• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Serangan (%)

Rataan persentase serangan di Kecamatan Hmaparan Perak sangat beragam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. 1 Rataan Persentase Serangan di Kecamatan Hamparan Perak Persentase Serangan (%)

Sampel Desa Rataan

Kota Rantang H.Perak Lama Klambir

1 90 90 100 100 95 2 75 35 80 35 56,25 3 40 75 90 60 66,25 4 95 100 95 90 95 5 90 60 80 80 77,5 6 95 75 50 70 72,5 7 55 90 75 75 73,75 8 85 80 70 80 78,75 9 75 100 60 75 77,5 10 70 95 90 95 87,5 Rataan 77 80 79 76 78

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase serangan di Kecamatan Hamparan Perak yang diperoleh adalah sebesar 78%. Pengambilan sampel dilakukan di empat desa Kecamatan Hamparan Perak, yaitu Desa Kota Rantang sebesar 77%, Desa Hamparan Perak sebesar 80%, Desa Lama sebesar 79%, dan Desa Klambir sebesar 76%. Perbedaan jumlah imago pada masing-masing desa disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, seperti halnya arah angin dan pemahaman petani terhadap pengendalian hama O.rhinoceros. Hal ini sesuai dengan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan seranggga

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar . Salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas; suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi.

Data yang ditunjukkan pada Tabel 1 menyatakan bahwa rataan persentase serangan tertinggi di Desa Hamparan Perak sebesar 80% dan rataan terendah terdapat di Desa Klambir sebesar 76%. Perbedaan ini disebabkan karena petani di desa Hamparan Perak jarang melakukan sanitasi kebun kelapa, sehingga

O.rhinoceros banyak berkembang pada daerah tersebut. Sedangkan di desa

Klambir banyak peyang melakukan pemeliharaan tanaman yaitu melakukan sanitasi kebun sehingga persentase serangan di sampel desa ini tidak begitu tinggi.

Gambar 7. Histogram Persentase Serangan di Desa Kota Rantang

Histogram Persentase Serangan di Desa Hamparan Perak

P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa

0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 74 75 76 77 78 79 80 81 1 2 3 4

Gambar 9. Histogram Persentase Serangan di Desa Lama

Gambar 10. Histogram Persentase Serangan di Desa Klambir

Gambar 9. Histogram Persentase Serangan Keempat Sampel Desa

P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa P ers en ta se S era n g an Sampel Desa

Regresi Antara Pemupukan dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 2 : Lampiran 5.1.1) terdapat hubungan yang signifikan (Ha diterima Ho ditolak) antara pemupukan dengan persentase serangan O.rhinoceros.

Tabel 2. Regresi antara pemupukan dengan persentase serangan O. rhinoceros L.

Model Jumlah Kuadrat Derajat bebas Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 1719.970 1 1719.970 6.272 .017a

Residual 10420.030 38 274.211

Total 12140.000 39

Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara pemupukan

dengan persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,017* (sign. < 0,05) dan thitung > ttabel = 2,504 > 2,025.

Gambar 12. Grafik Regresi Antara Pemupukan dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Y = 60,883 + 4,125X Rxy = 0,017

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemupukan (x1) bersifat signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi adalah 0,017 (Ha diterima dan Ho ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa terdapat

hubungan yang sangat erat antara pemupukan dengan persentase serangan

O. rhinoceros dan semakin tinggi pemupukan maka semakin tinggi pula

persentase serangan O.rhinoceros. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanaman kelapa, pemberian pupuk N dapat menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras sehingga tanaman lebih disukai hama O.rhinoceros, pupuk yang sering digunakan petani kelapa di Kecamatan Hamparan perak adalah pupuk makro (N,P,K), urea, dan SP36. Hal ini sesuai dengan Warisno (1998) pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa, dosis pemupukan kelapa pada daerah yang satu tidak sama dengan daerah lain dan berbeda pula sesuai umur tanaman kelapa. Dan Menurut Damanik et al (2011) pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium.

Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 3 : Lampiran 5.2.1) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (Ho diterima Ha ditolak) antara pengendalian hama dengan persentase serangan O.rhinoceros.

Tabel 3. Regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan O. rhinoceros L. Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 9.191 1 9.191 .029 .866a

Residual 12130.809 38 319.232

Total 12140.000 39

Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara pengendalian

hama dengan persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,866 (sign. > 0,05) dan thitung < ttabel = 0,170 < 2,025.

Gambar 13. Grafik Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pengendalian hama (x2) bersifat tidak signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi 0,866 (H0 diterima Ha ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang erat antara pengendalian hama dengan persentase

Y = 75,520 + 0,27X Rxy = 0,866

serangan O. rhinoceros. Hal ini dikarenakan teknik pengendalian hama yang dilakukan petani tidak efisien, karena hampir seluruh petani kelapa hanya membiarkan saja O. rhinoceros menyerang tanaman kelapanya, sehingga tidak

terdapat pengendalian yang tepat. Hal ini sesuai dengan Balai Penelitian Kelapa (1989) yang menyatakan bahwa rekomendasi yang paling

umum untuk mencegah ledakan populasi O.rhinoceros pada waktu peremajaan adalah membakar batang kelapa yang ditebang. Tetapi petani menganggap cara ini tidak praktis untuk diterapkan, walaupun pada musim kemarau. Jika batang kelapa tersebut hanya terbakar di bagian luarnya, kumbang masih dapat berbiak di bagian dalamnya.

