• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

G. Pembahasan

Pada bab ini membahas tentang hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn. H pada Ny. S dengan Hipertensi.Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 April 2013 sampai tanggal 28 April 2013.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry, 2009).

Menurut Murwani (2011), penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg, diastole 90 mmHg). Berdasarkan tinggi rendahnya diastolic maka dapat beberapa gradasi tekanan darah tinggi, meliputi : hipertensi berat apabila diastole lebih besar dari 130 mmHg, hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105 sampai 129 mmHg, hipertensi ringan apabila tekanan diastole 90 sampai 104 mmHg, dan hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan tak terdapat kelainan organ-organ, dan hipertensi maligna adalah tekanan diastole lebih dari 120 mmHg, hipertensi sistolik apabila

15

tekanan darah systole melebihi 10 mmHg. Nilai normal tekanan darah menurut WHO 120/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Berdasarkan teori tersebut dari hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Ny. S didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg dan termasuk hipertensi ringan.

Tanda gejala hipertensi yaitu, yang pertama nyeri kepala saat terjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah.Kedua yaitu, penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari hipertensi.Ketiga yaitu, ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat. Keempat yaitu, nokturia (sering berkemih di malam hari ) karena adanya peningkatan tekanan darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Kelima yaitu, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler (Ardiansyah 2012).Berdasarkan teori di atas dilihat dari tanda gejala hipertensi sesuai yang dirasakan Ny. S, dimana Ny. S mengeluh nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah.

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yaitu, resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

16

sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke kortek serebral.Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter dan Perry, 2006).

Penyebab hipertensi di antaranya yaitu, yang pertama genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini dibanding mereka yang tidak. Kedua yaitu, jenis kelamin dan usia laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Ketiga yaitu, diet konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.Keempat yaitu, berat badan atau obesitas 25 persen lebih berat di atas berat badan ideal juga sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi. Kelima yaitu, gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan (Ardiansyah, 2012).

Berdasarkan teori di atas sesuai pada Ny. S dimana Ny. S mengalami hipertensi didukung oleh faktor genetik dimana orang tua dari Ny. S juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Dilihat dari umur Ny. S juga sudah memasuki usia pasca menopause dimana umur Ny. S sudah berumur 75 tahun. Pada wanita karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah, maka kadar estrogen akan menurun setelah menopause 45-50 tahun (Noorkasiani, 2009).

17

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004). Menurut teori Setiadi (2008), keluarga lanjut usia mempunyai tugas perkembangan yaitu penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, melakukan life review masa lalu. Berdasarkan teori di atas dari hasil pengkajian didapatkan keluarga Tn. H merupakan tahap perkembangan usia lanjut, hal tersebut dikarenakan umur Tn. H sudah 76 tahun. Hal tersebut didukung oleh teori dari Setyonegoro (1984),dikatakan usia lanjut apabila telah berumur lebih dari 65 tahun Noorkasiani (2009). Selanjutnya terbagi ke dalam usia 70 sampai 75 tahun (young old), 75 sampai 80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).

Hasilpengkajian tahap perkembangan keluarga Tn. H dan Ny. S adalah tahap perkembangan usia lanjut. Usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga dapat disimpulkan manusia secara perlahan mengalami kemunduran dan fungsi organ (Nugroho, 2008).

18

Riwayat keluarga sebelumnya Ny. S mempunyai penyakit keturunan dari orang tua yaitu hipertensi tetapi Ny. S tidak mempunyai penyakit menular, sedangkan Tn. H tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular. Menurut Ardiansyah (2012), wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena darah tinggi dari pada pria dan beberapa faktor yang berkaitan dengan berkembangnya hipertensi diantaranya yaitu genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit hipertensi dan mereka yang tidak. Berdasarkan teori tersebut di atas sesuai bahwa Ny. S mempunyai penyakit keturunan (genetik) dari orang tua Ny. S yaitu hipertensi.

