Keadaan Umum Penelitian
Penyimpanan merupakan salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara menghindari dan menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut (Syamsu, 2003). Masa simpan suplemen pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu jenis bahan pakan dan kemasan yang digunakan, lokasi penyimpanan serta metode penyimpanan. Suplemen pakan yang digunakan dalam penelitian yaitu berasal dari campuran jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum), kromium (Cr) organik dan CLA (Conjugated Linoleic Acid) yang dibuat dari kedelai sangrai. Suplemen pakan tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang berbeda serta komposisi bahan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan ternak sapi perah dan ayam petelur. Suplemen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
S4L S3L S2L S1L S0L
S4A S3A S2A S1A S0A
Gambar 4. Jenis Suplemen yang digunakan dalam Penelitian
Keterangan : S0= Suplemen komersial (kontrol), S1= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2= (Kedelai sangrai+G. lucidum), S3= (Cr organik+G. lucidum), S4= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum). S0L, S1L, S2L, S3L dan S4L = Suplemen Sapi Perah. S0A, S1A, S2A, S3A dan S4A = Suplemen Ayam Petelur.
Penyimpanan suplemen pakan pada penelitian dilakukan selama 8 minggu. Menurut Hall (1980), penyimpanan yang terlalu lama akan berakibat buruk seperti adanya kerusakan pada bahan makanan yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ransum. Kerusakan suplemen pakan dapat dikendalikan dengan penggunaan kemasan. Pengemasan terhadap suplemen bertujuan untuk melindungi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar. MenurutHarris dan Karmas (1989), hasil pengolahan dan penyimpanan dapat dikendalikan dengan pengemasan, termasuk pengendalian cahaya, konsentrasi oksigen, kadar air, perpindahan panas, kontaminasi dan serangan makhluk hayati. Kemasan yang digunakan pada penelitian yaitu plastik polietilen berukuran 100 x 60 cm yang dipotong-potong menjadi ukuran 2 kg. Menurut Syarief dan Irawati (1988), plastik dapat digunakan sebagai bahan kemasan karena dapat melindungi produk dari cahaya, udara, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Kemasan plastik polietilen mempunyai keuntungan yaitu permeabilitas uap air dan air rendah, mudah dikelim panas dan fleksibel.
Suplemen pakan penelitian disimpan di dalam lemari bufet berukuran sekitar 1 x 1 m2 yang terletak di Wisma Nuansa Sakinah, Babakan Tengah, Dramaga, Bogor. Pengamatan suhu dan kelembaban pada waktu yang sama diharapkan dapat mewakili perubahan suhu dan kelembaban yang terjadi setiap harinya. Rataan suhu dan kelembaban relatif ruang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Selama Penyimpanan (September-November 2009)
Minggu ke- Suhu (oC) Kelembaban Relatif (%)
1 27,9±0,3 86±2,6 2 27,6±0,4 89±1,3 3 26,8±0,2 92±2,1 4 26,7±0,3 93±2,8 5 26,9±0,2 90±2,4 6 27,4±0,2 86±1,1 7 26,3±0,3 95±3,0 8 26,3±0,2 95±1,5 Rataan 27,0 ± 0,3 90,8 ± 2,1 20
Suhu ruang selama penyimpanan berkisar antara 26-27 oC sedangkan kelembaban relatif berkisar antara 86% – 95%. Menurut Syarief dan Halid (1993), suhu dan kelembaban relatif batas aman untuk penyimpanan yaitu berkisar antara 27-30 oC dan kelembaban relatif kurang dari 70%. Data suhu ruang penyimpanan telah sesuai dengan suhu aman untuk penyimpanan, akan tetapi kelembaban yang tinggi tidak sesuai dengan kelembaban aman penyimpanan. Kelembaban yang tinggi pada ruang penyimpanan dikarenakan letak lemari bufet tempat penyimpanan suplemen pakan berdekatan dengan wastafel yang berakibat pada lembabnya lemari penyimpanan yang digunakan. Curah hujan yang cukup tinggi pada waktu penyimpanan bulan September 2009 – November 2009 menyebabkan adanya peningkatan suhu sebelum turun hujan sehingga membuat kondisi ruang penyimpanan menjadi semakin lembab. Menurut Winarno (2007) bahan menjadi lebih awet jika disimpan dalam kondisi yang tepat, artinya jangan disimpan pada lokasi yang lembab, sebaiknya terkemas dengan baik dan tidak ada peluang terkontaminasi serangga atau jasad renik.
