• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siklus III Nilai tertinggi 83,33 87,50 87,50

4.2.3 Pembahasan Siklus III

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di siklus III dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dengan materi usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya. Setelah dilaksanakan pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menggunakan model learning cycle 7E pada siklus III, diketahui bahwa:

1. Pada siklus III ini hampir seluruh siswa sudah berada di dalam kelas saat peneliti masuk ruang kelas.

2. Suasana kelas sudah kondusif sehingga keterlaksanaan penggunaan model learning cycle 7E sudah berjalan baik dan optimal sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pada tahap diskusi kelompok terlihat di semua kelompok setiap anggotanya sudah dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan baik satu sama lain. Hal ini adalah akibat dari semakin seringnya mereka bertatap muka dalam kelas maupun dalam kelompok. Pada saat diskusi kelas, antusiasme siswa baik bertanya maupun memberi pendapat meningkat secara signifikan, ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengangkat tangan dan berebut untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya.

4. Pada tahap praktikum atau eksperimen terlihat siswa mulai terbiasa melakukannya sehingga kerjasama antar anggota dalam kelompok sudah terjalin dengan baik dan seluruh siswa terlibat aktif dalam praktikum.

5. Pada saat tahap mempresentasikan hasil praktikum, semua kelompok sudah dapat mempresentasikan hasil pengamatannya dengan baik di depan kelas. 6. Pada siklus III ini efektifitas penggunaan waktu lebih baik, terlihat dari lebih

banyak kelompok yang dapat mencatat data dengan tepat dan lengkap, mampu menjawab pertanyaan dalam LKS serta melaporkan hasil praktikum selama praktikum berlangsung.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III secara umum lebih baik dari siklus II dan siklus I. Berdasarkan Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebesar 80,49 dengan ketuntasan klasikal 85.71% , nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa sebesar 82,14 dengan ketuntasan

klasikal 82.14%, dan nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa sebesar 80,95 dengan ketuntasan klasikal 82.14%. Berdasarkan Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik mengalami peningkatkan dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus II, sehingga pada siklus III ini hasil belajar siswa kelas VIII A pada setiap aspek telah memenuhi indikator keberhasilan.

Dari hasil analisis tiap indikator hasil belajar afektif yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada siklus III siswa memperoleh nilai tertinggi tetap untuk indikator kerapian pakaian sebesar 96,43, sebaliknya nilai terendah masih tetap untuk indikator kemampuan menyampaikan pendapat yang hanya sebesar 61,61. Pada siklus III nilai siswa untuk kehadiran di kelas, tanggung jawab, kerapian pakaian, dan bekerjasama dalam kelompok sudah sangat baik. Untuk indikator menghargai pendapat orang lain dan memperhatikan pelajaran sudah cukup, sedangkan untuk indikator menyampaikan pendapat nilai yang didapat masih rendah. Pada siklus III ini jumlah siswa yang berani berpendapat sudah begitu banyak sehingga hal ini bukan merupakan faktor rendahnya nilai untuk indikator menyampaikan pendapat. Hal yang menjadi penyebab yaitu karena tidak semua siswa dapat menyampaikan pendapatnya dengan jelas dan juga benar. Pada siklus III ini siswa sudah bisa lebih jelas dalam menyampaikan pendapatnya. Hal ini karena siswa sudah terbiasa untuk berbicara di dalam kelas dan di antara teman-temannya, sehingga dalam menyampaikan pendapatnya siswa sudah tidak lagi merasa kurang percaya diri, grogi, ataupun malu dan takut jika pendapatnya salah. Nilai siswa untuk indikator menghargai teman sudah cukup

baik, meskipun pada waktu pembelajaran di siklus III berlangsung pada tahap mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi, masih terlihat banyak siswa yang diam walaupun sebenarnya mereka tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan teman mereka di depan kelas. Selain itu itu juga masih tetap ada beberapa siswa yang berbicara sendiri dengan temannya walaupun dengan suara yang tidak keras. Akan tetapi pada siklus III ini sudah terlihat banyak siswa yang memperhatikan presentasi temannya yang sejalan dengan kondisi kelas yang semakin kondusif dan mendukung.

Dari hasil analisis tiap indikator hasil belajar psikomotorik yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada siklus III siswa memperoleh nilai tertinggi untuk indikator kerapian dan kebersihan alat praktikum yaitu sebesar 92,86, sebaliknya nilai terendah masih tetap untuk indikator kesungguhan mengamati percobaan yang hanya sebesar 66,96. Pada siklus III nilai siswa untuk indikator mempersiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan, kerapian dan kebersihan alat praktikum, dan efektifitas waktu sudah baik. Sebaliknya masih untuk indikator melaksanakan percobaan dan kesungguhan mengamati percobaan nilai yang didapat masih rendah. Rendahnya nilai kedua indikator ini masih disebabkan karena dalam melaksanakan percobaan siswa masih sering bertanya dan meminta bantuan pada guru, dan dalam melaksanakan percobaan siswa masih kurang cermat, kurang teliti, dan kurang bersungguh-sungguh.

