepertiga wajah bawah, sedangkan tinggi sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah bawah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Choe KS. dkk., yang menunjukkan bahwa wanita Korea Amerika memiliki tinggi sepertiga wajah tengah (67,9 mm) lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas (57,7 mm) dan sepertiga wajah bawah (66,8 mm), serta tinggi sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah bawah.38

Penelitian Teck Sim RS. dkk., terhadap 100 subjek wanita Cina Selatan menunjukkan bahwa wanita Cina Selatan memiliki tinggi sepertiga wajah tengah yang lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas dan sepertiga wajah bawah. Namun,

memiliki tinggi sepertiga wajah atas lebih besar dari tinggi sepertiga wajah bawah, dimana pada wanita ras Deutromelayu, tinggi sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah bawah.14

Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata proporsi tinggi wajah pada pria ras Deutromelayu adalah 58,54 mm (Tri – G); 64,84 mm (G – Sn); 68,93 mm (Sn – Me); dan 192,31 mm (TFH/Total facial height). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pria ras Deutromelayu memiliki tinggi sepertiga wajah bawah lebih besar dari tinggi sepertiga wajah atas dan sepertiga wajah tengah, sedangkan tinggi sepertiga wajah atas lebih rendah dari tinggi sepertiga wajah tengah. Naini dan Gill menyatakan bahwa umumnya tinggi sepertiga wajah bawah pada pria lebih besar dari tinggi sepertiga wajah tengah.29 Peningkatan tinggi sepertiga wajah bawah dapat disebabkan oleh perkembangan maksila ke inferior yang berlebihan dan meningkatnya tinggi vertikal dagu.29 Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh jaringan lunak yang menutupi bagian sepertiga wajah bawah, dimana perbedaan profil jaringan lunak tersebut dipengaruhi oleh variasi konveksitas skeletal, ketebalan jaringan lunak, protrusi bibir, dan posisi gigi insisivus bawah.43

Michiels dan Sather menemukan bahwa wajah dengan proporsi vertikal sepertiga wajah bawah yang lebih rendah dinilai lebih menarik dibandingkan dengan proporsi vertikal sepertiga wajah bawah yang lebih tinggi.44

Secara keseluruhan, pria ras Deutromelayu memiliki proporsi tinggi wajah (Tri – G, G – Sn, Sn – Me) dan TFH (Total facial height) yang lebih besar dari wanita ras Deutromelayu. Hal ini sesuai dengan penelitian Riveiro PF. dkk., terhadap 212 subjek yang terdiri dari 50 orang pria dan 162 orang wanita di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Santiago de Compostela yang menunjukkan bahwa tinggi sepertiga wajah bawah (Sn - Me) pada pria (71,4 mm) lebih tinggi daripada wanita (65,4 mm), tinggi sepertiga wajah tengah (G - Sn) pada pria (72,1 mm) lebih tinggi daripada wanita (68,7 mm) , dan tinggi sepertiga wajah atas (Tri - G) pada pria (45,3 mm) lebih tinggi daripada wanita (45,2 mm). Secara umum, pria mempunyai total facial height yang lebih besar dari wanita.15

Pelton dan Elsasser melakukan penelitian untuk melihat morfologi dentofasial antara pria dan wanita berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan subjek penelitian berjumlah 3676 orang pria dan 3153 orang wanita yang berusia 5 – 24 tahun. Mereka menemukan bahwa panjang wajah wanita berhenti mengalami pertumbuhan pada usia 15 tahun, sedangkan pada pria pertumbuhan berhenti pada usia 18 tahun. Faktor inilah yang menyebabkan tinggi wajah pada pria lebih besar daripada wanita.42

Sebelum dilakukan uji analitik pada data-data hasil pengukuran proporsi tinggi wajah, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada seluruh data dengan uji Shapiro-Wilk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui uji analitik yang tepat dalam pengolahan data. Jika hasil uji normalitas data menunjukkan data terdistribusi normal (p > 0,05), maka uji analitik dilanjutkan dengan t – test independen. Sedangkan apabila data tidak terdistribusi normal, maka uji analitik akan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji normalitas data sebagaimana yang terlihat pada lampiran 9 menunjukkan data terdistribusi normal (p > 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji t-independen.

Hasil t – test independen proporsi tinggi wajah pada seluruh sampel ras Deutromelayu berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada proporsi sepertiga wajah atas (Tri – G), proporsi sepertiga wajah tengah (G – Sn), proporsi sepertiga wajah bawah (Sn – Me), dan TFH (Total facial height) antara pria dan wanita ras Deutromelayu.

Hasil uji statistik proporsi tinggi wajah pada penelitian Riveiro PF. dkk., terhadap 212 subjek yang terdiri dari 50 orang pria dan 162 orang wanita di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Santiago de Compostela menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05) antara tinggi sepertiga wajah atas (Tri – G) antara pria dan wanita, sedangkan tinggi sepertiga wajah tengah (G – Sn) dan tinggi sepertiga wajah bawah (Sn – Me) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara pria dan wanita.15

Analisis proporsi wajah penting bagi ahli bedah plastik pada tahap perencanaan estetika dan rekonstruksi wajah, serta bagi ortodontis dalam diagnosis dan perencanaan perawatan.32,38 Untuk menciptakan wajah yang ideal secara estetika

tidak bergantung pada perbaikan beberapa bagian spesifik wajah, tetapi lebih kepada pendekatan secara menyeluruh karena setiap bagian pada wajah berkaitan satu sama lain. Para ahli bedah plastik maupun ortodontis harus memperhatikan rerata proporsi dan sudut-sudut (derajat) wajah yang ideal, dimana yang berlaku sesuai dengan ras pasien sehingga tujuan dari prosedur perawatan yang dilakukan dapat tercapai, yaitu wajah yang menarik dan harmonis. Oleh sebab itu, para ahli bedah plastik dan ortodontis harus mengedukasi pasien mengenai pentingnya proporsi wajah bagi estetika, mendiskusikan langkah-langkah perawatan yang paling tepat, dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai hasil terbaik.11

BAB 6

Dokumen terkait