• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan pokok dalam penelitian ini adalah menunjukkan bahwa

kumpulan fungsi homomorfisme membentuk transformasi linier

dengan langkah diberikan lapangan ๐น yang diperluas menjadi lapangan

๐พ sehingga perluasan tersebut dapat dipandang sebagai ruang vektor,

karena lapangan ๐พ dapat dipandang sebagai ruang vektor atas lapangan

maka untuk selanjutnya ditunjukkan memenuhi sifat-sifat ruang vektor

atas lapangan. Kemudian diberikan fungsi homomorfisme dari ruang

vektor ๐‘‰ ke dirinya sendiri yang mana ๐‘‰ merupakan ruang vektor atas

lapangan sehingga untuk himpunan semua homomorfisme dari ๐‘‰ ke ๐‘‰

didefinisikan sebagai Hom(๐‘‰, ๐‘‰), lalu ditunjukkan bahwa untuk

Hom(๐‘‰, ๐‘‰) memenuhi sifat-sifat ruang vektor atas lapangan.

Bab V Penutup

Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ring

Suatu sistem aljabar yang terdiri dari himpunan tidak kosong dengan dua

operasi biner yaitu operasi penjumlahan (addition) dan perkalian (multiplication)

disebut ring, secara eksplisit suatu ring dapat didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 1. Ring

Misal ๐‘… adalah himpunan tak kosong dengan dua operasi biner yaitu +

sebagai operasi pertama dan โˆ— sebagai operasi kedua, maka sistem (๐‘…, + ,โˆ—) disebut

ring jika memenuhi aksioma berikut:

(i) (๐‘…, +) merupakan grup abelian

(ii) Operasi โˆ— bersifat assosiatif di ๐‘…:

(๐‘Ž โˆ— ๐‘) โˆ— ๐‘ = ๐‘Ž โˆ— (๐‘ โˆ— ๐‘), โˆ€ ๐‘Ž, ๐‘, ๐‘ โˆˆ ๐‘…

(iii) Operasi โˆ— bersifat distributif terhadap operasi + di ๐‘… baik kanan maupun kiri:

๐‘Ž โˆ— (๐‘ + ๐‘) = (๐‘Ž โˆ— ๐‘) + (๐‘Ž โˆ— ๐‘) (hukum distributif kanan)

(๐‘Ž + ๐‘) โˆ— ๐‘ = (๐‘Ž โˆ— ๐‘) + (๐‘ โˆ— ๐‘) (hukum distributif kiri) โˆ€ ๐‘Ž, ๐‘, ๐‘ โˆˆ ๐‘… (Raisinghania dan Aggarwal, 1980:131).

Contoh:

Apakah (๐‘5, +,ร—) dengan ๐‘5 adalah himpunan bilangan modulo 5 merupakan ring?

Jawab:

Dengan anggota ๐‘5 adalah sebagai berikut

8

1. Ditunjukkan bahwa (๐‘5, +) adalah grup abelian

a. Ambil 1ฬ…, 2ฬ… โˆˆ ๐‘5 sehingga

1ฬ… + 2ฬ… โˆˆ ๐‘5 tertutup pada operasi penjumlahan

b. Ambil 1ฬ…, 2ฬ…, 3ฬ… โˆˆ ๐‘5 sehingga untuk

(1ฬ… + 2ฬ…) + 3ฬ… = 1ฬ… + (2ฬ… + 3ฬ…) bersifat assosiatif terhadap operasi penjumlahan c. Terdapat 0ฬ… โˆˆ ๐‘5 sehingga

3ฬ… + 0 = 0 + 3ฬ… = 3ฬ…, โˆ€ 3ฬ… โˆˆ ๐‘5 maka elemen 0ฬ… merupakan identitas terhadap

operasi penjumlahan di ๐‘5

d. Untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐‘5 terdapat โˆ’๐‘Ž โˆˆ ๐‘5 sehingga