Suhu dan kelembaban yang tinggi pada ruang penyimpanan akan mempengaruhi sifat fisik serta pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, khamir dan kapang pada suplemen pakan yang disimpan sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas dari suplemen. Menurut Ahmad (2009), suhu optimal yang sesuai untuk pertumbuhan cendawan yaitu berkisar antara 25-32 oC dengan kelembaban optimal di atas 85%.
Suplemen Pakan Sapi Perah
Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terikat dan air bebas yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen (Syarief dan Halid, 1993). Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa pada bahan. Kadar air dalam bahan menentukan kesegaran dan daya awet bahan, karena kadar air yang tinggi menyebabkan bakteri, kapang dan khamir mudah berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan (Winarno, 1997).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis suplemen dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kadar air suplemen pakan selama penyimpanan. Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, maka nilai kadar air suplemen semakin meningkat meskipun nilai kadar air pada perlakuan S0L, S1L, S2L, S3L dan S4L berubah-ubah setiap minggunya. Kadar air suplemen pakan pada minggu ke-0 memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan minggu ke-2, ke-4, ke-6 dan ke-8. Perubahan kadar air dapat disebabkan karena adanya pengaruh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan. Tabel 2 menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban selama penyimpanan berubah-ubah. Menurut Winarno et al. (1980) selama proses penyimpanan kadar air disebabkan oleh adanya pengaruh suhu dan kelembaban. Apabila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan kelembaban udara sekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi. Alasan lain yang dapat menjelaskan berubahnya kadar air saat penyimpanan yaitu adanya proses respirasi pada bahan. Hasil dari proses respirasi salah satunya adalah uap air, hal inilah yang menyebabkan kadar air bahan meningkat.
Tabel 3. Rataan Kadar Air Suplemen Pakan Sapi Perah Selama Penyimpanan (%)
Lama Penyimpanan (Minggu)
Perlakuan Rataan
0 2 4 6 8
Interaksi antara jenis suplemen dengan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kadar air suplemen pakan. Tabel 3 menunjukkan bahwa suplemen pada perlakuan S4L pada penyimpanan minggu ke-2
S0L 0,30±0,08k 0,29±0,03k 0,82±0,51k 0,48±0,20k 0,60±0,19k 0,50±0,20a
S1L 9,56±0,15opq 10,25±0,08qr 10,01±0,17opqr 9,86±0,23opq 9,76±0,18opq 9,89±0,16c S2L 9,96±0,09opq 9,96±0,37opq 10,10±0,13pqr 9,98 ± 0,30opq 9,71±1,18opq 9,94±0,42c S3L 7,13±0,15l 7,43±0,22lm 8,41±0,19n 7,94±0,22mn 9,33±0,12o 8,05±0,18b S4L 9,49±0,14op 10,71±0,97r 10,19±0,56pqr 9,79±0,32opq 10,12±0,19pqr 10,06±0,44c Rataan 7,29±0,12a 7,73±0,34b 7,90±0,31b 7,61±0,26b 7,90±0,37b
Keterangan: Superskrip a, b dan c pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Superskrip k, l, lm, mn, n, o,op, opq, opqr, pqr, qr dan r menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). S0L= Suplemen komersial (kontrol), S1L= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2L= (Kedelai sangrai +G. lucidum), S3L= (Cr organik+G. lucidum), S4L= (Kedelai sangrai +Cr organik+G. lucidum).
