Alat Pengutip Brondolan Sawit adalah sebuah alat yang dirancang untuk membantu pengerjaan pengutipan brondolan sawit yang jatuh di kebun sawit.
Pekerjaan pemungutan brondolan sawit yang berjatuhan di sekitar piringan pohon sawit tidak boleh diabaikan. Walaupun terlihat mudah, namun pekerjaan ini sering diabaikan oleh pekerja, sebab memungut brondolan sawit akan memakan waktu yang cukup lama serta tenaga yang cukup banyak. Menurut Putranti (2013) Pekerjaan memungut brondolan sawit sangat banyak dikeluhkan oleh pemanen karena dapat menyebabkan rasa sakit pada kaki dan pinggang pemanen. Oleh sebab itu, banyak brondolan sawit dibiarkan begitu saja sampai membusuk di kebun yang berdampak pada penurunan hasil panen sawit yang cukup signifikan. Maka dari itu dirancang sebuah alat pengutip brondolan sawit yang diharapkan bisa membantu dalam pengerjaan pengutipan brondolan sawit menjadi lebih mudah.
Alat ini dirancang untuk mengutip brondolan sawit yang berjatuhan di piringan pohon kelapa sawit. Dimensi alat ini adalah panjang keseluruhan sebesar 120 cm lebar 40 cm dan tinggi sebesar 100 cm. Cara kerja alat ini adalah dengan didorong, putaran poros roda kanan akan ditransmiskan dengan rantai dan sproket pada poros pengutip sehingga bagian pengutip akan berputar dengan perbandingan putaran poros roda dengan poros pengutip adalah 1:2. Berat total alat ini tanpa ada
brondolan di penampungnya adalah 20.2 kg. Tidak terlau berat untuk proses pemindahan karena bisa dengan cara didorong atau ditarik.
Analisis Fungsonal
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merancang alat yang dapat membantu pengerjaan pengutipan brondolan sawit yang jatuh di sekitar piringan pohon kelapa sawit. Maka dari itu diperlukan analisis fungsional pada pemilihan komponen elemen penyusun dalam merancang alat pengutip brondolan sawit ini.
Desain rancangan fungsional sangatlah penting karena dalam rancangan fungsional terdapat mekanisme-mekanisme, bagian, serta fungsi yang dipilih dalam perancangan. Pada rancangan alat pengutip brondolan ini terdapat 5 (lima) komponen utama yang terdiri dari pengutip, rangka, penampung, roda, dan pegangan. Adapun fungsi dari komponen-komponen tersebut adalah :
a. Pengutip, berfungsi untuk mengambil brondolan dan melemparnya masuk ke penampung.
b. Rangka, berfungsi sebagai memberi bentuk alat dan menahan beban komponen di atasnya.
c. Penampung, berfungsi untuk menampung hasil pengutipan brondolan sementara sebelum dipindahkan ke karung dengan kapasitas lebih besar.
d. Roda, berfungsi untuk mempermudah mobilitas alat dari satu tempat ke tempat lain.
e. Pegangan, berfungsi untuk pegangan operator mengarahkan jalanya mesin.
f. Roller, roller yang digunakan berukuran diameter 4 cm, berfungsi untuk batas bawah bagian depan alat dan penyangga serokan agar ujung serokan tidak menyangkut gundukan tanah.
Gambar 11 Desain alat pengutip brondolan sawit
Analisis Teknik
Analisis teknik dilakukan untuk mewujudkan fungsional yang dipilih dalam perancangan alat ini. Analisis teknik yang dilakukan dalam perancangan meliputi Analisis Struktural, Analisis Kinematik dan Analisis Kebutuhan Daya. Adapaun yang dianalisis meliputi:
Pemilihan bahan rangka utama
Perancangan handle/pegangan alat
Kecepatan maju teoritis
Putaran pengutip yang dibutuhkan
Kecepatan maju teoritis
Perencanaan transmisi
Perencanaan poros roda dan poros pengutip
Analisis torsi alat
Analisis kebutuhan daya alat Analisis Struktural
Analisis struktural diperlukan untuk mengetahui seberapa besar gaya yang diterima oleh rangka utama, dan memastikan bahan serta dimensi yang dipilih aman dan ergonomis untuk dioperasikan. Untuk mendapatkan besar gaya yang diterima oleh rangka utama maka diperlukan analisis distribusi gaya dari komponen-komponen mesin yang berada di atas rangka utama.
