• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampel penelitian berjumlah 53 pasang model studi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat di klinik PPDGS Ortodonti FKG USU. Sampel yang diambil adalah sampel yang telah selesai menjalani perawatan dari bulan Oktober 2005 sampai bulan Desember 2012 dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada model studi sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat dengan mengacu pada penilaian dan pengukuran komponen ICON. Skor dari tiap komponen ICON kemudian dijumlahkan dan didapatkan skor akhir yang akan dikategorikan ke tingkat kebutuhan perawatan, tingkat keparahan maloklusi, dan tingkat keberhasilan perawatan.

Tabel 16. Persentase tingkat kebutuhan perawatan

No. Tingkat kebutuhan perawatan Jumlah kasus (n) Persentase (%)

1. Tidak membutuhkan perawatan 1 1,9

2 Borderline case 4 7,5

3 Membutuhkan perawatan 48 90,6

Total 53 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa sampel yang membutuhkan perawatan ortodonti cekat lebih banyak daripada yang tidak membutuhkan perawatan, yaitu 48 kasus (90,6%) membutuhkan perawatan dan hanya 1 kasus (1,9%) yang tidak membutuhkan perawatan. Selain itu, juga terdapat sampel yang termasuk kelompok borderline case sebanyak 4 kasus (7,5%) yaitu sampel yang skor akhirnya berada di

antara kelompok tidak membutuhkan perawatan dan kategori membutuhkan perawatan.

Tabel 17. Persentase tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan No. Tingkat keparahan maloklusi

sebelum perawatan Jumlah kasus (n) Persentase (%) 1. Easy 1 1,9 2. Mild 7 13,2 3. Moderate 12 22,6 4. Difficult 14 26,4 5. Very Difficult 19 35,8 Total 53 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan pada kelompok very difficult adalah yang paling banyak pada keseluruhan kasus, yaitu sebanyak 19 kasus (35,8%). Sedangkan kelompok difficult adalah sebanyak 14 kasus (26,4%), kelompok moderate sebanyak 12 kasus (22,6%), dan kelompok mild sebanyak 7 kasus (13,2%), serta kelompok easy sebanyak 1 kasus (1,9%).

Tabel 18. Persentase tingkat keparahan maloklusi sesudah perawatan No. Tingkat keparahan maloklusi

sesudah perawatan Jumlah kasus (n) Persentase (%) 1. Easy 51 96,2 2. Mild 2 3,8 Total 53 100

Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat keparahan maloklusi sesudah perawatan pada kelompok easy lebih banyak daripada mild, yaitu sebanyak 51 kasus, sedangkan kelompok mild sebanyak 2 kasus.

Tabel 19. Persentase tingkat keberhasilan perawatan No. Tingkat keberhasilan

perawatan Jumlah kasus (n) Persentase (%) 1. Greatly improved 25 47,2 2. Substantially improved 15 28,3 3. Moderately improved 11 20,8 4. Minimally improved 2 3,8

5. Not improved or worse 0 0

Total 53 100

Tabel 19 menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan perawatan pada kelompok greatly improved adalah yang paling banyak pada keseluruhan kasus, yaitu sebanyak 25 kasus (47,2%). Sedangkan kelompok substantially improved sebanyak 15 kasus (28,3%), kelompok moderately improved sebanyak 11 kasus (20,8%), dan kelompok minimally improved sebanyak 2 kasus (3,8%), serta yang termasuk kelompok not improved or worse tidak ada sama sekali (0%).

Tabel 20. Uji statistik t-berpasangan antara tingkat keparahan maloklusi sebelum dan sesudah perawatan

Uji t - berpasangan Sig. (2-tailed) = p

Tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan dan sesudah perawatan

Hasil uji statistik (uji t – berpasangan) antara tingkat keparahan maloklusi sebelum dan sesudah perawatan pada Tabel 20 menunjukkan bahwa p = 0,0001, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan dengan tingkat keparahan maloklusi sesudah perawatan.