3ฬ… + (โˆ’3ฬ…) = (โˆ’3ฬ…) + 3ฬ… = 0ฬ… maka (โˆ’3ฬ…) merupakan invers dari 3ฬ…

2. Operasi ร— bersifat assosiatif di ๐‘5

Ambil 1ฬ…, 2ฬ…, 3ฬ… โˆˆ ๐‘5 sehingga

(1ฬ… ร— 2ฬ…) ร— 3ฬ… = 1ฬ… ร— (2ฬ… ร— 3ฬ…) operasi ร— bersifat assosiatif di ๐‘5

3. Operasi ร— bersifat distributif terhadap operasi + di ๐‘5 baik kanan maupun kiri

Ambil 1ฬ…, 2ฬ…, 3ฬ… โˆˆ ๐‘5 sehingga

1ฬ… ร— (2ฬ… + 3ฬ…) = (1ฬ… ร— 2ฬ…) + (1ฬ… ร— 3ฬ…) distributif kanan

(1ฬ… + 2ฬ…) ร— 3ฬ… = (1ฬ… ร— 3ฬ…) + (2ฬ… ร— 3ฬ…) distributif kiri

Karena bilangan modulo 5 dengan operasi + dan ร— memenuhi aksioma-aksioma

pada ring maka (๐‘5, +,ร—) adalah ring.

2.2 Lapangan

Ring dengan elemen kesatuan yang setiap elemennya yang bukan elemen

9

lapangan miring (skew field), sedangkan skew field yang memenuhi sifat komutatif

terhadap perkalian disebut lapangan (field ) (Soebagio dan Sukirman, 1993:325).

Definisi 2. Lapangan

Pandang himpunan tak hampa ๐น dengan dua operasi padanya, yaitu:

Operasi tambah + โˆถ ๐น ร— ๐น โ†’ ๐น,

+ โˆถ (๐‘Ž, ๐‘) โ†’ ๐‘Ž + ๐‘, dan

Operasi kali โˆ˜ โˆถ ๐น ร— ๐น โ†’ ๐น,

โˆ˜ โˆถ (๐‘Ž, ๐‘) โ†’ ๐‘Ž๐‘.

Sistem matematika (๐น, +, โˆ˜ ) disebut lapangan jika memenuhi aksioma berikut.

1. Terhadap operasi tambah, sistem matematika (๐น, +) memenuhi hubungan

berikut:

a. ๐‘Ž + ๐‘ = ๐‘ + ๐‘Ž untuk semua ๐‘Ž dan ๐‘ di ๐น

b. (๐‘Ž + ๐‘) + ๐‘ = ๐‘Ž + (๐‘ + ๐‘) untuk semua ๐‘Ž, ๐‘ dan ๐‘ di ๐น

c. Terdapat unsur 0 di ๐น yang bersifat ๐‘Ž + 0 = ๐‘Ž, untuk semua ๐‘Ž di ๐น

d. Untuk setiap unsur ๐‘Ž di ๐น terdapat unsur โˆ’๐‘Ž di ๐น yang memenuhi ๐‘Ž +

(โˆ’๐‘Ž) = 0. Unsur โˆ’๐‘Ž disebut balikan dari ๐‘Ž terhadap operasi tambah. 2. Terhadap operasi kali, sistem matematika (๐น, โˆ˜ ) memenuhi hubungan berikut:

a. ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ = ๐‘ โˆ˜ ๐‘Ž untuk semua ๐‘Ž dan ๐‘ di ๐น

b. (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) โˆ˜ ๐‘ = ๐‘Ž โˆ˜ (๐‘ โˆ˜ ๐‘) untuk semua ๐‘Ž, ๐‘ dan ๐‘ di ๐น

c. Terdapat unsur 1 di ๐น yang berbeda dengan 0 yang memenuhi ๐‘Ž โˆ˜ 1 = ๐‘Ž,

untuk semua ๐‘Ž di ๐น. Unsur 1 disebut unsur kesatuan.

d. Untuk setiap unsur ๐‘Ž di ๐น terdapat unsur ๐‘Žโˆ’1 di ๐น yang memenuhi ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1=

10

3. Untuk semua unsur ๐‘Ž, ๐‘ dan ๐‘ di ๐น berlaku ๐‘Ž โˆ˜ (๐‘ + ๐‘) = ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ + ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ (Arifin,

2001:1-2).