1) Distribusi gaya pada rangka utama
Berat penampung ditambah dengan berat brondolan dengan asumsi penampung penuh adalah 8.015 kg.
Gambar 12 Distribusi gaya pada rangka utama
Gambar 13 Diagram bebas pada rangka utama
Jadi rangka utama dibuat dari besi siku ukuran 4x4 cm dengan tebal 3 mm tersebut akan menerima beban dari penampung beserta brondolan. Rangka tersebut hanya ditumpu oleh satu roda saja tepat di tengah. Distribusi gaya yang dihasilkan dari beban penampung dan brondolan tersebar merata di sepanjang rangka utama (W). Berat penampungnya sendiri yaitu 0.5 kg sedangkan berat rata-rata satu brondolan sebesar 15 gram. Dengan bentuk dan dimensi penampung yang telah dirancang, penampung ini dapat menampung maksimal 501 butir brondolan dengan total berat sebesar 7.515 kg. Jadi total beban maksimal yang diterima oleh rangka utama adalah 8.015 kg. Dimensi penampung dapat di lihat di Lampiran 4.
2) Analisis tegangan lentur maksimum pada rangka utama
𝜎
= M x c/I (Hasbullah R, Gardjito 2010) (6)𝜎𝑏
= 58 kg/mm² (Sularso 2004) dimana M maksimum = 2003.75 kg.mmsIrangka = 1/12 [(BH³) – (bh³)] (Suastawa et al. 2004) (7)
Handle berfungsi untuk menyalurkan tenaga yang tersedia untuk mendorong alat sehingga memutar poros roda dan akhirnya memutar pengutip sebagai fungsi utama alat ini.
Menurut Eriyanto (2007), diameter 20 mm adalah ukuran yang bagus untuk perancangan handle atau batang kendali mesin atau alat yang dioperasikan dengan didorong. Karena sesuai dengan antropometri ukuran genggaman tangan orang asia dewasa dan memenuhi fungsi untuk menyalurkan tenaga yang dibutuhkan mesin atau alat beroperasi.
275 mm
Kemudian juga dirancang kemiringan sebesar 45° terhadap arah mendatar. Kemiringan ini masih dapat dipertanggungjawabkan karena pergelangan tangan manusia rata-rata dapat ditekuk ke belakang sejauh 66°, dapat dilihat pada Lampiran 3 mengenai model ukuran manusia.
Menurut Yusianto (2012), dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitive (berulang-ulang), maka dalam penenpatan dan pengoperasian posisi handle (pengendali) harus seergonomis mungkin sehingga pengoperasiannya dalam keadaan yang paling efisien. Disamping itu untuk mendapatkan inklinasi (kemiringan) sudut posisi tangan atau kaki relative terhadap horisontal agar gaya maksimum dapat diterapkan. Inklinasi (kemiringan) juga berfungsi untuk memperkecil gaya yang dikeluarkan operator dalam mengoperasikan mesin atau alat.
Analisis Kinematik
1) Perhitungan perencanaan poros roda Poros dengan beban lentur murni a. Diketahui dari desain :
Beban total W = 28.215 kg (berat alat keseluruhan 20.2 kg dan berat brondolan jika penampung penuh 8.015 kg) menggunakan 1 poros dengan 2 roda
b. Jarak telapak roda g = 474.22 mm
c. Panjang lengan momen = (474.22/2) - 227 = 10.11 mm d. Besarnya momen lentur M = 28.215 x 10.11 = 285.25 kg.mm e. Jika bahan yang dipakai adalah S45C, maka B = 58 kg/mm²
f. jika faktor keamanan beban statis diambil 6 dan faktor perkalian beban dinamis diambil 4, sehingga seluruhnya menjadi 6 x 4 = 24.