Berdasarkan Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 dengan perhitungan menggunakan rumus gain ternormalisasi dapat diketahui bahwa dari siklus II ke siklus III hasil belajar siswa mengalami peningkatan juga dengan kategori rendah. Hasil belajar

kognitif mengalami peningkatan sebesar 0,238 yang berkategori rendah, hasil belajar afektif mengalami peningkatan sebesar 0,251 yang berkategori rendah, dan hasil belajar psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 0,152 juga dengan ketegori rendah. Dari siklus I ke siklus III hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan kategori sedang untuk aspek kognitif dan afektif serta rendah untuk aspek psikomotorik. Hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 0,310 yang berkategori sedang, hasil belajar afektif mengalami peningkatan sebesar 0,346 yang berkategori sedang, dan hasil belajar psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 0,264 dengan ketegori rendah.

Berdasarkan Tabel 4.4 dengan perhitungan menggunakan rumus gain ternormalisasi terhadap setiap indikator hasil belajar afektif dapat diketahui bahwa dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan nilai siswa pada semua indikator. Pada indikator kehadiran di kelas meningkat sebesar 0,227, menghargai pendapat orang lain meningkat sebesar 0,262, menyampaikan pendapat meningkat sebesar 0,218, dan memeperhatikan pelajaran meningkat sebesar 0,114, keempatnya masuk dalam kategori rendah, sedangkan untuk indikator tanggung jawab meningkat sebesar 0,4 dan bekerjasama dalam kelompok meningkat sebesar 0,583 yang masuk dalam kategori sedang. Apabila dirata-ratakan maka peningkatan tiap indikator hasil belajar afektif dari siklus II ke siklus III sebesar 0,305 dan sudah tetap tergolong sedang. Dari siklus I ke siklus III terjadi peningkatan nilai siswa pada semua indikator. Pada indikator kehadiran di kelas meningkat sebesar 0,227, menghargai pendapat orang lain meningkat sebesar 0,279, dan memeperhatikan pelajaran meningkat sebesar 0,262, ketiganya masuk dalam kategori rendah.

Untuk indikator tanggung jawab meningkat sebesar 0,471, kerapian pakaian meningkat sebesar 0,333 dan menyampaikan pendapat meningkat sebesar 0,348 yang masuk dalam kategori sedang. Untuk indikator bekerjasama dalam kelompok meningkat sebesar 0,722 dengan kategori tinggi. Apabila dirata-ratakan maka peningkatan tiap indikator hasil belajar afektif dari siklus I ke siklus III sebesar 0,378 dan sudah masuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan Tabel 4.5 dengan perhitungan menggunakan rumus gain ternormalisasi terhadap setiap indikator hasil belajar psikomotorik dapat diketahui bahwa dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan nilai siswa pada semua indikator. Pada indikator mempersiapkan alat dan bahan meningkat sebesar 0,4 dan kerapian dan kebersihan alat praktikum meningkat sebesar 0,385, keduanya masuk dalam kategori sedang. Indikator merangkai alat dan bahan meningkat sebesar 0,125, melaksanakan percobaan meningkat sebesar 0,081, kesungguhan mengamati percobaan meningkat sebesar 0,026, dan indikator efektifitas waktu meningkat sebesar 0,25, keempatnya masuk dalam kategori rendah. Apabila dirata-ratakan maka peningkatan tiap indikator hasil belajar psikomotorik dari siklus II ke siklus III sebesar 0,211 dan masih tetap tergolong rendah. Dari siklus I ke siklus III terjadi peningkatan nilai siswa pada semua indikator. Pada indikator mempersiapkan alat dan bahan meningkat sebesar 0,471, kerapian dan kebersihan alat praktikum meningkat sebesar 0,529, dan efektifitas waktu meingkat sebesar 0,625, ketiganya masuk dalam kategori sedang. Indikator merangkai alat dan bahan meningkat sebesar 0,125, melaksanakan percobaan meningkat sebesar 0,081, dan kesungguhan mengamati percobaan meningkat sebesar 0,051,

ketiganya masuk dalam kategori rendah. Apabila dirata-ratakan maka peningkatan tiap indikator hasil belajar psikomotorik dari siklus I ke siklus III sebesar 0,314 dan sudah masuk dalam kategori sedang.

