Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan titer antibodi 3 minggu setelah vaksinasi pertama. Ini menunjukkan bahwa vaksin AI inaktif mampu menginduksi pembentukan antibodi dengan titer antibodi protektif 3 minggu setelah vaksinasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardjo (2004) yang menyatakan, bahwa berdasarkan standar OIE, 3 minggu setelah vaksinasi minimal terbentuk antibodi setinggi 24. Setelah vaksin AI inaktif masuk ke dalam tubuh ayam, maka virusnya tidak perlu bermultiplikasi (memperbanyak diri) tetapi langsung memacu jaringan limfoid tubuh untuk membentuk kekebalan. Pembentukan kekebalan yang terjadi memang relatif lebih lambat, namun dapat bertahan dalam waktu lebih lama. Antibodi dengan titer yang tinggi tersebut bersifat protektif terhadap adanya infeksi lapangan (Indartono et al. 2005).
Tabel 2 Rataan titer antibodi pada masing-masing kelompok ayam
Umur (minggu)
Rataan titer antibodi pada kelompok ayam (Log2)
K1 K2 K3 K4 10 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 13 5,45 ± 0,51a 4,70 ± 0,73b 5,40 ± 0,50a 4,50 ± 0,51b 16 6,45 ± 1,32a 6,15 ± 1,18a 6,85 ± 1,27a 6,50 ± 1,64a 17 6.00 ± 0,82a 5,33 ± 0,82a 5,33 ± 1,37a 5,00 ± 1,41a 22 7,50 ± 0,55a 7,50 ± 1,22a 8,00 ± 0,00a 7,83 ± 0,41a 26 7,00 ± 1,41a 7,40 ± 0,55a 7,80 ± 0,45a 7,80 ± 0,45a 31 4,40 ± 1,14a 4,00 ± 2,35a 5,20 ± 0,45a 1,60 ± 2,19b 36 7,60 ± 0,55a 7,80 ± 0,45a 8,00 ± 0,00a 7,80 ± 0,45a 41 7,00 ± 0,00b 7,40 ± 1,21ab 7,80 ± 0,45a 7,80 ± 0,45a 42 7,83 ± 0,41a 8,00 ± 0,00a 7,67 ± 0,52a 7,83 ± 0,41a 48 7,60 ± 0,55a 6,80 ± 1,30a 7,40 ± 0,55a 6,80 ± 0,84a * Keterangan : Tanda huruf (superskrip) yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan nilai yang berbeda nyata pada taraf uji P<0,05. Timbulnya kekebalan protektif baru muncul 3 minggu setelah vaksinasi pertama, hal ini dipengaruhi oleh jenis dan cara vaksinasi yang menggunakan
21 adjuvan. Adjuvan akan membentuk “depo” ditempat penyuntikan dan akan meningkatkan jumlah limfosit di lokasi tersebut. Depo berisi antigen tersebut akan menangkap limfosit tersebut dan selanjutnya merangsang sistem kekebalan melalui stimulasi sel limfosit T dan limfosit B secara umum dan menyeluruh (Indartono et al. 2005). Adjuvan akan memperlambat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta merangsang pembentukan kekebalan (Malole 1988). Adjuvan hanya mempengaruhi tanggap kebal primer dan sedikit pengaruhnya terhadap tanggap kebal sekunder (Tizard 1987).
Saat ayam berumur 15 minggu dilakukan vaksinasi ke-2. Satu minggu setelah vaksinasi kedua dari hasil evaluasi titer antibodi, terjadi peningkatan titer antibodi yang tidak berbeda nyata diantara kelompok ayam dan titer antibodi protektif yang dihasilkan dapat bertahan selama 15 minggu. Tingginya respon vaksinasi kedua ini karena vaksinasi tersebut merupakan vaksinasi ulangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibawan dan Soejoedono (2003) yang menyatakan, bahwa pemaparan oleh antigen yang sama pada saat kedua kalinya, maka terjadi pembentukan respon imun sekunder dalam waktu singkat dan peningkatan titer antibodi lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya sel B dan sel T memori serta antibodi yang masih tersisa akibat pemaparan pertama. Sel T memori akan segera mengenali antigen yang pernah dikenali sebelumnya dan membantu sel B untuk berproliferasi dan menghasilkan sel plasma, selanjutnya sel plasma akan membentuk antibodi. Sistem pembentukan antibodi memiliki kemampuan untuk “mengingat” keterpaparan dengan suatu antigen sebelumnya (Tizard 1987). Pada saat ayam berumur 31 minggu atau 16 minggu setelah vaksinasi kedua, mulai terjadi penurunan titer antibodi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malole (2005) yang menyatakan bahwa titer antibodi protektif akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya waktu paruh antibodi.