g. Maka a = 58/24 = 2.4
h. ds = (10.2/2.4 x 285.25)^1/3 = 10.6 cm mm -> 11 mm Jadi dipilih poros bahan S45C dengan diameter minimal 11 mm 2) Perhitungan perencanaan poros pengutip
Poros dengan beban puntir
f. Dipilih bahan S45C dengan
𝜎𝑏 = 58 kg/mm²
k. Anggaplah diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah = 18 mm jari-jari filet = (18-16)/2 = 1 mm
Alur pasak 6 x 3.5 x 0.25
l. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga adalah 1/16 = 0.0625; 18/16 = 1.125 -> β = 1.25
Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak adalah 0.25/16 = 0.015 -> α = 2.8; α > β
Jadi dipilih poros dengan bahan S45C dengan diameter 18 mm 3) Analisis kebutuhan putaran pengutip
Diasumsikan tumbukan antara pengutip dengan brondolan adalah tumbukan lenting sempurna, sehingga kecepatan brondolan terlempar akan dihitung dengan rumus parabola = kecepatan pengutip.
y max = Vo^2 Sin ^2 α (8)
2g
= 0.1 m
α = 64.68°
Vo^2 = y max 2g brondolan masuk ke dalam penampung.
4) Analisis rpm roda teoritis dan kecepatan maju teoritis
Kecepatan maju alat sama dengan kecepatan orang berjalan sambil mendorong alat/mesin/gerobak/lainya = 2-3 km/jam (Eriyanto 2007). Diameter roda = 15.9 cm dan diameter pengutip = 21.8 cm.
Va1 = 2 km/jam = 0.55 m/s
Sedangkan kecepatan maju teoritis alat ini adalah antara 0.55-0.83 m/s 5) Analisis besar ground preasure
Traksi roda didefinisikan sebagai kemampuan satu mesin untuk menggerakkan seluruh komponen mesin karena adanya gaya dari roda penggerak. Besarnya traksi dipengaruhi oleh komposisi material, bentuk mikroskopis dua permukaan, berat alat, luas bidang kontak, gerak relatif dua permukaan, dan kondisi tanah.
Menurut Aswin (2015) Bearing capacity maksimum lahan sawit untuk
2 = V1/r
= 0.83/0.0795 = 10.44 rad/s
2 = 2πn/60
10.44 = 2 x 3.14 x n/60
n = 60 x 10.44/6.28 = 98 rpm
kendaraan yang yang diizinkan dari hasil survei adalah 90 kPa. Sehingga alat atau mesin dengan pround preassure kurang dari nilai tersebut akan aman untuk dioperasikan di lahan sawit.
Gambar 14 Luas kontak roda rantai dan roda ban dengan permukaan tanah
P = F/A = m.g/A (11)
A adalah luas penampang roda seperti gambar 10.
A = 0.78bl (12)
b = 2.5 cm = 0.025 m l = 8 cm = 0.08 m
Karena alat menggunakan 2 roda, jadi A = 2 x 0.78 x 0.025 x 0.08
= 0.00312 m²
F = 28.215 x 9.81/1000 = 0.276 kN
P = 0.276/0.00312 = 88.46 kPa < 90 kPa (baik) 6) Perhitungan perencanaan transmisi
Transmisi yang digunakan di alat ini adalah rantai dan sproket. Transmisi menyalurkan putaran dari poros roda kanan ke poros pengutip, dengan memperbesar rpm dari poros roda ke poros pengutip.
Rantai yang digunakan adalah jenis rantai rol a. P = 0.25 hp; n1 = 82 rpm
i = n1/n2 = 82/164 = 0.5; C = 420.48 mm b. fc = 1.3
c. Pd = 1.3 x 0.25 = 0.325 kW
g. Dari diagram pemilihan rantai rol dipilih rantai rol nomor 40 dengan rangkaian tunggal sementara diambil.