Untuk mengetahui signifkansi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dari siklus II ke siklus III digunakan uji-t. Berdasarkan Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat diketahui bahwa untuk hasil belajar kognitif diperoleh nilai thitung sebesar 4,712, hasil belajar afektif diperoleh nilai thitung sebesar 4,974 dan untuk hasil belajar psikomotorik diperoleh nilai thitung sebesar 4,420, sementara ttabel untuk dk = (n-1) = (28-1) = 27 dan taraf signifikansi 95% adalah 1,703. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi adalah signifikan. Dari siklus I ke siklus III dapat diketahui bahwa untuk hasil belajar kognitif diperoleh nilai thitung sebesar 4,097, hasil belajar afektif diperoleh nilai thitung sebesar 8,204 dan untuk hasil belajar psikomotorik diperoleh nilai thitung sebesar 6,072, sementara ttabel untuk dk = (n-1) = (28-1) = 27 dan taraf signifikansi 95% adalah 1,703. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi adalah signifikan.Hasil belajar kognitif pada siklus III mengalami peningkatan yang signifikan tidak seperti pada siklus II. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya karena materi usaha dan daya memiliki tingkat kesulitan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan materienergi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik di siklus II.

Pada siklus III ini keaktifan siswa dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat dan menghargai pendapat teman meningkat secara signifikan, hubungan

antar siswa dalam kelompoknya bertambah kompak, kemampuan siswa dalam menarik sebuah kesimpulan dari praktikum dan diskusi juga meningkat. Penerapan pembelajaran dengan model learning cycle 7E pada siklus III secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus II, hal ini terbukti dari hasil belajar siswa yang telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Setelah menerapkan model learning cycle 7E pada kelas VIII A dapat disimpulkan bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi. sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Kanli & Yagbasan (2007) bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses dan penguasaan konsep siswa, serta senang terhadap pengelolaan laboratorium dengan model learning cycle 7E. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kusumaningsih (2011) yang menyatakan bahwa model learning cycle 7E dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa SMA pada materi Usaha dan Energi.

Dalam pelaksanaannya, setiap kelompok dengan hasil praktikum dan diskusi terbaik, siswa yang aktif, dan siswa yang mendapat nilai ulangan tertinggi akan mendapatkan penghargaan berupa nilai plus. Dengan cara ini terbukti bahwa siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih aktif dan lebih giat belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih baik .

75

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh simpulan bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi secara signifikan meskipun masih rendah. Dalam pelaksanaannya model learning cycle 7E diimplementasikan dengan pemberian penghargaan pada siswa yang aktif, pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi saat ulangan, serta pada kelompok dengan hasil praktikum dan diskusi terbaik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1) Aspek menyampaikan pendapat pada ranah afektif dan aspek kesungguhan mengamati percobaan pada ranah psikomotorik mendapatkan nilai terendah untuk ketiga siklus. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan untuk mencari penyelesaian terbaik pada masalah ini.

2) Hasil belajar siswa meningkat dengan diterapkannya model learning cycle 7E, oleh karena itu guru perlu menggunakan model learning cycle 7E sebagai

salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pokok bahasan fisika yang telah disesuaikan.

3) Ketersediaan sarana yang menunjang kegiatan siswa pada fase explore perlu diperhatikan, karena kurangnya sarana dapat mengganggu kegiatan eksplorasi siswa untuk memperoleh pengetahuan.

4) Model learning cycle 7E dapat digunakan dengan sasaran siswa pada tingkat SMA yang dapat dimodifikasi dengan cara memadukannya dengan pendekatan belajar tertentu untuk mengukur hasil belajar kognitif pada tingkatan taksonomi yang lebih tinggi.

5) Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model learning cycle 7E dengan tujuan selain hasil belajar siswa dan pada materi fisika yang berbeda.

77 Aksara.

Bybee, R.W., J.A. Taylor, A. Gardner, P.V. Scotter, J.C. Powell, A. Wesbrook, & N. Landes. (2006). “The BSCS 5E Instructional model: Origin, Effectivenes, and Application”. Tersedia:

http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary. pdf. [diakses 20-6-2012]. Demirdag, B., B. Feyzioglu, A.A.I. Cobanoglu, & E. Altun. (2011). “Developing

Instructional Activities Based On constructivist 7E Model: Chemistry Teachers’ Perspective”. Journal of Turkish Science Education. 8 (1), 19-26

Depdiknas. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mapel Sains. Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dorlince. (2008). “Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle)”.Jurnal Kewarganegaraan 10(01): 62-70.

Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E model. The Sciences Teacher 70 (6). 56-59. Tersedia: http://its-about-imr.com/htmls/ap/eisenkraft.pdf. [diakses 20-6-2012].

Fajaroh & Dasna (2009). Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Tersedia: http://sahaka.multiply.com/journal/item/29/pembelajaran dengan_model_siklus_belajar_learning_cycle [diakses 20-6-2012].

Hake, R. (1998). Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six-Thousand Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. Tersedia di http://physics.indiana.edu/sdi/ajpv3i.pdf

[diakses 20-6-2012].

Hardiansyah, D. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa SMA. Skripsi. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Huang. (2008). Embedding mobile technology to outdoor natural science learning

based on the 7E learning cycle. Institute of Graduate Institute of Learning & Instruction, National Central University. Tersedia: http://www.coe.ilstu. edu/scienceed/lorsbach/257/ircy.html [diakses 20-6-2012].

Kanli & Yagbasan. (2007). The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of Students’ Science Process Skills and Conceptual Achievement. Tersedia:

www.usca.edu/essays/specialedition/UKanlìandRYagbasan.pdf [diakses 20-6-2012].

Karplus & Thier. (1967). A New Look at Elementary School Science. Chicago: Rand McNally.

Krisno. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT Mentari Pustaka

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rifa’i & Anni. (2011). Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wasis.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusbuk.

Yuliana & Murniati. (2009). Upaya Meningkatkan Minat Siswa Pada Pembelajaran Fisika Berperspektif Crc (Children Rights Convention) Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Tersedia: http://e-jurnal. ikippgrismg.ac.id/index.php/JP2F/article/download/120/106 [diakses 20-6-2012]

79

1 ADITYA FADILAH MUSLIM Laki-laki 2 ANGGITA RATNA SAVITRI Perempuan 3 ARJUNA CAHYA BUANA Laki-laki 4 AURA MILIANA MIFTAKHUL A Perempuan 5 ARIFA NURUL ALDILA Perempuan 6 ADILA RESTI HAPSARI Perempuan 7 DEDI SETYO UTOMO Laki-laki

8 HANA SILMA H Perempuan

9 DINDA SEKAR WANGI Perempuan

10 ILMA HANIFA Perempuan

11 ILHAM KAUTSAR W Laki-laki 12 IQBAL TAUFIQ Laki-laki 13 M. SAIFUL ANWAR Laki-laki 14 MUTHIA EKA DESTYANA Perempuan 15 NADHILA PRISCA Perempuan 16 NILA SINTHA ANANTYA Perempuan 17 ODDIE YUVAN Laki-laki 18 OWEN CAESAR HADIPUTRA Laki-laki 19 REZA IQBAL ARDIANSYAH Laki-laki 20 SAFIRA AMNI RAHMA Perempuan 21 SANG NUR CAHYA WIDIUTAMA Laki-laki 22 SILVIA NURAISYAH Perempuan 23 TALITHA BELVA VAHLEPI Perempuan 24 TATRA PRIMA BALADINA Perempuan 25 TSANIA RAHMA AZZAHRA Perempuan 26 VINA ANGGRAINI Perempuan 27 ZAHRA AFIFAH PUTRI KINASIH Perempuan

Grid For Try Out Test

Education Unit : Junior High School

Subject : Physics

Class / Semester : VIII (eight) / 1 (one) Number of Problem : 62

Form of Problem : Multiple choice

Standards Competence : To understand the concept of movement, work, force, and energy in our daily life

Basic Competencies : Explain of relationship between forms of energy and the transformation, principal of “work and energy” and applied on daily life

No Indicator Aspect Number of

problem

C1 C2 C3 C4

1 Show the forms of energy and the example in daily life

1, 4 2, 3, 6 ― 5, 7 7

2 Applied the concept of energy and the transformation on daily life 13 14, 16 11 10, 15, 17 7 3 Describe the conservation of energy from the example on daily life

8 9 18, 20 12,19 6

4 Differentiate the concept of kinetic energy and potential energy

21, 22 23, 25 26 24 6

5 Applied the concept of kinetic energy and potential energy on daily life 27 29, 30, 36 31, 33 28, 32, 37 9 Lampiran 2

No Indicator Aspect Number of problem C1 C2 C3 C4 6 Describe the conservation of mechanic energy from the example on daily life

34 35 38, 39 40 5

7 Explain works and the relationship between works and energy 41, 43, 48 42, 51, 53, 54 44, 45, 50 46, 47, 49, 52 14

8 Show role of power on daily life 56 55 57, 58, 60, 61, 62 59 8 Total 12 17 16 17 62 Persentase 19.35% 27.42% 25.80% 27.42% 100%

TRY OUT TEST

Dokumen terkait