Sebagai contoh suatu lapangan adalah himpunan semua bilangan rasional ๐‘„

terhadap operasi tambah dan operasi kali. Lapangan ini dituliskan dengan

(๐‘„, +, โˆ™ ), atau hanya dengan ๐‘„ saja, dan disebut lapangan bilangan rasional.

2.3 Perluasan Lapangan

Misalkan ๐น sebuah lapangan, sebuah lapangan ๐พ disebut sebagai perluasan

atas ๐น jika ๐พ memuat ๐น. Setara dengan, ๐พ adalah sebuah perluasan atas ๐น jika ๐น

adalah sebuah sublapangan pada ๐พ. Sebagaimana yang telah ditunjukkan pada

bagian ruang vektor, jika ๐พ adalah sebuah perluasan atas ๐น dibawah operasi

lapangan biasa di ๐พ maka ๐พ adalah sebuah ruang vektor atas ๐น (Herstein,

1975:207-208).

Definisi 3. Derajat

Derajat pada ๐พ atas ๐น adalah dimensi pada ๐พ sebagai ruang vektor atas ๐น

Derajat pada ๐พ atas ๐น dinotasikan dengan [๐พ: ๐น], keterangan penting pada

bagian ini [๐พ: ๐น] adalah finit, ketika ๐พ berdimensi finit sebagai sebuah ruang vektor

atas ๐น, dengan kata lain ๐พ adalah perluasan finit atas ๐น (Herstein, 1975:208).

2.4 Ruang Vektor

Pada subbab ini membahas mengenai struktur dasar aljabar linier yaitu

ruang vektor dengan dimensi terhingga, definisi dari ruang vektor ๐‘‰ yang

11

disebut sebagai skalar. Berikut merupakan definisi, contoh, serta hal lain yang

berkaitan dengan ruang vektor:

2.4.1 Ruang Vektor Definisi 4. Ruang Vektor

Misalkan ๐‘‰ adalah suatu himpunan tak kosong dengan elemen-elemen di

dalamnya berupa vektor dengan dua operasi:

(i) Penjumlahan Vektor: untuk sebarang ๐’–, ๐’— โˆˆ ๐‘‰, jumlah ๐’– + ๐’— di dalam ๐‘‰.

(ii) Perkalian Skalar: untuk sebarang ๐’– โˆˆ ๐‘‰, ๐‘˜ โˆˆ ๐พ, hasilkali ๐‘˜๐’– โˆˆ ๐‘‰.

Maka ๐‘‰ disebut ruang vektor (atas lapangan ๐พ) jika aksioma-aksioma berikut ini

dipenuhi untuk sebarang vektor ๐’–, ๐’—, ๐’˜ โˆˆ ๐‘‰:

[๐ด1] (๐’– + ๐’—) + ๐’˜ = ๐’– + (๐’— + ๐’˜)

[๐ด2] Terdapat vektor di dalam ๐‘‰, yang dilambangkan dengan 0 dan disebut vektor nol, sedemikian rupa sehingga untuk sebarang ๐’– โˆˆ ๐‘‰,

๐’– + 0 = 0 + ๐’– = ๐’–

[๐ด3] Untuk setiap ๐’– โˆˆ ๐‘‰, terdapat vektor di dalam ๐‘‰ yang dilambangkan dengan โ€“ ๐’– dan disebut negatif dari ๐’–, sedemikian rupa sehingga

๐’– + (โˆ’๐’–) = (โˆ’๐’–) + ๐’– = 0

[๐ด4] ๐’– + ๐’— = ๐’— + ๐’–.

[๐‘€1] ๐‘˜(๐’– + ๐’—) = ๐‘˜๐’– + ๐‘˜๐’—, untuk sebarang skalar ๐‘˜ โˆˆ ๐พ. [๐‘€2] (๐‘Ž + ๐‘)๐’– = ๐‘Ž๐’– + ๐‘๐’–, untuk sebarang skalar ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐พ. [๐‘€3] (๐‘Ž๐‘)๐’– = ๐‘Ž(๐‘๐’–), untuk sebarang skalar ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐พ.

12

2.4.2 Contoh Ruang Vektor

Subbab ini menjabarkan contoh penting ruang vektor yang akan digunakan

sebagai bahan pembahasan pada bab IV.