P = 12.70 mm; FB = 1950 kg; Fu = 300 kg
Harga z1 = 16, sudah lebih besar dari z1 minimal = 13 h. z2 = 16 x (164/82) = 32
i. v = 16 x 12.70 x 164/(60 x 1000) = 0.55 m/s j. Daerah kecepatan rantai 4 – 10 m/s
k. 0.55 m/s < 4 – 10 m/s -> baik l. F = 102 x 0.325/0.55 = 60.27 kg m. Sf = 1950/60.27 = 32.35 n. 6 < 32.35
60.27 kg < 300 kg -> baik
o. Akhirnya dipilih rantai nomor 40 rangkaian tunggal
p. Lp = (16 + 32)/2 + 2 x (420.48/12.70) + [(32 – 16)/6.28]²/(420.48/12.7) = 90.406 -> 91
Jadi dipilih rantai nomor 40 rangkaian tunggal, 91 mata rantai Jumlah gigi sproket 16 dan 32
Analisis Kebutuhan Daya 1) Perhitungan torsi alat
Torsi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat adalah
T = F x r (13)
= 276.8 x 0.08 = 22.144 Nm 2) Analisis kebutuhan daya alat
Daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat adalah
P (kW) = T x 2phi x rpm/60000 (14)
P rata-rata = 22.144 x 2phi x 82/60000 = 0.19 kW = 0.25 hp
P maksimum = 22.144 x 2phi x 98/60000 = 0.23 kW = 0.31 hp Tinjauan Ergonomika
Tinjauan ergonomika yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kelelahan atau beban kerja. Pengukuran tingkat kelelahan atau beban kerja dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung operator menggunakan alat Heart Rate Monitor (HRM) pada saat mengoperasikan alat. Kemudian dengan menggunakan rumus:
IRHR =HR 𝑤𝑜𝑟𝑘 HR 𝑟𝑒𝑠𝑡
Dimana : HR work = denyut jantung saat melakukan pekerjaan (denyut/menit) HR rest = denyut jantung saat istirahat (denyut/menit).
Didapat nilai IRHR. Dengan nilai IRHR tersebut dapat diketahui tingkat kelelahan atau beban kerja secara kualitatif.
Menurut Syuaib (2003), beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Beban kerja kualitatif dihitung sebagai rasio relatif suatu beban kerja terhadap kemampuan atau kapasitas kerja seseorang. Dalam penelitian ini, terminologi yang digunakan adalah IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). IRHR adalah indeks perbandingan relatif denyut jantung seseorang saat melakukan suatu aktivitas atau kerja terhadap denyut jantung saat beristirahat. Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan tingkat beban kerja kualitatif dari suatu aktivitas. Kategori kualitatif beban kerja berdasarkan IRHR dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 6 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR
Menghitung IRHR memerlukan data rata-rata denyut jantung operator ketika melakukan kerja dan istirahat. Lama waktu pengukuran denyut jantung ketika bekerja dan istirahat adalah selama 10 menit. Walaupun satu siklus pekerjaan tersebut kurang dari 10 menit, ketika ingin mengukur IRHR maka harus dilakukan selama minimal 10 menit. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data rata-rata denyut jantung yang merata, karena denyut jantung tidak akan serta merta naik dan konstan pada keadaan maksimum ketika bekerja jika siklus kurang dari 10 menit,
dan denyut jantung tidak serta merta turun dan konstan pada keadaan minimum ketika istirahat jika siklus kurang dari 10 menit (syuaib 2003).