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan ortodonti cekat menggunakan Index of Complexity, Outcome, and Need (ICON) di klinik PPDGS Ortodonti FKG-USU. Seluruh pasien (90,6%) yang datang ke klinik Ortodonti FKG USU termasuk dalam kelompok membutuhkan perawatan, hanya 1 pasien (1,9%) yang termasuk ke dalam kelompok tidak membutuhkan perawatan karena skor total ICON yang diperoleh kurang dari 31, serta sisanya (7,5%) termasuk ke dalam kelompok borderline case karena skor total ICON yang diperoleh antara 31 dan 43.

Richmond dkk., menyatakan bahwa awal penggunaan indeks ortodonti tergantung pada prinsip bahwa pasien harus menerima perawatan ortodonti jika mereka memang membutuhkan perawatan atas dasar objektif. Namun, Richmond dkk., juga menggambarkan bahwa pendapat ini terlalu sederhana karena pasien mungkin membutuhkan perawatan ortodonti, tetapi tingkat keparahan maloklusinya ringan.13 Pernyataan ini sesuai karena dari hasil penelitian didapatkan beberapa kasus yang termasuk tingkat keparahan maloklusi mild, namun dari tingkat kebutuhan perawatan termasuk kelompok membutuhkan perawatan. Perawatan ortodonti mungkin dapat mengurangi maloklusi, tetapi tidak selalu mencapai status tidak membutuhkan perawatan sehingga status membutuhkan perawatan menjadi tidak penting.13 Perawatan ortodonti sering dilakukan untuk meningkatkan penampilan gigi geligi pasien, maka sikap individu terhadap maloklusi mereka sendiri merupakan faktor yang penting dalam menentukan kebutuhan perawatan. Faktor utama yang mempengaruhi keputusan dalam melakukan perawatan ortodonti adalah penampilan estetis dan aspek psikologis, meskipun persepsi pasien maloklusi sering tidak sesuai dengan pengukuran objektif.19

Pada Tabel 17 menunjukkan tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan yang paling banyak adalah kelompok very difficult, yaitu sebanyak 19 kasus (35,8%), kemudian diikuti oleh kelompok difficult, yaitu sebanyak 14 kasus (26,4%), kelompok moderate sebanyak 12 kasus (22,6%), kelompok mild sebanyak 7 kasus (13,2%), dan kelompok easy sebanyak 1 kasus (1,9%). Sedangkan pada Tabel 18 menunjukkan tingkat keparahan maloklusi sesudah perawatan yang paling banyak adalah kelompok easy, yaitu sebanyak 51 kasus (96,2%), dan sisanya adalah kelompok mild, yaitu sebanyak 2 kasus (3,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemajuan dari perawatan ortodonti yang telah dilakukan menggunakan piranti cekat, yaitu berupa perubahan tingkat keparahan maloklusi menjadi lebih baik setelah perawatan ortodonti cekat dilakukan, serta tidak ada lagi kasus yang tergolong ke dalam tingkat keparahan maloklusi kelompok moderate, difficult, dan very difficult. Kemajuan ini juga dibuktikan dengan uji statistik, yaitu uji t – berpasangan yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna ( p < 0,05 ) antara tingkat keparahan maloklusi sebelum perawatan dengan tingkat keparahan maloklusi sesudah perawatan.