Definisi 5. Ruang Fungsi ๐‘ญ(๐‘ฟ)

Misalkan ๐‘‹ adalah himpunan bukan kosong dan misalkan ๐พ adalah

sebarang lapangan, misal ๐น(๐‘‹) melambangkan himpunan semua fungsi ๐‘‹ ke dalam

๐พ maka ๐น(๐‘‹) adalah ruang vektor atas ๐พ dalam kaitannya dengan operasi-operasi

berikut:

(i) Penjumlahan vektor: Jumlah dari dua fungsi ๐‘“ dan ๐‘” dalam ๐น(๐‘‹) adalah fungsi

๐‘“ + ๐‘” dalam ๐น(๐‘‹) yang didefinisikan sebagai

(๐‘“ + ๐‘”)(๐‘ฅ) = ๐‘“(๐‘ฅ) + ๐‘”(๐‘ฅ) โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹

(ii) Perkalian skalar: Hasilkali dari skalar ๐‘˜ โˆˆ ๐พ dan fungsi ๐‘“ dalam ๐น(๐‘‹) adalah

fungsi ๐‘˜๐‘“ dalam ๐น(๐‘‹) yang didefinisikan sebagai

(๐‘˜๐‘“)(๐‘ฅ) = ๐‘˜๐‘“(๐‘ฅ) โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹

Vektor nol dalam ๐น(๐‘‹) adalah fungsi nol 0, yang memetakan setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹ ke

dalam elemen nol 0 โˆˆ ๐พ yaitu

0(๐‘ฅ) = 0 โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹

Selain itu untuk sebarang fungsi ๐‘“ dalam ๐น(๐‘‹), fungsi โˆ’๐‘“ pada ๐น(๐‘‹) yang

didefinisikan sebagai

(โˆ’๐‘“)(๐‘ฅ) = โˆ’๐‘“(๐‘ฅ) โˆ€๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹ adalah negatif dari fungsi ๐‘“ (Lipschutz dan Lipson, 2006:100).

13

Contoh:

Misalkan ๐‘“ dan ๐‘” adalah fungsi-fungsi pada ๐‘…2 yang didefinisikan sebagai

๐‘“(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = (๐‘ฆ, ๐‘ฅ) dan ๐‘”(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = (0, ๐‘ฅ). Tentukan rumus yang mendefinisikan

fungsi-fungsi berikut ini:

a. ๐น + ๐บ, b. 2๐น โˆ’ 3๐บ

b. (๐น + ๐บ)(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = ๐น(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) + ๐บ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = (๐‘ฆ, ๐‘ฅ) + (0, ๐‘ฅ) = (๐‘ฆ, 2๐‘ฅ)

c. (2๐น โˆ’ 3๐บ)(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 2๐น(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆ’ 3๐บ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 2(๐‘ฆ, ๐‘ฅ) โˆ’ 3(0, ๐‘ฅ) = (2๐‘ฆ, โˆ’๐‘ฅ)

2.4.3 Subruang Definisi 6. Subruang

Misalkan ๐‘‰ ruang vektor. ๐‘ˆ โІ ๐‘‰ dan ๐‘ˆ โ‰  โˆ…. ๐‘ˆ disebut subruang dari ๐‘‰ jika ๐‘ˆ ruang

vektor pada operasi yang sama dengan di ๐‘‰.

Sebagai contoh, ruang nol adalah himpunan bagian dari ruang vektor yang

lain. Kenyataan bahwa setiap anggota ๐‘ˆ juga anggota ๐‘‰ menyebabkan aksioma

yang dipenuhi di ๐‘‰ juga dipenuhi di ๐‘ˆ dan juga karena ๐‘ˆ merupakan ruang vektor

maka dapatlah dipenuhi aksioma ketertutupan terhadap penjumlahan dan perkalian

dengan skalar. Dari kenyataan ini didapat kesimpulan berikut ini.