Kekurangan alat ini dari tinjauan ergonomika adalah saat membawa alat dari tempat penyimpanan menuju ke kebun sawit. Jika jarak tempat penyimpanan cukup jauh maka proses ini akan sedikit mempersulit. Dimensi alat yang cukup panjang serta beban total yang berat membuat alat ini sulit dipindahkan. Jika dilakukan dengan cara didorong atau ditarik akan memakan waktu lama. Sehingga mobilisasi alat ini hanya dapat dilakukan dengan kendaraan yang cukup besar Hasil Uji Beban Kerja
Tabel 7 Pemetaan denyut nadi dan hasil perhitungan IRHR Operator Kegiatan Ulangan Rata-rata HR
IRHR Rata-rata
Hasil perhitungan IRHR disajikan pada Tabel 7. Data operator lebih lengkap terdapat di Lampiran 4. Nilai IRHR untuk operator 1 mengutip manual adalah sebesar 1.5 dan mengutip menggunakan alat sebesar 1.34. Kemudian untuk operator 2, nilai IRHR ketika mengutip manual sebesar 1.52 dan mengutip menggunakan alat sebesar 1.43. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai IRHR untuk pekerjaan mengutip brondolan secara manual oleh operator 1 maupun operator 2 masuk dalam kategori beban kerja sedang. Sedangkan nilai IRHR untuk pekerjaan mengutip brondolan dengan alat oleh operator 1 maupun operator 2 masuk dalam kategori ringan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat beban kerja atau kelelahan mengutip brondolan menggunakan alat ini lebih kecil dibandingkan dengan mengutip brondolan secara manual.
Hasil Simulasi
Simulasi menggunakan fasilitas simulation express analisys wizard yang terpadat pada software SolidWork 2013.
Gambar 15 Hasil simulasi beban statis pada rangka
Gambar 16 Hasil simulasi beban statis pada bagian pengutip
Gambar 17 Sketsa pengutipan brondolan tampak samping
Uji Kinerja
Uji kinerja dilakukan untuk memperoleh data-data serta mengevaluasi target-target teknis yang telah ditetapkan pada saat tahap perancangan. Tahap ini
Penguti Seroka
Penampun
juga menghasilkan spesifikasi alat yang dirancang, spesifikasi ini berguna untuk informasi mengenai hasil rancangan serta dapat digunakan untuk perbaikan alat selanjutnya. Uji kinerja dilakukan di kebun sawit Cikabayan Departemen Agronomi dan Holtikultura.
Gambar 18 Keadaan brondolan di sekitar pohon sawit di kebun sawit Cikabayan 1) Pengujian kecepatan maju alat
Pengujian pertama adalah menguji kecepatan maju alat dengan cara menjalankan alat di kebun pada lintasan sepanjang 5 meter. Alat dijalankan pada lintasan yang telah disediakan kemudian waktu tempuh alat diukur dengan stopwatch. Pengujian ini dilakukan sebanyak tujuh ulangan dan didapatkan kecepatan maju rata-rata alat.
Selain kecepatan maju, slip roda juga dihitung pada pengujian ini. Pengujian slip dilakukan dengan cara mengukur panjang lintasan ketika roda berputar sebanyak lima kali. Slip roda yang dikur adalah pada roda kanan dan roda kiri.
Tabel 8 Hasil pengujian kecepatan maju dan slip saat alat digunakan mengutip
Hasil pengujian menunjukkan rata-rata kecepatan maju aktual alat adalah sebesar 0.35 m/detik. Jika dilihat dari hasil perhitungan kecepatan maju teoritis di analisis kinematik, hasilnya berbeda cukup jauh. Rata-rata kcepatan maju teoritis yaitu sebesar 0.69 m/detik. Perbedaan ini disebabkan karena ketika pengujian kecepatan maju aktual alat di kebun dilakukan dengan alat yang sambil mengutip brondolan. Jadi alat dioperasikan dengan panjang lintasan 5 meter dengan beberapa brondolan di sebar dilintasan tersebut. Sehingga alat berjalan beberapa kali maju Ulangan Jarak tempuh
aktual (m)
mundur untuk mengutip brondolan yang menyebabkan waktu menempuh lintasan tersebut lebih lama dan berakibat kecepatanya lebih kecil dari teoritis.
Hasil pengujian rata-rata slip roda kanan sebesar 7.32% dan rata-rata slip roda kiri sebesar 6.23%. Keadaan tanah di kebun sawit saat pengujian sedikit lembab karena sedang musim penghujan, sehingga banyak tanah yang menempel di roda dan menyebabkan slip yang cukup besar. ecara keseluruhan hasil slip roda cukup seragam. Namun jika diperhatikan slip roda kanan di besar pada lima kali pengulangan. Hal tersebut terjadi karena pada poros roda kanan terdapat transmisi rantai dan sproket untuk menyaurkan putaran ke poros pengutip.sehingga torsi untuk berputarnya roda kanan lebih besar.