mempunyai kadar air tertinggi. Penyimpanan 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu pada perlakuan S0L mempunyai kadar air terendah. Hal tersebut dikarenakan setiap jenis suplemen pakan berasal dari komposisi dan karakteristik bahan yang berbeda dalam penyerapan air. Suplemen pakan dengan penambahan kedelai sangrai pada perlakuan S1L, S2L dan S4L lebih tinggi meningkatkan kadar air selama 8 minggu penyimpanan. Kedelai sangrai mempunyai ukuran partikel lebih halus serta luas permukaan lebih besar dibanding G. lucidum, sehingga daya absorbsi air dari udara ke dalam bahan lebih tinggi. Menurut Sakti (2009) bahan pakan dedak padi memiliki ukuran partikel lebih halus dibandingkan jagung giling, sehingga memiliki luas permukaan dan daya absorbsi air lebih besar, oleh karena itu menyebabkan kadar air bahan meningkat. Perlakuan S0L memiliki kadar air terendah (0,50%), hal tersebut dikarenakan komposisi mineral-mineral yang terkandung dalam suplemen memiliki bahan kering (BK) yang tinggi.
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kadar Air Suplemen Pakan Sapi Perah dengan Lama Penyimpanan
Grafik hubungan antara kadar air dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5. Kadar air suplemen pakan berkorelasi positif dengan lama penyimpanan. Korelasi positif menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka kadar air suplemen pakan semakin meningkat. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kadar air mempunyai persamaan regresi y = 0,055x + 7,463. Hubungan (korelasi) antara kadar air dengan lama penyimpanan menunjukkan hubungan yang linier (r= 69,05%). Peningkatan kadar air yang terjadi sebesar
69,05% disebabkan oleh lama penyimpanan, sisanya 30,95% dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu dan kelembaban ruang penyimpanan, jenis bahan dan kemasan yang digunakan, komposisi bahan penyusun suplemen pakan serta metode penyimpanan.
Kadar air suplemen pakan saat awal penyimpanan (Tabel 3) telah sesuai dengan kadar air yang aman untuk penyimpanan bahan-bahan hasil pertanian yaitu 13% – 14% (Syarief dan Halid, 1993). Hal tersebut menunjukkan bahwa suplemen penelitian dalam keadaan yang baik untuk disimpan. Kadar air awal bahan sebelum disimpan harus diperhatikan, karena kadar air bahan dapat menentukan daya simpan, seperti dikemukanan oleh Hall (1980) bahan dengan kandungan air yang lebih rendah akan lebih tinggi daya simpannya dibandingkan dengan bahan dengan kadar air yang lebih tinggi.
Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian kuantitatif secara ilmiah dalam data numerik yang dikumpulkan untuk menetapkan standar dan hubungan spesifik antara karakteristik produk dengan penerimaan panelis (Lawless dan Haymann, 1998). Selama 8 minggu penyimpanan tidak terjadi perubahan pada warna dan tekstur suplemen pakan, namun terjadi perubahan pada bau suplemen pakan. Hasil organoleptik warna suplemen pakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Organoleptik Warna Suplemen Pakan Sapi Perah Selama Penyimpanan
Perlakuan Lama Penyimpanan (Minggu)
0 2 4 6 8
S0L Putih Gading Putih Gading Putih Gading Putih Gading Putih Gading
S1L Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat
S2L Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
S3L Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
S4L Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Keterangan: S0L= Suplemen komersial (kontrol), S1L= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2L= (Kedelai
sangrai+G. lucidum), S3L= (Cr organik+G. lucidum), S4L= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum.
Warna merupakan faktor penentu dalam penilaian bahan pakan sebelum faktor lain, seperti bau dan tekstur dipertimbangkan secara visual (Winarno, 1997).