Teorema 1

Misalkan ๐‘‰ ruang vektor. ๐‘ˆ โІ ๐‘‰ dan ๐‘ˆ โ‰  โˆ…. ๐‘ˆ subruang dari ๐‘‰ jika dan hanya jika

dipenuhi kedua aksioma berikut

1. โˆ€ ๐’–, ๐’— โˆˆ ๐‘ˆ, maka ๐’– + ๐’— โˆˆ ๐‘ˆ

2. โˆ€ ๐’– โˆˆ ๐‘ˆ, ๐‘˜ โˆˆ ๐‘… maka ๐‘˜๐’– โˆˆ ๐‘ˆ

Kedua aksioma di atas ekivalen dengan mengatakan

14

Contoh:

Misalkan ๐‘ˆ himpunan semua matriks 2 ร— 2 yang berbentuk [๐‘Ž ๐‘

๐‘ ๐‘‘] dengan syarat

๐‘Ž = 0, dan ๐‘‘ = 0. Tunjukkan bahwa ๐‘ˆ merupakan subruang dari ruang vektor

matriks 2 ร— 2.

Jawab:

1. Karena [0 0

0 0] โˆˆ ๐‘ˆ, maka ๐‘ˆ โ‰  โˆ…

2. Ambil ๐ด, ๐ต โˆˆ ๐‘ˆ, akan ditunjukkan bahwa ๐ด + ๐ต โˆˆ ๐‘ˆ. Karena ๐ด โˆˆ ๐‘ˆ maka

dipenuhi ๐ด = [๐‘Ž1 ๐‘1

๐‘1 ๐‘‘1] dengan ๐‘Ž1 = 0 dan ๐‘‘1 = 0, dan oleh karena ๐ด โˆˆ ๐‘ˆ maka

dipenuhi ๐ด = [๐‘Ž2 ๐‘2

๐‘2 ๐‘‘2] dengan ๐‘Ž2 = 0 dan ๐‘‘2 = 0.

Dengan demikian, ๐ด + ๐ต = [๐‘Ž1+ ๐‘Ž1 ๐‘1+ ๐‘1

๐‘1+ ๐‘1 ๐‘‘1+ ๐‘‘1] karena ๐‘Ž1 = 0 dan ๐‘Ž2 = 0

maka ๐‘Ž1+ ๐‘Ž2 = 0, dan juga karena ๐‘‘1 = 0 dan ๐‘‘2 = 0 maka ๐‘‘1+ ๐‘‘2 = 0. Jadi

๐ด + ๐ต โˆˆ ๐‘ˆ.

3. Ambil ๐ด โˆˆ ๐‘ˆ, ambil ๐‘˜ โˆˆ ๐‘… dan akan ditunjukkan bahwa ๐‘˜๐ด โˆˆ ๐‘ˆ. Karena ๐ด โˆˆ ๐‘ˆ

maka dipenuhi ๐ด = [๐‘Ž1 ๐‘1

๐‘1 ๐‘‘1] dengan ๐‘Ž1 = 0 dan ๐‘‘1 = 0. Maka ๐‘˜๐ด =

[๐‘˜๐‘Ž1 ๐‘˜๐‘1

๐‘˜๐‘1 ๐‘˜๐‘‘1], berarti ๐‘˜๐‘Ž1 = 0 dan ๐‘˜๐‘‘1 = 0. Jadi ๐‘˜๐ด โˆˆ ๐‘ˆ.

15

2.4.4 Ruang Vektor atas Lapangan Definisi 7. Ruang Vektor atas Lapangan

Sebuah himpunan tidak kosong ๐‘‰ disebut sebagai ruang vektor atas

lapangan ๐น jika ๐‘‰ adalah grup abelian di bawah operasi yang dinotasikan dengan

+, dan jika untuk setiap ๐›ผ โˆˆ ๐น, ๐’— โˆˆ ๐‘‰ didefinisikan sebuah elemen yang ditulis

sebagai ๐›ผ๐’— di ๐‘‰ yang memenuhi:

1. ๐›ผ(๐’— + ๐’˜) = ๐›ผ๐’— + ๐›ผ๐’˜

2. (๐›ผ + ๐›ฝ)๐’— = ๐›ผ๐’— + ๐›ฝ๐’—

3. ๐›ผ(๐›ฝ๐’—) = (๐›ผ๐›ฝ)๐’—

4. 1๐’— = ๐’—

untuk setiap ๐›ผ, ๐›ฝ โˆˆ ๐น, ๐’—, ๐’˜ โˆˆ ๐‘‰ (di mana 1 menunjukkan elemen unit atas ๐น di

bawah operasi perkalian) (Herstein, 1975:171).

