• Tidak ada hasil yang ditemukan

= nilai tengah

i = efek blok ke-i

j = efek pemberian pupuk Organik Cair (N) pada taraf ke-j

δij = efek galat dari blok ke-i dari pemberian pupuk Organik Cair (N) pada taraf ke-j

k = efek perlakuan Varietas (V) pada taraf ke-k

( )jk = efek interaksi pemberian pupuk Organik Cair (N) pada taraf ke-j dan perlakuan Varietas (V) pada taraf ke-k

ijk = efek galat pada blok ke-i akibat pemberian pupuk Organik Cair (N) pada katagori ke-j dan pengaruh Varietas (V) pada taraf ke-k

Jika dari sidik ragam diperoleh efek yang nyata, maka dilanjutkan dengan

uji beda berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. (Steel and Torrie, 1995)

Hasil

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST, tinggi tanaman 5 MST, tinggi tanaman 6 MST, tinggi tanaman 7 MST dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman 2 MST, tinggi tanaman 3 MST, jumlah cabang primer, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST, tinggi tanaman 3 MST, tinggi tanaman 4 MST, tinggi tanaman 5 MST, tinggi tanaman 6 MST, tinggi tanaman 7 MST, jumlah cabang primer, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji dan tidak berbeda nyata terhadap parameter bobot biji per tanaan. Interaksi antara varietas dan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Nilai duga heritabilitas dari setiap parameter bernilai rendah sampai tinggi.

Persentase Perkecambahan (%)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 7 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap persentase perkecambahan dan interaksi antara varietas dan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan.

Rataan persentase perkecambahan dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Persentase Perkecambahan (%) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 (Kontrol) N1 (1 : 2 : 5) N2 (1 : 3 : 5) N3 (1 : 4 : 5) Rata-Rata BNT .05 V1 (Anjasmoro) 74.68 78.18 75.91 78.18 76.74a 7.12 V2 (Kipas Putih) 62.46 60.75 72.41 66.51 65.53bc 7.12 V3 (Sinabung) 67.16 68.92 74.68 66.65 69.35b 7.12 Rata-rata 68.10 69.28 74.33 70.45

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (74.33 %) dan terendah pada N0 (68.10 %). Sedangkan rataan persentase perkecambahan tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V1 (76.74%) dan terendah pada V2 (65.53%).

Histogram rataan persentase perkecambahan dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Rataan Persentase Perkecambahan dari Uji Varietas Kedelai

Tinggi Tanaman (cm)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 9, 11, 13, 15, 17 dan 19 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST. Perlakuan varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST dan 7 MST. Sedangkan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

Minggu Setelah Tanam Perlakuan

2 3 4 5 6 7 Pupuk Organik Cair

N0 (Kontrol) 10,62 16,3 24.70 a 36.85 ab 50.83 a 70.87 a N1 (1 : 2 : 5) 10,74 16,32 23.74 a 35.80 c 48.99 a 67.88 a N2 (1 : 3 : 5) 10,47 16,28 24.77 a 37.18 a 50.53 a 70.12 a N3 (1 : 4 : 5) 9,9 15,21 22.48 b 33.13 d 44.53 b 60.84 b BNT.05 N - - 1.22 0.59 2.47 5.80 Varietas V1 (Anjasmoro) 13.26 a 20.30 a 30.01 a 43.57 a 58.55 a 74.30 a V2 (Kipas Putih) 8.48 c 13.20 c 19.91 b 30.11 c 41.72 b 60.83 c V3 (Sinabung) 9.55 b 14.58 b 21.85 b 33.55 b 45.90 b 67.15 b

BNT.05 V 0.70 1.20 2.31 3.07 4.26 6.19

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman 7 MST tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N0 (70.87 cm) dan terendah pada N3 (60.84 cm). Sedangkan rataan tinggi tanaman 7 MST tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V1 (74.30 cm) dan terendah pada V2 (60.83 cm).

Grafik rataan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik cair dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Rataan Tinggi Tanaman (cm) dari Perlakuan Pupuk Organik Cair

Grafik rataan tinggi tanaman dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Rataan Tinggi Tanaman (cm) dari Uji Varietas Kedelai Jumlah Cabang Primer (buah)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 21 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap jumlah cabang primer dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang primer.

Rataan jumlah cabang primer (buah) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Primer (buah) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS

V1 8.67 8.25 8.75 8.08 8.44c 1.53 V2 13.92 13.25 16.00 15.50 14.67a 1.53 V3 11.17 11.50 14.17 13.33 12.04b 1.53 Rata-rata 11.25 11.00 12.97 12.30

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang primer tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (12.97 buah) dan terendah pada N1 (11.00 buah). Sedangkan rataan jumlah cabang primer tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (14.67 buah) dan terendah pada V1 (8.44 buah).