Berdasarkan Tabel 4 perlakuan S0L memeiliki warna putih gading, perlakuan S1L memiliki warna kuning pucat, karena komposisi suplemen pakan lebih banyak menggunakan kedelai sangrai, sedangkan perlakuan S3L memiliki warna coklat dikarenakan komposisi suplemen pakan lebih banyak menggunakan G. lucidum. Perlakuan S2L dan S4L mempunyai warna kuning kecoklatan, karena berasal dari campuran bahan kedelai sangrai yang mempunyai warna kuning pucat dan Cr organik serta G. lucidum memiliki warna coklat, sehingga menghasilkan warna akhir kuning kecoklatan. Warna yang berbeda-beda pada suplemen dikarenakan bahan penyusun suplemen yang berbeda berupa kedelai sangrai, G. lucidum dan Cr organik. Menurut Winarno (1997), warna pada bahan dapat berasal dari pigmen alami bahan itu sendiri, reaksi karamelisasi, reaksi Maillard, reaksi senyawa organik dengan udara dan penambahan zat-zat warna alam atau buatan. Warna asli dari kedelai sangrai yaitu kuning pucat, Cr organik dan G. lucidum berwarna coklat, sedangkan suplemen komerisal (kontrol) berwarna putih gading.
Aspek yang dinilai pada kriteria tekstur adalah kasar serta halusnya suplemen yang dihasilkan. Tekstur dapat digunakan sebagai indikator kerusakan dalam pakan. Tekstur yang dinilai pada pengujian ini yaitu tesktur yang dirasakan pada saat suplemen diraba dengan tangan. Hasil organoleptik tekstur suplemen pakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Organoleptik Tekstur Suplemen Pakan Sapi Perah Selama Penyimpanan
Perlakuan Lama Penyimpanan (Minggu)
0 2 4 6 8
S0L Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus Sangat Halus
S1L Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar S2L Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar S3L Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar S4L Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Keterangan: S0L= Suplemen komersial (kontrol), S1L= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2L= (Kedelai
sangrai+G. lucidum), S3L= (Cr organik+G. lucidum), S4L= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum.
Tekstur suplemen yang dihasilkan dipengaruhi oleh campuran bahan baku dalam suplemen. Komposisi pada perlakuan S1L, S2L dan S4L lebih banyak menggunakan kedelai sangrai yang memiliki tekstur sedikit kasar. Perlakuan S3L
memiliki tekstur kasar, karena campuran komposisi banyak menggunakan G. lucidum, sedangkan pada S0L memiliki bentuk mash yang sangat halus
Bau merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kualitas suatu bahan pakan. Menurut Winarno (1997), bau merupakan bagian dari citarasa bahan makanan. Bau suatu bahan disebabkan karena adanya komponen yang mempunyai sifat volatil. Hasil organoleptik bau suplemen pakan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Organoleptik Bau Suplemen Pakan Sapi Perah Selama Penyimpanan
Perlakuan Lama Penyimpanan (Minggu)
0 2 4 6 8
S0L Tidak
Menyengat Menyengat Menyengat
Sangat Menyengat Sangat Menyengat S1L Agak Menyengat Agak Menyengat Agak Menyengat Agak Menyengat Menyengat S2L Agak Menyengat Agak Menyengat Agak Menyengat Menyengat Sangat Menyengat S3L Menyengat Agak Menyengat Agak
Menyengat Menyengat Menyengat
S4L Agak
Menyengat
Agak Menyengat
Agak
Menyengat Menyengat Menyengat
Keterangan: S0L= Suplemen komersial (kontrol), S1L= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2L= (Kedelai sangrai+G. lucidum), S3L= (Cr organik+G. lucidum), S4L= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum.