Tingkat keberhasilan perawatan menurut ICON pada Tabel 19 menunjukkan bahwa kelompok greatly improved adalah yang paling banyak dari keseluruhan kasus, yaitu sebanyak 25 kasus (47,2%), sisanya termasuk kelompok substantially improved, yaitu sebanyak 15 kasus (28,3%), moderately improved sebanyak 11 kasus (20,8%), dan minimally improved sebanyak 2 kasus (3,8%), serta tidak ada yang termasuk dalam kelompok not improved or worse. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan perawatan ortodonti cekat di klinik PPDGS Ortodonti FKG USU adalah tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya kasus yang tergolong kelompok greatly improved, yaitu sebanyak 25 kasus (47,2 %), kelompok substantially improved sebanyak 15 kasus (28,3%), dan kelompok moderately improved sebanyak 11 kasus (20,8%). Namun, ada beberapa kasus yang tergolong kelompok minimally improved, yaitu sebanyak 2 kasus (3,8%). Hal ini disebabkan karena untuk mencapai hasil perawatan ortodonti yang ideal adalah tidak mudah karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang paling penting dalam

menentukan keberhasilan perawatan ortodonti adalah operator. Kemampuan operator dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan, pengetahuan tentang biomekanik pergerakan gigi, serta ketrampilan dalam melakukan perawatan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan perawatan ortodonti. Selain itu, diperlukan juga kerja sama antara dokter dan pasien. Pasien harus disiplin dalam waktu kontrol dan menjaga kebersihan mulut.33

Sagarkar RA., dkk melakukan penelitian terhadap 175 pasang model studi sebelum dan sesudah perawatan pasien yang telah menerima perawatan ortodonti cekat di klinik swasta dengan menggunakan indeks ICON menunjukkan bahwa tingkat keparahan maloklusi pada laki-laki, yaitu very difficult (8,8%), difficult (10,2%), moderate (7,3%), mild (73,5%), dan easy (0%). Sedangkan tingkat keparahan maloklusi pada perempuan, yaitu very difficult (9,34%), difficult (15,88%), moderate (9,34%), mild (65,4%), dan easy (0%). Kemudian dari tingkat keberhasilan perawatan pada laki-laki, yaitu greatly improved (10,2%), substantially improved (86,76%), moderately improved (2,94%), serta tidak ada yang termasuk kelompok

minimally improved dan not improved or worse. Sedangkan tingkat keberhasilan

perawatan pada perempuan, yaitu greatly improved (8,40%), substantially improved (9,34%), moderately improved (82,24%), serta tidak ada yang termasuk kelompok minimally improved dan not improved or worse.34

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chukwundi dan Ellen pada 100 studi model di Departemen Ortodonti Universitas Illinois, Chicago dengan menggunakan indeks ICON menunjukkan bahwa 86 kasus memerlukan perawatan ortodonti dan 14 kasus yang tidak memerlukan perawatan. Berdasarkan tingkat kompleksitas maloklusi menunjukkan 60 kasus tergolong very difficult dan difficult, 22 kasus tergolong moderate dan 13 kasus tergolong mild, serta 5 kasus tergolong easy. Sedangkan dari tingkat keberhasilkan perawatan menunjukkan 82 kasus tergolong

greatly improved dan substantially improved, 12 kasus tergolong moderately

improved, 5 kasus tergolong minimally improved, dan hanya 1 kasus yang tergolong not improved or worse.13

Hasil penelitian Diana B., dkk dengan menggunakan indeks ICON pada beberapa sekolah yang dipilih secara acak di 10 kota di Lithuania dengan total 4235 siswa yang terbagi menjadi kelompok usia 10 – 11 tahun dan usia 14 - 15 tahun yang belum pernah menggunakan piranti cekat maupun lepasan menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan perawatan pada kelompok usia 10 - 11 tahun lebih tinggi (49,9%) dari kelompok usia 14 – 15 tahun (33,9%).35

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dari tingkat kebutuhan perawatan antara murid yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan pada kelompok usia 10 – 11 tahun, sedangkan dari kelompok usia 14 – 15 tahun ada perbedaan yang bermakna dari tingkat kebutuhan perawatan antara murid yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan. Tingkat kompleksitas maloklusi pada kelompok usia 10 – 11 tahun menunjukkan 20% termasuk kelompok easy, 37% kelompok mild, 20,7% kelompok moderate, dan 15,6% kelompok difficult, serta 6,7% kelompok very difficult. Sedangkan pada kelompok usia 14 – 15 tahun menunjukkan 33,9% termasuk kelompok easy, 37% kelompok mild, 14% kelompok moderate, 11% kelompok difficult, dan 4,1% kelompok very difficult.35