2) Pengujian kapasitas lapang pengutipan
Uji fungsional selanjutnya yaitu menguji kapasitasa lapang pengutipan alat yang dirancang. Pengujian ini dilakukan sebanyak lima kali ualangan di tempat yang sama dilakukan untuk pengujian pertama. Uji kapasitas lapang pengutipan ini dilakukan dengan cara mengoperasikan alat untuk mengutip brondolan di piringan pohon sawit yang sebelumnya sudah disebar brondolan sebanyak 30 butir.
Kemudian waktu yang diperlukan untuk mengutip semua brondolan di suatu luasan tersebut diukur dengan stopwatch. Setelah itu dengan menghitung luas area piringan pohon sawit maka akan dapat diketahui kapasitas lapang pengutipan alat yang telah dirancang ini.
Tabel 9 Hasil pengujian kapasitas lapang pengutipan Ulangan Luas area pengutipan
(m²)
Tabel diatas menunjukkan kapasitas lapang pengutipan alat sebesar 0.28 m²/detik. Luas piringan pohon sawit yang digunakan untuk pengujian ini adalah sebesar 18.85 m². Kemudian waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengutip brondolan pada satu piringan pohon sawit adalah 65.30 detik.
Tabel 10 Konversi kapasitas lapang pengutipan menggunakan alat
Tabel 11 Kapasitas lapang pengutipan secara manual Ulangan
Setelah dikonversi menjadi satuan kg/menit dan kg/jam, rata-rata kapasitas lapang pengutipan brondolan menggunakan alat ini adalah sebesar 0.26 kg/menit atau 16.18 kg/jam. Sedangkan rata-rata kapasitas pengutipan brondolan secara manual sebesar 0.88 kg/menit atau 53.32 kg/jam. Tabel 10 dan 11 menyajikan hasil pengujian kapasitas lapang pengutipan dengan menggunakan dan secara manual.
Berdasarkan data tersebut, jika dibandingkan dengan kapasitas pengutipan beberapa mesin dan alat yang sudah ada dan tertera di tinjauan pustaka, kapasitas pengutipan alat ini masih terlalu kecil. Kemudian jika dibandingkan dengan pengutipan secara manual, hasilnya juga sama. Kapasitas pengutipan alat ini masih lebih kecil.
Gambar 19 Ukuran piringan pohon sawit yang digunakan untuk pengujian 3) Pengujian effisiensi pengutipan
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk memudahkan pengerjaan mengutip brondolan-brondolan yang jatuh di sekitar pohon sawit. Serta dapat mengurangi jumlah losses panen sawit. Uji fungsional selanjutnya yaitu pengujian effisiensi pengtipan alat. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengoperasikan alat di piringan pohon sawit yang sebelumnya sudah disebar 30 butir brondolan sawit secara acak. Kemudian di akhir proses pengutipan akan dihitung berapa brondolan yang terkutip dan masuk ke dalam penampungan serta berapa jumlah brondolan yang tidak terkutip. Dengan begitu akan diketahui berapa persen effisiensi pengutipan pada alat ini.
Tabel 12 Hasil pengujian effisiensi pengutipan Ulangan
Setelah melakukan beberapa pengujian dan perbaikan pada alat, hasil pengujian akhir menunjukkan rata-rata effisiensi pegutipan adalah sebesar 65%.
Pengujian dilakukan sebanyak lima ulangan, effisiensi pengutipan terbesar adalah 70% sedangkan effisiensi pengutipan paling kecil adalah 56%. Kendala terbesar pengutipan di kebun sawit adalah kontur tanah yang tidak rata. Banyak gundukan yang terdapat di kebun sawit. Walaupun hampir semua brondolan yang jatuh di kebun selalu berada di dalam piringan, dan mayoritas piringan sawit kontur tanahnya lebih bagus dibanding daerah-daerah lain di kebun sawit, tapi tetap saja terdapat kontur tanah yang tidak rarta. Hal ini menyebabkan bagian serok alat ini membentur tanah yang tidak rata. Sehingga operator harus memaju mundurkan alat saat dioperasikan agar dapat berjalan kembali.