Contoh:

Himpunan matriks ๐‘š ร— ๐‘› dengan elemen-elemennya merupakan bilangan bulat

๐‘€3,2(๐‘) = {[ 3 7 5 2 1 4 ] , [ 1 3 8 6 2 5 ]}

berikut untuk penjumlahan matriks:

[ 3 7 5 2 1 4 ] + [ 1 3 8 6 2 5 ] = [ 4 10 13 8 3 9 ]

sedangkan untuk sebarang skalar ๐‘˜ = 2, maka perkalian matriks dengan skalar

adalah: 2 [ 1 3 8 6 2 5 ] = [ 2 6 16 12 4 10 ]

16

2.5 Transformasi Linier

Misalkan ๐‘‰ adalah suatu ruang vektor atas lapangan ๐น dan misalkan

Hom(๐‘‰, ๐‘‰) terdiri dari semua homomorfisma ruang vektor dari ๐‘‰ ke ๐‘‰. Sehingga

berdasarkan teorema 2 bahwa Hom(๐‘‰, ๐‘‰) membentuk suatu ruang vektor atas ๐น,

dan untuk ๐‘‡1, ๐‘‡2 โˆˆ Hom(๐‘‰, ๐‘‰), ๐‘‡1+ ๐‘‡2 didefinisikan sebagai ๐’—(๐‘‡1 + ๐‘‡2) = ๐’— ๐‘‡1+ ๐’— ๐‘‡2, โˆ€ ๐’— โˆˆ ๐‘‰ dan untuk ๐›ผ โˆˆ ๐น, ๐›ผ ๐‘‡1 didefinisikan oleh ๐’—(๐›ผ ๐‘‡1) = ๐›ผ(๐’— ๐‘‡1).

Untuk ๐‘‡1, ๐‘‡2 โˆˆ Hom(๐‘‰, ๐‘‰), karena ๐’— ๐‘‡1 โˆˆ ๐‘‰ didefinisikan ๐‘‡1, ๐‘‡2 dengan

๐’—(๐‘‡1๐‘‡2) = (๐’— ๐‘‡1) ๐‘‡2 untuk sebarang ๐’— โˆˆ ๐‘‰. Akan ditunjukkan bahwa ๐‘‡1, ๐‘‡2 โˆˆ Hom(๐‘‰, ๐‘‰). Untuk itu, kita harus membuktikan bahwa:

โˆ€๐›ผ, ๐›ฝ โˆˆ ๐น dan โˆ€ ๐’–, ๐’— โˆˆ ๐‘‰ berlaku (๐›ผ๐’– + ๐›ฝ๐’—)(๐‘‡1๐‘‡2) = ๐›ผ(๐’–(๐‘‡1๐‘‡2)) + ๐›ฝ(๐’—(๐‘‡1๐‘‡2)) Bukti: (๐›ผ๐’– + ๐›ฝ๐’—)(๐‘‡1๐‘‡2) = ((๐›ผ๐’– + ๐›ฝ๐’—)๐‘‡1)๐‘‡2 = (๐›ผ(๐’–๐‘‡1) + ๐›ฝ(๐’—๐‘‡1))๐‘‡2 = ๐›ผ(๐’–๐‘‡1)๐‘‡2+ ๐›ฝ(๐’—๐‘‡1)๐‘‡2 = ๐›ผ(๐’–(๐‘‡1๐‘‡2)) + ๐›ฝ(๐’—(๐‘‡1๐‘‡2)) Beberapa sifat perkalian pada Hom(๐‘‰, ๐‘‰):

1. (๐‘‡1+ ๐‘‡2) ๐‘‡3 = ๐‘‡1๐‘‡3+ ๐‘‡2๐‘‡3 2. ๐‘‡3(๐‘‡1+ ๐‘‡2) = ๐‘‡3๐‘‡1+ ๐‘‡3๐‘‡2 3. ๐‘‡1(๐‘‡2๐‘‡3) = (๐‘‡1๐‘‡2)๐‘‡3

4. ๐›ผ(๐‘‡1๐‘‡2) = (๐›ผ๐‘‡1)๐‘‡2 = ๐‘‡1(๐›ผ๐‘‡2) โˆ€ ๐‘‡1, ๐‘‡2, ๐‘‡3 โˆˆ Hom(๐‘‰, ๐‘‰) dan โˆ€๐›ผ โˆˆ ๐น.