Gambar 2 Kenaikkan titer antibodi setelah vaksinasi dengan vaksin AI inaktif.
Pada umur 32 minggu dilakukan vaksinasi ke-3. Pemberian booster yang ke-3 ini sesuai dengan pernyataan Tizard (1987) yang menyatakan vaksin inaktif menghasilkan kekebalan yang lemah karena virus inaktif tidak mampu bereplikasi di dalam tubuh, sehingga memerlukan booster yang berulang kali agar dapat mempertahankan titer antibodi protektif. Empat minggu setelah vaksinasi ke-3 terlihat kembali adanya peningkatan titer antibodi yang tidak berbeda nyata diantara kelompok ayam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibawan dan Soejoedono (2003) yang menyatakan, pada saat pemaparan kedua dan seterusnya, antigen akan dapat dikenal oleh sel pertahanan dengan lebih efisien. Kondisi tersebut disebabkan oleh jumlah sel B dan T spesifik juga lebih banyak, kemungkinan untuk berinteraksi dengan antigen akan lebih besar, sehingga titer antibodi juga cepat meningkat. Titer antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi ke-3 ini lebih tinggi dari sebelumnya dan memerlukan waktu yang semakin singkat. Setelah vaksinasi ke-3, titer antibodi protektif mampu bertahan sampai masa akhir produksi ayam (umur 60 minggu).
23 Tabel 3 Rataan titer antibodi indukan pada anak ayam dari masing-masing Kelompok
Kelompok Titer antibodi Log 2
K1 4,40 ± 1,14a
K2 4,20 ± 1,48 a
K3 4,40 ± 1,14a
K4 4,00 ± 1,58a
* Keterangan : Tanda huruf (superskrip) yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata pada taraf uji P<0,05.
Tingginya titer antibodi pada ayam indukan ini juga diturunkan pada anak ayam melalui telur. Hasil evaluasi titer antibodi, menunjukkan bahwa anak ayam pada masing-masing kelompok memiliki titer antibodi dengan titer cukup protektif yang diturunkan dari induk ayam. Titer antibodi maternal pada anak ayam dari masing-masing kelompok tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena semua kelompok ayam mendapat perlakuan yang sama, sehingga antibodi maternal pada anak ayam yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tizard (1987) yang menyatakan anak ayam memperoleh antibodi IgG dari kuning telur. Imunoglobulin ini dapat diturunkan dari serum induk ayam ke dalam kuning telur ketika telur masih berada dalam ovarium. Dalam fase cair kuning telur, IgG ditemukan memiliki titer yang sama dengan yang ada dalam serum induk. Selama embrio ayam berkembang, IgG dari kuning telur akan diserap. Sedangkan IgM dan IgA maternal ditemukan dalam cairan amnion akan ditelan oleh embrio. Dengan demikian bila anak ayam menetas, telah memiliki IgG di dalam serum dan IgM dan IgA di dalam saluran pencernaan. Titer antibodi induk yang tinggi akan mempengaruhi titer antibodi maternal pada anak ayam. Malole (2005) menyatakan bahwa anak ayam berasal dari induk ayam yang divaksinasi mempunyai titer antibodi maternal lebih lama, dan akan mempengaruhi umur vaksinasi pada anak ayam tersebut. Lamanya antibodi maternal ini dipengaruhi oleh banyaknya antibodi yang dipindahkan kepada anak ayam yang baru menetas dan umur paro imunoglobulin yang bersangkutan (Tizard 1987). Antibodi maternal hanya mampu melindungi anak ayam dalam
kurun waktu yang singkat, namun akan mempengaruhi perkembangan tanggap kebal anak ayam pada umur berikutnya.
25