Histogram rataan jumlah cabang primer dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Histogram Rataan Jumlah Cabang Primer (buah) dari Uji Varietas Kedelai

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 23 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang produktif, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap jumlah cabang produktif dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif.

Rataan jumlah cabang produktif (buah) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Cabang Produktif (buah) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata BNT.05 V1 7.92 7.75 8.25 7.75 7.92c 1.19 V2 13.75 12.67 15.75 15.42 14.40a 1.19 V3 11.17 11.33 14.17 11.33 12.00b 1.19 Rata-rata 10.95 10.58 12.72 11.50

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan jumlah cabang produktif tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (12.72 buah) dan terendah pada N1 (10.58 buah). Sedangkan rataan jumlah cabang produktif tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (14.40 buah) dan terendah pada V1 (7.92 buah).

Histogram rataan jumlah cabang produktif dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram Rataan Jumlah Cabang Produktif (buah) dari Uji Varietas Kedelai

Umur Berbunga (HST)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 25 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap umur berbunga dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.

Rataan umur berbunga (HST) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Umur Berbunga (HST) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata BNT.05 V1 38.42 38.42 37.92 39.50 38.57a 0.81 V2 44.17 42.83 42.83 44.50 43.58c 0.81 V3 39.67 40.50 40.67 40.75 40.40b 0.81 Rata-rata 40.75 40.58 40.47 41.58

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan umur berbunga tertinggi pada

perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N3 (41.58 HST) dan terendah pada N2 (40.47 HST). Sedangkan rataan umur berbunga tertinggi pada perlakuan

varietas terdapat pada V2 (43.58 HST) dan terendah pada V1 (38.57 HST).

Histogram rataan umur berbunga dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Histogram Rataan Umur Berbunga (HST) dari Uji Varietas Kedelai

Umur Panen (HST)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 27 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap umur panen, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap umur panen dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter umur panen.

Rataan umur panen (HST) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Umur Panen (HST) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata BNT.05 V1 89.09 88.83 89.08 88.50 88.88a 1.63 V2 94.58 95.33 94.58 95.08 94.89c 1.63 V3 92.00 92.33 93.08 92.83 92.56b 1.63 Rata-rata 91.89 92.16 92.25 92.14

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan umur panen tertinggi pada

perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (92.25 HST) dan terendah pada N0 (91.89 HST). Sedangkan rataan umur panen tertinggi pada perlakuan varietas

terdapat pada V2 (94.89 HST) dan terendah pada V1 (88.88 HST).

Histogram rataan umur panen dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Histogram Rataan Umur Panen (HST) dari Uji Varietas Kedelai Jumlah Polong per Tanaman (Buah)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 29 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per

tanaman, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap jumlah polong per tanaman dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman.

Rataan jumlah polong per tanaman (buah) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Polong per Tanaman (buah) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V) NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata BNT.05 V1 72.75 69.67 80.67 64.75 71.96c 11.79 V2 94.67 74.08 93.42 84.25 86.61b 11.79 V3 103.92 92.83 109.17 88.42 98.59a 11.79 Rata-rata 90.45 78.86 94.42 79.14

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan jumlah polong per tanaman tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (94.42 buah) dan terendah pada N3 (79.14 buah). Sedangkan rataan jumlah polong per tanaman tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V3 (98.59 buah) dan terendah pada V1 (71.96 buah).

Histogram rataan jumlah polong per tanaman dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Histogram Rataan Jumlah Polong per Tanaman (buah) dari Uji Varietas Kedelai

Bobot Biji per Tanaman (g)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 31 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman, perlakuan varietas belum berbeda nyata terhadap bobot biji per tanaman dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter bobot biji per tanaman.

Rataan bobot biji per tanaman (g) dari tingkat pemberian pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Biji per Tanaman (g) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata V1 21.64 22.31 25.92 20.67 22.64 V2 21.74 18.63 26.31 22.65 22.33 V3 24.05 21.78 26.83 21.73 23.60 Rata-rata 22.48 20.91 26.35 21.68

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot biji per tanaman tertinggi pada

perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N2 (26.35 g) dan terendah pada N1 (20.91 g). Sedangkan rataan bobot biji per tanaman tertinggi pada perlakuan

varietas terdapat pada V3 (23.60 g) dan terendah pada V2 (22.33 g).

Bobot 100 Biji (g)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 33 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji, perlakuan varietas berbeda nyata terhadap bobot 100 biji dan interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berbeda nyata terhadap parameter bobot 100 biji.