Fungsi keluarga Ny. S dalam mengenal masalah mengatakan belum mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi. Menurut Setiadi (2008), fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Berdasarkan lima fungsi keluarga yaitu, yang pertama ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah apabila keluarga tidak mengetahui tentang persepsi terhadap keparahan penyakit, pengertian, tanda gejala, faktor penyebab, persepsi keluarga terhadap masalah (Achjar, 2010).

19

Berdasarkan teori di atas dari hasil pengkajian didapatkan keluarga Tn. H dalam mengenal masalah, keluarga Tn. H belum mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah fase proses keperawatan. Pada fase ini perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menginterpretasikan data pengkajian dan mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien (Kozier, 2011). Berdasarkan pengkajian diatas didapat diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi.

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan (problem/P) yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.Diagnosa keluarga mengacu pada P-E-S dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA maupun Doengoes sebagai masalah individu yang sakit dan etiologi (E) (Muhlisin, 2012). Berdasarkan teori tersebut, dari hasil pengkajian pada keluarga Tn. H didapatkan diagnosa keperawatan keluarga nyeri akut pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi. Berdasarkan diagnosa keperawatan keluarga tersebut dapat dilihat problem (P) adalah nyeri akut

20

dan etiologi (E) ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah keluarga tentang penyakit hipertensi.

Langkah diagnosa keperawatan harus dilakukan secara efektif dalam menghasilkan dan melengkapi rencana asuhan keperawatan. Yaitu data fokus yang penulis dapatkan peningkatan tekanan darah adalah data subyektif Ny. S mengatakan nyeri P (provocate), Q (quality) nyeri seperti dipukul, R (region) nyeri dibagian kepala, S (Scale) : skala 6, T (time) pada saat beraktivitas. Menurut Ardiansyah (2012), pada kasus hipertensi gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala (rasa berat di tengkuk, palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebih, tremor otot, nyeri, ekspansi, pandangan kabur atau ganda tinitus (telinga mendenging) serta kesulitan tidur. Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter dan Perry, 2006).

Diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan yaitu nyeri akut pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn .H dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi.Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas penulis merumuskan etiologi tentang ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi. Menurut Setiadi (2008), fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

21

tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. Sedangkan pada kasus keluarga Tn. H fungsi keluarga dalam mengenal masalah mengatakan belum mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Kozier (2011), rencana keperawatan adalah fase proses keperawatan dan sistematis dan mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Rencana asuhan keperawatan berisi tindakan yang harus perawat lakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan klien dan mewujudkan hasil yang diharapkan.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 pukul 10.00 WIB dengan tujuan umum setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan rumah diharapkan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 2, dan tujuan khusus setelah dilakukan tindakan selama 2 kali kunjungan rumah keluarga mampu menyebutkan pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, dan tanda gejala hipertensi.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan pasien yaitu didapatkan tanda- tanda vital didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernafasan 16 kali per menit. Menurut Murwani (2011), penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole mengalami kenaikan yang

22

melebihi batas normal (tekanan systole diatas 140 mmHg, diastole 90 mmHg). Sehingga dengan pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi memerlukan tindakan untuk selalu di periksa tekanan darahnya.

Kaji karakteristik nyeri, dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri klien. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stres dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu. Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keberadaan dan sifat nyeri.Indikator perilaku efek nyeri meliputi ekspresi wajah meringis, menggeletukkan gigi, mengernyitkan dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar serta menggigit bibir. Pada kasus Ny. S tampak meringis kesakitan saat nyeri timbul.

Ajarkan keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi, dengan rasional agar klien bisa mengambil manfaat dari obat-obatan tradisional yaitu seledri. Menurut Utami (2008), seledri berkhasiat sebagai obat hipertensi, sakit mata, masuk angin, mual dan rematik karena mengandung hidrat arang, fosfor, zat besi vitamin A, B1 dan C serta sponin, flavonoid, polifenol dan zat apiin. Cara pembuatan yaitu 3 batang seledri masing-masing sepanjang 20 cm cuci bersih seledri lalu tumbuk hingga bahan halus, campurkan dengan 50 ml air kemudian peras.