Perlakuan S0L memiliki bau khas mineral, S1L, S2L dan S4L berbau harum kedelai serta S3L berbau khas jamur. Perlakuan S0L memiliki bau khas mineral yang semakin lama waktu penyimpanan maka timbul bau apek yang sangat menyengat, sedangkan perlakuan S1L mempunyai bau harum kedelai agak menyengat pada awal penyimpanan dan pada akhir penyimpanan mulai tercium bau apek yang menyengat. Perlakuan S2L dan S4L memiliki bau harum kedelai agak menyengat saat awal penyimpanan dan di akhir penyimpanan terjadi perubahan bau dengan timbul bau apek yang sangat menyengat pada S2L dan menyengat pada perlakuan S4L, sedangkan pada perlakuan S3L memiliki bau khas jamur yang menyengat saat awal penciuman, lalu pada penyimpanan minggu ke-2 dan 4 terjadi perubahan bau khas jamur yang hanya agak menyengat dan pada penyimpanan 6 serta 8 minggu bau khas
jamur sudah tidak menyengat, akan tetapi tercium bau apek yang menyengat pada suplemen pakan.
Tidak terjadinya perubahan warna dan tekstur pada suplemen pakan menunjukkan bahwa suplemen pakan dalam kondisi yang baik untuk disimpan, sedangkan terjadinya perubahan bau pada suplemen pakan menunjukkan telah terjadi penyimpangan bau selama proses penyimpanan yang dipengaruhi oleh bahan-bahan dari G. lucidum, Cr organik dan kedelai sangrai yang digunakan dengan komposisi yang berbeda sehingga mempengaruhi baunya. Berdasarkan Tabel 6, semakin lama penyimpanan menyebabkan bau suplemen pakan berubah menjadi bau apek yang menyengat.
Suplemen Pakan Ayam Petelur
Kadar Air
Kadar air merupakan pengukuran kandungan air total yang terkandung dalam bahan tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air (Syarief dan Halid, 1993). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis suplemen, lama penyimpanan dan interaksi antara keduanya menunujukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap kadar air suplemen pakan selama penyimpanan.
Kadar air suplemen pakan pada perlakuan S0L, S1L, S2L, S3L dan S4L meningkat pada minggu ke-2 dan ke-4, namun mengalami penurunan pada penyimpanan minggu ke-6 (Tabel 7), hal tersebut menunjukkan bahwa pada minggu ke-6 terjadi absorbsi uap air dari bahan oleh udara akibat dari penurunan kelembaban relatif ruang penyimpanan pada minggu ke-6 (Tabel 2). Kadar air mengalami peningkatan kembali pada minggu ke-8 penyimpanan, hal tersebut selaras dengan peningkatan kelembaban relatif ruang penyimpanan (Tabel 2). Menurut Suadnyana (1998), kandungan air bahan senantiasa berubah dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu dan kelembaban selama penyimpanan. Meningkatnya kadar air disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan (suhu dan kelembaban) selama proses penyimpanan. Apabila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan kelembaban udara sekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi (Winarno et al., 1980).
Interaksi antara jenis suplemen dengan lama penyimpanan mempengaruhi nilai kadar air suplemen pakan. Perlakuan S2A pada penyimpanan 8 minggu memiliki kadar air tertinggi, sedangkan perlakuan S3A pada penyimpanan minggu ke-0 memiliki kadar air terendah. Perbedaan kadar air suplemen pakan disebabkan karena suplemen pakan mempunyai kandungan air awal yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan baku penyusun suplemen. Jenis suplemen baik komersial (kontrol) maupun campuran G. lucidum, Cr organik dan kedelai sangrai dapat menjaga kadar air suplemen selama penyimpanan 8 minggu meskipun kadar air suplemen pakan meningkat selama disimpan pada kondisi ruang penyimpanan yang sangat lembab. Ruang penyimpanan yang sangat lembab dapat menyebabkan kerusakan bahan seperti menunjang pertumbuhan mikroorganisme terutama kapang. Menurut Syarief et al. (2003) kadar air yang aman dari pertumbuhan kapang yaitu 13% – 14%.