Rataan bobot 100 biji (g) dari tingkat pemberian Pupuk organik cair pada tiga varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot 100 Biji (g) dari Tingkat Pemberian Pupuk Organik Cair (N) pada Tiga Varietas Kedelai (V)

NUTRISI VARIETAS N0 N1 N2 N3 Rata-rata BNT.05 V1 14.80 15.60 15.10 14.80 15.08a 0.55 V2 12.30 13.30 13.60 13.20 13.10b 0.55 V3 11.00 11.20 11.20 11.50 11.23c 0.55 Rata-rata 12.70 13.37 13.30 13.17

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan pupuk organik cair terdapat pada N1 (13.37 g) dan terendah pada N0 (12.70 g). Sedangkan rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V1 (15.08 g) dan terendah pada V3 (11.23 g).

Histogram rataan jumlah polong per tanaman dari uji varietas kedelai dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram Rataan Bobot 100 Biji (g) dari Uji Varietas Kedelai Heritabilitas

Nilai heritabilitas dari berbagai parameter pengamatan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Heritabilitas dari Berbagai Parameter

No Parameter Heritabilitas Kriteria 1 Persentase Perkecambahan (%) 0.28 Sedang

2 Tinggi Tanaman (cm) 0.45 Sedang 3 Jumlah Cabang Primer (buah) 0.82 Tinggi 4 Jumlah Cabang Produktif (buah) 0.85 Tinggi 5 Umur Berbunga (HST) 0.88 Tinggi 6 Umur Panen (HST) 0.72 Tinggi 7 Jumlah polong per Tanaman (buah) 0.46 Sedang 8 Bobot Biji per Tanaman (g) 0.05 Rendah 9 Bobot 100 Biji 0.90 Tinggi

Dari tabel 10 nilai heritabilitas tinggi terdapat pada parameter jumlah cabang primer (0.82), jumlah cabang produktif (0.85), umur berbunga (0.88), umur panen (0.72), bobot 100 biji (0.90). Nilai heritabilitas sedang terdapat pada parameter persentase perkecambahan (0.28), tinggi tanaman (0.45), jumlah polong pertanaman (0.46). Nilai heritabilitas rendah terdapat pada parameter bobot biji per tanaman.

Pembahasan

Perbedaan Pertumbuhan dan Produksi dari Varietas Kedelai

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan varietas berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman 2 MST, tinggi tanaman 3 MST, tinggi tanaman 4 MST, tinggi tanaman 5 MST, tinggi tanaman 6 MST, tinggi tanaman 7 MST, jumlah cabang primer, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah polong pertanaman, dan bobot 100 biji. Penampilan karakter setiap varietas tersebut ditentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut. Perbedaan genetik tersebut menyebabkan perbedaan penampilan fenotipik tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat yang khusus yang berbeda antara satu sama lain dengan pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darliah dkk (2001) pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respons genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan dan salah atunya dapat dilihat dari pertumbuhannya.

Allard (2005) juga menyatakan bahwa gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangya suatu karakter terkecuali mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada.

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

organik cair berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 4 MST, 5 MST, 6 MST, dan 7 MST, dan belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter komponen hasil yaitu jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dimana tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST dan 5 MST terdapat pada perlakuan N2, sedangkan tinggi tanaman tertinggi pada 6 MST dan 7 MST terdapat pada perlakuan N0. Hal ini diduga karena pupuk yang diberikan mampu menyediakan kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan dapat diserap tanaman sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan http://cianjurkab.go.id/Berita_Daerah_Nomor_145.html (2007) yang menyatakan bahwa komponen utama dari nutrisi saputra adalah makanan tanah, makanan tanaman, unsur hara tanaman dan makanan mikroba. Manfaatnya adalah sebagai unsur hara, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan produktifitas, dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Interaksi Perlakuan Varietas dan Perlakuan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai

Dari hasil analisis data secara statistik diketahui bahwa interaksi antara perlakuan varietas dan perlakuan pupuk organik cair belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Nilai Duga Heritabilitas

Nilai duga haritabilitas pada parameter pengamatan bernilai rendah sampai tinggi. Parameter yang memiliki nilai heritabilitas rendah terdapat pada parameter bobot biji per tanaman (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa penampilan (fenotip) didominasi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor lingkungan sangat tidak

mempengaruhi. Adapun nilai heritabilitas yang bernilai sedang terdapat pada parameter persentase perkecambahan (0.28), tinggi tanaman (0.45), jumlah polong per tanaman (0.46). Sedangkan nilai heritabilitas bernilai tinggi terdapat pada parameter jumlah cabang primer (0.82), jumlah cabang produktif (0.85), umur berbunga (0.88), umur panen (0.72), dan bobot 100 biji (0.90).

Welsh (1991) menyatakan nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor genetik Dengan demikian parameter yang memiliki nilai heritabilitas > 0.5 dikatakan bernilai tinggi, apabila memiliki nilai antara 0.2 – 0.5, dikatan bernilai sedang. Sedangkan memiliki nilai < 0.2 dikatakan bernilai rendah.

Dokumen terkait