Ajarkan teknik relaksasi, dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri pada klien.Menurut Poter dan Perry (2006), latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol dan

23

rangkaian seta relaksasi kelompok otot, klien mulai latihan bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dadat mengembang penuh.Saat klien melakukan pola pernafasan yang teratur.Kegiatan ini menciptakan sensasi melepaskan ketidaknyamanan dan stres.Secara bertahap klien dapat merealisasikan otot tanpa harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut.Saat klien mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas tehadap pengalaman nyeri menjadi minimal.

Anjurkan minum obat captopril 5 miligram per 12 jam, dengan rasional agar tekanan darah klien menurun. Menurut Ardiansyah (2008) terapi obat pada penderita hipertensi yaitu captopril 12,5 – 25 miligram sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Menurut Rudianto (2013), cara kerja obat tersebut adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian hipertensi, tanda gejala hipertensi, dan penyebab hipertensi dengan rasional untuk meningkatkan pengetahuan pada klien tentang hipertensi.Menurut Potter dan Perry (2005), pendidikan kesehatan merupakan untuk mengetahui dan mendapat informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan dan risiko yang dihadapinya.Materi pendididkan yang disiapkan harus mudah dipahami.

24

4. Implementasi

Menurut Kozier (2011), implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan berdasarkan terminologi. Nursing Intervention Classification (NIC) adalah pengaturan energy yang digunakan untuk merawat atu mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi (Wilkinson, 2007).Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (program keperawatan).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 pukul 10.00 WIB mengobservasi tanda tanda vital, respon subyektif Ny. S mengatakan bersedia diperiksa dan respon obyektif tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 96 kali per menit. Pukul 10.20 WIB mengajarkan cara membuat obat tradisional (seledri) didapatkan respon subyektif Ny. S mengikui apa yang diajarkan, dan respon obyektif Ny. S tampak paham. Pukul 10.45 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, didapatkan respon subyektif Ny. S mengatakan mulai bisa teknik relaksasi nafas dan Respon obyektif Ny. S dapat melakukan nafas dalam dengan baik. Pukul 11.00 WIB menganjurkan minum obat Captopril 25 miligram per 12 jam, didapatkan respon subyektif Ny. S mengatakan mau diberi obat, dan respon obyektif Captopril 25 miligram masuk lewat mulut. Pukul 11.30 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, dan tanda gejala hipertensi dan didapatkan respon subyektif Ny. S mengatakan

25

mau memperhatikan dan mendengarkan, dan respon obyektif Ny. S tampak paham.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 27 April 2013, yaitu pukul 10.00 WIB mengobservasi vital sign, didapatkan respon subyektif Ny. S mengatakan bersedia diperiksa, dan respon obyektif tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 kali per menit. Pukul 10.45 WIB mengkaji karakteristik nyeri, didapatkan respon subyektif Ny. S mengatakan nyeri berkurang, dengan P (provocate) peningkatan tekanan darah, Q (quality) nyeri seperti dipukul sudah hilang, R (region) nyeri dibagian kepala, S (Scale) skala 2, T (time) pada saat beraktivitas, dan respon obyektif wajah tampak rileks.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Melalui evaluasi perawat menunjukkan tanggung jawab tanggung gugat terhadap tindakan mereka, menunjukkan perhatian pada hasil tindakan keperawatan dan menunjukkan keinginan untk tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif tetapi mengadopsi yang lebih efektif (Kozier, 2011).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 28 April 2013 pukul 11.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP didapatkan data subyektif Ny. S mengatakan nyeri sudah berkurang, dengan P (provocate) peningkatan tekanan darah sudah berkurang, Q (quality) nyeri seperti dipukul sudah hilang, R (region)

26

nyeri dibagian kepala sudah hilang, S (Scale) : skala 2, T (time) pada saat beraktivitas. Keluarga Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan tanda gejala penyakit hipertensi.Dan data obyektif pasien tampak rileks, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 kali per menit. Berdasarkan data subyektif dan obyektif di atas dapat dianalisis masalah sudah teratasi dan planning intervensi kunjungan ke rumah Tn. H dihentikan.

B. Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Pengkajian Ny. S mengeluh nyeri kepala P (provocate) Ny. S pengkajian tekanan darah, Q (quality) Nyeri seperti dipukul, R (region) nyeri dibagian kepala, S (Scale) : skala 6, T (time) pada saat beraktivitas, Ny. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi sudah 2 tahun yang lalu. Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik pada Ny. S didapatkan data untuk tanda- tanda vital didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 96 kali per menit, pernafasan 16 kali per menit, berat badan 42 kg dan Tinggi badan 160 cm. Keluhan kepala pusing, nyeri saat beraktivitas, nyeri seperti dipukul, nyeri di bagian kepala, skala nyeri 6.

b. Diagnosa keperawatan yaitu prioritas diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut pada Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn . H dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi.

27

c. Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri, ajarkan keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi, ajarkan teknik relaksasi, anjurkan minum obat captopril 5 miligram per 12 jam, berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi dan tanda gejala hipertensi.

d. Implementasi dalam asuhan keperawatan keluarga pada Ny.S dengan hipertensi telah disesuai dengan intervensi yang dibuat oleh penulis yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji karakteristik nyeri, mengajarkan keluarga membuat obat tradisional untuk hipertensi, mengajarkan teknik relaksasi, menganjurkan minum obat captopril 5 miligram per 12 jam, memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi dan tanda gejala hipertensi e. Evaluasi tindakan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode

SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Evaluasi yang dilakukan pada hari ketiga yaitu Ny. S mengatakan nyeri sudah berkurang, dengan P (provocate) peningkatan tekanan darah sudah berkurang, Q (quality) nyeri seperti dipukul sudah hilang, R (region) nyeri dibagian kepala sudah hilang, S (Scale) : skala 2, T (time) pada saat beraktivitas. Keluarga Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang pengertian, penyebab, dan tanda gejala penyakit hipertensi. dan Data obyektif pasien tampak rileks, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 kali per menit. Sehingga dapat di analisis masalah sudah teratasi dan planning intervensi kunjungan ke rumah Tn. H dihentikan.

28

2. Saran

a. Bagi Penulis

Penulis hanya melakukan asuhan keperawatan tentang nyeri hipertensi, diharapkan penulis selanjutnya menulis tentang komplikasi hipertensi.

b. Bagi Institusi

1). Bagi Puskesmas Hasil studi kasus ini diharapkan puskesmas dapat memberikan

pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien hipertensi khususnya.

2). Bagi pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkankodeetikkeperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, I. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakart : Sagung Ardiansyah. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta : Diva Press

Igbal, I, W. 2009.Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Kozier, A. 2010.Fundamental Keperawatan.Jakarta : Buku Kedokteran EGC Murwani, A. 2011.Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen

Publishing

Muhlisin, I. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakayta : Gosyen Publishing Noorkasiani, I, 2009.Keperawatan Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika Nugroho, I. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Potter dan Perry, I. 2005. Fundamental Keperawatan.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Potter dan Perry, I. 2006. Fundamental Keperawatan.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Potter dan Perry, A. 2009. Fundamental Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika Rosyid, F, N. 2011. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dan Terjadinya

Kekambuhan pada Pasien Hipertensi di Wilayah Puskemas Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura.http:// .hipertensi.co.id. Diakses Pada tanggal 3 Mei 2013

Rudianto, I. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes.Yogyakarta : Sakkhasuma

Setiadi, 2008.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suprajitno, I. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Utami. 2008. TanamanObat. Jakarta : Agromedi

Widagdo. 2013. Data Presentase Penyakit Hipertensi di Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Diambil Pada Tanggal 26 April 2013

Wilkinson, I. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta : Duta Kurnia Utama

Dokumen terkait