Tabel 7. Rataan Kadar Air Suplemen Pakan Ayam Petelur Selama Penyimpanan (%)
Lama Penyimpanan (Minggu)
Perlakuan Rataan
0 2 4 6 8
Suplemen pakan dengan penambahan kedelai sangrai pada perlakuan S1A, S2A dan S4A lebih tinggi meningkatkan kadar air selama 8 minggu penyimpanan. Tekstur dari kedelai sangrai yang lebih halus dari G. lucidum menyebabkan peningkatan kadar air tersebut. Kedelai sangrai memiliki tekstur dan ukuran partikel yang lebih halus dari pada G. lucidum sehingga daya penyerapan air ke dalam bahan lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 7 kadar air suplemen pakan masih termasuk kadar air yang aman untuk penyimpanan. Menurut Syarief dan Halid (1993), kadar air aman untuk disimpan yaitu sekitar 13% – 14%, sedangkan kadar air aman dari gangguan
S0A 8,44±0,41lmn 8,86±0,12mnop 9,18±0,24nopq 8,63±0,15lmno 9,61±0,56pqrs 8,94±0,30b S1A 9,87±0,86qrst 9,88±0,15qrst 9,93±0,48qrst 9,63±0,23pqrs 10,24±0,05stu 9,91±0,35c S2A 8,87±0,42mnop 10,14±0,22rstu 10,91±0,53uv 10,47±0,42tu 11,61±0,54v 10,40±0,43d S3A 7,21±0,77k 7,84±0,47kl 8,78±0,31mno 8,12±0,44lm 9,13±0,39nopq 8,22±0,48a S4A 7,82±0,14kl 8,45±0,20lmn 9,37±0,68opqr 8,61±0,25lmno 9,78±0,52qrst 8,81±0,36b Rataan 8,44±0,52a 9,03±0,23b 9,63±0,45c 9,09±0,30b 10,08±0,41d
Keterangan: Superskrip a,b dan c pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Superskrip k, kl, lm, lmn, lmno, mno, mnop, nopq, opqr, pqrs, qrst, rstu, stu, tu, uv dan v menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). S0A= Suplemen komersial (kontrol), S1A= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2A= (Kedelai sangrai+G. lucidum), S3A= (Cr organik+G. lucidum), S4A= (Kedelai sangrai +Cr organik+G. lucidum).
kerusakan yaitu sekitar 11% – 12%. Kadar air suplemen masih aman disimpan selama 8 minggu dikarenakan penyimpanan didukung oleh kemasan yang digunakan yaitu plastik polietilen yang mempunyai pori-pori kecil pada permukaan plastiknya, hal ini didukung oleh Syarief dan Irawati (1988) yang mengemukakan bahwa kemasan plastik polietilen mempunyai permeabilitas uap air dan air rendah.
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Kadar Air Suplemen Pakan Ayam Petelur dengan Lama Penyimpanan
Hubungan antara kadar air suplemen dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 6. Hubungan antara kadar air suplemen dengan lama penyimpanan memiliki hubungan yang linier (r= 84,34%) dengan persamaan regresi y = 0,166x + 8,589. Hubungan yang linier menunjukkan bahwa kadar air dan lama penyimpanan memiliki korelasi positif, yaitu semakin lama penyimpanan maka kadar air suplemen semakin meningkat. Peningkatan yang terjadi dikarenakan adanya absorbsi uap air dari udara oleh suplemen pakan yang disebabkan oleh tingginya suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama penyimpanan sehingga menyebabkan kadar air suplemen pakan meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kadar air yaitu sebesar 15,16% dipengaruhi oleh jenis bahan serta komposisi bahan penyusun suplemen pakan yang berbeda dalam penyerapan uap air.
Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan pengujian mutu bahan yang dinilai dari sifat-sifat bahan yang tidak dapat diukur dengan peralatan fisik selain menggunakan indera manusia sebagai alat pengukur. Organoleptik seperti warna, tekstur dan bau
dapat mempengaruhi daya tarik ternak dalam mengkonsumsi pakan. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa selama penyimpanan tidak terjadi perubahan terhadap warna dan terkstur suplemen, namun terjadi perubahan terhadap bau suplemen pakan. Hasil organoleptik warna pada suplemen pakan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Organoleptik Warna Suplemen Pakan Ayam Petelur Selama Penyimpanan
Perlakuan Lama Penyimpanan (Minggu)
0 2 4 6 8 S0A Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
S1A Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat Kuning Pucat
S2A Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat S3A Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat S4A Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Keterangan: S0A= Suplemen komersial (kontrol), S1A= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2A=
(Kedelai sangrai+G. lucidum), S3A= (Cr organik+G. lucidum), S4A= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum)
Warna merupakan salah satu faktor dalam bahan pakan yang berhubungan dengan penampakan pada suplemen. Berdasarkan Tabel 8, perlakuan S0A memiliki warna kuning kecoklatan, sedangkan perlakuan S1A memiliki warna kuning pucat karena komposisi pada perlakuan S1A lebih banyak menggunakan kedelai sangrai yang memiliki warna awal bahan kuning pucat dibandingngkan dengan Cr organik yang memiliki warna bahan coklat. Perlakuan S2A, S3A dan S4A mempunyai warna coklat, dikarenakan komposisi bahannya lebih banyak menggunakan G. lucidum.
Tekstur merupakan salah satu indikator dalam penentuan kualitas suatu bahan pakan. Berdasarkan Tabel 9, perlakuan S0A memiliki tekstur halus. Perlakuan S2A, S3A dan S4A mempunyai tekstur yang kasar, hal tersebut disebabkan oleh kompoisisi suplemen banyak menggunakan G. lucidum yang memiliki tekstur kasar. Perlakuan S1A memiliki tekstur sedikit kasar karena komposisi kedelai sangrai lebih banyak dari Cr organik sehingga suplemen perlakuan tersebut memiliki tekstur sedikit kasar. Perbedaan tekstur yang dihasilakan disebabkan karena perbedaan bahan-bahan suplemen, selain itu proses penggilingan bahan juga mempengaruhi
tekstur suatu bahan. Berdasarkan penilaian secara subjektif oleh panelis, suplemen campuran G. lucidum yang lebih banyak akanmenghasilkan tekstur yang kasar. Tabel 9. Hasil Organoleptik Tekstur Suplemen Pakan Ayam Petelur Selama
Penyimpanan
Perlakuan Lama Penyimpanan (Minggu)
0 2 4 6 8
S0A Halus Halus Halus Halus Halus
S1A Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar Sedikit Kasar
S2A Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar
S3A Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar
S4A Kasar Kasar Kasar Kasar Kasar
Keterangan: S0A= Suplemen komersial (kontrol), S1A= (Kedelai sangrai+Cr organik), S2A= (Kedelai sangrai+G. lucidum), S3A= (Cr organik+G. lucidum), S4A= (Kedelai sangrai+Cr organik+G. lucidum)
Penilaian yang paling mudah untuk mengetahui penurunan mutu bahan adalah dengan cara mencium secara langsung bau bahannya. Jika bau khas bahan masih normal menunjukkan bahan belum mengalami kerusakan, akan tetapi jika terjadi perubahan timbul bau pengap (apek) dan bau tengik, maka mutu bahan akan menurun karena telah terjadi kerusakan pada bahan. Menurut Tofan (2008), bau merupakan suatu sensasi rangsangan dari sel olfaktori di dalam hidung terhadap zat volatil. Penciuman terhadap bau merupakan pengenalan produk dengan berdasarkan baunya dan sifatnya lebih kompleks dari pencicipan terhadap rasa (Soekarto, 1985). Hasil organoleptik terhadap bau yang dilakukan oleh panelis menunjukkan bahwa terjadi perubahan bau selama proses penyimpanan.
Berdasarkan Tabel 10 perlakuan suplemen komersial (S0A) memiliki bau tengik menyengat saat awal penyimpanan dan pada akhir penyimpanan bau tengik yang tercium menjadi sangat menyengat. Bau tengik yang dihasilkan dikarenakan komposisi dari suplemen komersial mengandung asam amino dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (Lampiran 2). Menurut Winarno (2007), bau tengik merupakan bau yang tidak sedap akibat terjadinya degradasi lemak atau asam lemak.