Regresi Antara Sanitasi dengan Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L.

Dari hasil analisis sidik ragam regresi linier (Tabel 4 : Lampiran 5.3.1) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (Ho diterima Ha ditolak) antara sanitasi dengan persentase serangan O.rhinoceros.

Tabel 4. Regresi antara pengendalian hama dengan persentase serangan

O. rhinoceros L. Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat

Tengah F hitung Sig.

Regresi 265.838 1 265.838 .851 .362a

Residual 11874.162 38 312.478

Total 12140.000 39

Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai koefisien regresi antara sanitasi dengan

persentase serangan O.rhinoceros adalah 0,362 (sign. > 0,05) dan thitung < ttabel = -0,922 < 2,025).

Gambar 14. Grafik Regresi Antara Pengendalian Hama dengan Persentase Serangan O.rhinoceros

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sanitasi (x3) bersifat tidak signifikan terhadap persentase serangan O. rhinoceros (y) dengan koefisien regresi 0,362 (Ho diterima dan Ha ditolak). Pada pengamatan diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang erat antara sanitasi dengan persentase serangan

O. rhinoceros. Hal ini dikarenakan sanitasi kebun tidak dilaksanakan dengan baik

oleh para petani kelapa, sehingga adanya pengaruh kebersihan kebun terhadap penyebaran dan perkembangan O. rhinoceros, dan pemeliharaan yang kurang baik dapat menyebabkan populasi hama tinggi, tetapi juga dipengaruhi lingkungan, baik suhu maupun kelembaban. Hal ini sesuai dengan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam dan faktor luar (yang berada di lingkungan sekitarnya), salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri atas: suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi.

Y = 92,926 – 1,453X Rxy = 0,362

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah konsep pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk meminimalisasikan serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 10% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 50% tidak mengetahui PHT. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 30% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 30% mengetahui mengenai PHT, 40% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 40% mengetahui mengenai PHT, 30% kurang mengetahui mengenai PHT, dan 30% tidak mengetahui PHT (Lampiran 1 Kuesioner no.11).

Hasil wawancara diketahui bahwa seluruh responden di Desa Kota Rantang, Desa Hamparan Perak, Desa Lama, dan Desa Klambir tidak pernah menerapkan PHT (Lampiran Kuesioner no.12). menurut responden, hal ini disebabkan oleh keterbatasn modal, kurangnya pemahaman dan pengetahuan petani mengenai PHT, dan tidak pernah dilakukannya penyuluhan pertanian mengenai PHT pada O. rhinoceros sehingga petani tidak pernah bertanya kepada

penyuluh pertanian mengenai pengendalian O.rhinoceros tersebut (Lampiran 1 Kuesioner no.14).

Pengetahuan tentang organisme pengganggu tanaman (OPT) akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk mengendalikan OPT tersebut. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 10% kurang

mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 10% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 90% mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros, 10% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros,

dan 10% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 100% mengetahui ciri tanaman yang terserang O.rhinoceros, 0% kurang mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros, dan 0% tidak mengetahui ciri tanaman yang terserang

O.rhinoceros (Lampiran 1 Kuesioner no.3).

Hasil wawancara seluruh responden banyak yang menyatakan bahwa hama ini sulit dikendalikan. Di Desa Kota Rantang 90% menyatakan sulit dikendalikan 10% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Desa Hamparan Perak 80% menyatakan sulit dikendalikan 20% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Desa Lama 100% menyatakan sulit dikendalikan, 0% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan. Dan Desa Klambir 90% menyatakan sulit dikendalikan 10% menyatakan tidak terlalu sulit dikendalikan dan 0% menyatakan mudah dikendalikan (Lampiran 1 Kuesioner no.7). Sehingga seluruh responden tidak

melakukan pengendalian terhadap O.rhinoceros dan dibiarkan saja (Lampiran 1 Kuesioner no. 15).

Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, tanaman kelapa memerlukan unsur hara esensial, yaitu unsur makro (N, P, K, Ca, Mg dan Belerang) yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih besar dan unsur mikro (Boron, Tembaga, Mangan, Molybdad, dan Zeng) yang dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil. Hasil survei terhadap 10 petani kelapa di Desa Kota Rantang diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 30% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidak pernah melakukan pemupukan. Dari 10 petani di Desa Hamparan Perak diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 50% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 50% tidak pernah melakukan pemupukan. Dari 10 petani kelapa di Desa Lama diketahui bahwa 0% melakukan pemupukan rutin, 30% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidak pernah melakukan pemupukan. Dan dari 10 petani kelapa di Desa Klambir diketahui bahwa 10% melakukan pemupukan rutin, 20% melakukan pemupukan tidak rutin, dan 70% tidakpernah melakukan pemupukan (Lampiran 1 Kuesioner no.8).

Dokumen terkait