Selain kendala kontur tanah di kebun sawit kendala lainya adalah kecepatan putar pengutip (rpm) yang tidak konstan. Hal ini disebabkan karena alat dioperasikan dengan didorong, dan putaran pengutip diambil dari putaran poros roda. Walaupun kecepatan maju manusia saat mendorong mesin atau alat dapat dihitung rata-ratanya, namun dalam kenyataan saat mengoperasikan hal tersebut tidak dapat dikontrol dengan maksimal karena berbagai kendala.
Gambar 20 Beberapa contoh piringan pohon sawit di kebun
Semua hasil pengujian tersebut dilakukan di kebun sawit dengan lahan tanah dengan hanya sedikit tumbuh-tumbuhan atau serasah yang berserakan seperti
terlihat pada Gambar 15. Alat ini masih belum dapat dioperasikan di lahan yang ditumbuhi rumput, dari yang rumput pendek sampai tinggi. Hal ini disebabkan karena bentuk serokan serta bahanya yang terbuat dari plat besi. Ketika alat ini dicoba dijalankan di lahan rumput, serokan depan selalu menyangkut rerumputan dan alat tidak akan bisa maju lagi. Roller dibawah serokan berfungsi untuk mendeteksi gundukan tanah atau halangan yang ada di depan alat sehingga serokan otomatis akan naik, namun dalam kenyataan saat pengujian hal itu masih sulit tercapai. Bahan serokan yang terbuat dari plat besi mempunyai ujung yang cukup tajam sehingga akan selalu menancap di rerumputan dan menghambat jalanya alat.
Sedangkan roller dibawah serokan hanya bisa mengangkat serokan ketika mendeteksi adanya gundukan tanah, tidak dengan rerumputan, itupun masih kurang maksimal karena berbagai kendala.
4) Beberapa kendala saat pengujian dan modifikasi yang dilakukan
a. Desain awal alat hanya berupa rangka tanpa cover, jadi banyak brondolan terkutip yang terlempar keluar saat rpm terlalu besar. Rpm terkadang memang terlalu besar karena rpm bergantung pada kecepatan operator mendorong alat yang tidak bisa diatur secara konstan. Modifikasi dilakukan dengan menutup ruang terbuka antar rangka dengan jaring-jaring benang. Bahan ini dipilih karena mudah didapat dan tidak menambah beban alat serta bagian dalam alat masih bisa terlihat.
(a) (b)
Gambar 21 (a) Alat sebelum dipasang cover penutup (b) alat setelah dipasang cover penutup
b. Katika digunakan di lahan sawit, bagian serokan depan sering menancap ke tanah ketika alat menemui lahan yang terdapat gundukan atau menanjak dan itu menghambat jalannya alat. Hal ini dikarenakan serokan terlalu memanjang ke depan dan letak roller di bawah serokan yang dimaksudkan agar dapat mengangkat serokan ketika menemui gundukan terlelalu ke belakang. Sehingga serokan menancap ke tanah sebelum roller mendeteksi gundukan. Perbaikan dapat dilakukan dengan memanjangkan arm roller sehingga posisi roller akan semakin ke depan mendekati ujung serokan, namun jika dilakukan hal tersebut ujung serokan akan terangkat cukup tinggi sehingga ketika dioperasikan brondolan tidak dapat naik dan berhenti mengganjal antara ujung serokan dan pengutip. Maka dari itu dicari alternatif lain yaitu memperpendek serokan dengan memotong 1.5 cm
bagian depan serokan, serta mengganjal bawah serokan bagian depan dengan besi sehingga ketika terdapat gundukan tanak serokan akan ikut naik.
bagian depan serokan, serta mengganjal bawah serokan bagian depan dengan besi sehingga ketika terdapat gundukan tanak serokan akan ikut naik.