(A)

(B)

Gambar 5. Analisa kasus pertama. (A) Model studi sebelum perawatan, (B) Model studi sesudah perawatan

Gambaran kasus pada Gambar 5 menunjukkan bahwa model studi sebelum perawatan memiliki skor total 110 sehingga menurut tingkat kebutuhan perawatan dimasukkan ke dalam kelompok membutuhkan perawatan dan tingkat keparahan maloklusi dimasukkan dalam kelompok very difficult. Dalam hal ini, kelima komponen ICON, yaitu penilaian estetis menunjukkan skor 10 (x7) = 70, berjejal rahang atas menunjukkan skor 5 (x5) = 25, crossbite menunjukkan skor 1 (x5) = 5, overbite menunjukkan skor 1 (x4) = 4, dan relasi anteroposterior segmen bukal kanan menunjukkan skor 1 (x3) = 3, segmen bukal kiri 1 (x3) = 3. Sedangkan model studi sesudah perawatan menunjukkan skor total 20 sehingga menurut tingkat keparahan maloklusi dimasukkan ke dalam kelompok easy dan tingkat keberhasilan perawatan menunjukkan skor 30 (skor total sebelum perawatan – 4 kali skor total sesudah perawatan) sehingga dimasukkan ke dalam kelompok greatly improved. Dalam hal ini, kelima komponen ICON, yaitu penilaian estetis menunjukkan skor 2 (x7) = 14, berjejal rahang atas menunjukkan skor 0 (x5) = 0, crossbite menunjukkan skor 0 (x5) = 0, openbite / overbite menunjukkan skor 0 (x4) = 0, relasi anteroposterior segmen bukal kanan menunjukkan skor 1 (x3) = 3, segmen bukal kiri 1 (x3) = 3.

(A)

(B)

Gambar 6. Analisa kasus kedua. (A) Model studi sebelum perawatan, (B) Model studi sesudah perawatan.

Gambaran kasus pada Gambar 6 menunjukkan bahwa model studi sebelum perawatan memiliki skor total 59 sehingga menurut tingkat kebutuhan perawatan dimasukkan ke dalam kelompok membutuhkan perawatan dan tingkat keparahan maloklusi dimasukkan dalam kelompok moderate. Dalam hal ini, kelima komponen ICON, yaitu penilaian estetis menunjukkan skor 5 (x7) = 35, diastema rahang atas menunjukkan skor 2 (x5) = 10, crossbite menunjukkan skor 0 (x5) = 0, overbite menunjukkan skor 2 (x4) = 8, dan relasi anteroposterior segmen bukal kanan menunjukkan skor 0 (x3) = 0, segmen bukal kiri 2 (x3) = 6. Sedangkan model studi sesudah perawatan menunjukkan skor total 28 sehingga menurut tingkat keparahan maloklusi dimasukkan ke dalam kelompok easy dan tingkat keberhasilan perawatan menunjukkan skor -53 (skor total sebelum perawatan – 4 kali skor total sesudah perawatan) sehingga dimasukkan ke dalam kelompok moderately improved. Dalam hal ini, kelima komponen ICON, yaitu penilaian estetis menunjukkan skor 3 (x7) = 21, diastema rahang atas menunjukkan skor 0 (x5) = 0, crossbite menunjukkan skor 0 (x5) = 0, overbite menunjukkan skor 1 (x4) = 4, relasi anteroposterior segmen bukal kanan menunjukkan skor 1 (x3) = 3, segmen bukal kiri 0 (x3) = 0.

BAB 6

Dokumen terkait