17

Catatan bahwa sifat-sifat 1, 2, 3 di atas menyebabkan Hom(๐‘‰, ๐‘‰) adalah

ring assosiatif. Sifat 4 merupakan karakter dari Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai suatu ruang

vektor atas ๐น, dengan karakternya sebagai suatu ring (Herstein, 1975:261).

Definisi 8. Aljabar

Suatu ring assosiatif ๐ด disebut suatu aljabar atas ๐น jika ๐ด adalah ruang

vektor atas ๐น sedemikian hingga โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐ด dan ๐›ผ โˆˆ ๐น, ๐›ผ(๐‘Ž๐‘) = (๐›ผ๐‘Ž)๐‘ = ๐‘Ž(๐›ผ๐‘).

Kita jelaskan tentang pernyataan bahwa Hom(๐‘‰, ๐‘‰) adalah suatu aljabar

atas ๐น, untuk kemudahan notasi selanjutnya kita tulis Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai ๐ด(๐‘‰),

jika ditekankan peran dari lapangan ๐น maka dinyatakan sebagai ๐ด๐น(๐‘‰) (Herstein, 1975:262).

Definisi 9. Transformasi Linier

Suatu transformasi linier di ๐‘‰ atas ๐น, adalah elemen dari ๐ด๐น(๐‘‰) (Herstein, 1975:262).

Teorema 2

Misalkan ๐‘‰ dan ๐‘ˆ adalah ruang vektor atas lapangan ๐พ. Maka kumpulan

dari semua pemetaan dari ๐‘‰ ke ๐‘ˆ dengan operasi-operasi penambahan dan

perkalian skalar membentuk ruang vektor atas ๐พ.

Ruang vektor dari pemetaan linier pada teorema 2 di atas biasanya dilambangkan

dengan

Hom(๐‘‰, ๐‘ˆ)

18

Contoh:

Didefinisikan ๐‘‡1: ๐‘…3 โ†’ ๐‘…2 dan ๐‘‡2: ๐‘…3 โ†’ ๐‘…2 dengan ๐‘‡1, ๐‘‡2 โˆˆ Hom(๐‘…3, ๐‘…2) ๐‘‡1(๐’™, ๐’š, ๐’›) = (2๐’™, ๐’š + ๐’›) dan ๐‘‡2(๐’™, ๐’š, ๐’›) = (๐’™ โˆ’ ๐’›, ๐’š). Tentukan rumus yang mendefinisikan pemetaan: a. ๐‘‡1+ ๐‘‡2 b. 3๐‘‡1 Jawab: a. (๐‘‡1+ ๐‘‡2)(๐’™, ๐’š, ๐’›) = ๐‘‡1(๐’™, ๐’š, ๐’›) + ๐‘‡2(๐’™, ๐’š, ๐’›) = (2๐’™, ๐’š + ๐’›) + (๐’™ โˆ’ ๐’›, ๐’š) = (3๐’™ โˆ’ ๐’›, 2๐’š + ๐’›) b. (3๐‘‡1)(๐’™, ๐’š, ๐’›) = 3(๐‘‡1(๐’™, ๐’š, ๐’›)) = 3(2๐’™, ๐’š + ๐’›) = (6๐’™, 3๐’š + 3๐’›)

2.6 Kajian dalam Al-Qurโ€™an

Kajian agama yang telah dibahas pada bab I yaitu mengenai transformasi

identik dengan kata hijrah atau perpindahan, jika direlevansikan dengan kajian

agama yaitu sejajar dengan ayat 29 dalam al-qurโ€™an surat al-luqman mengenai

pergantian siang dan malam. Untuk lebih memahami makna ayat tersebut penulis

merujuk pada al-qurโ€™an surat al-imran ayat 27 yaitu:

๏ƒŸ๏ซ๏ƒ๏€น๏ฑ๏ƒจ๏€ฟ

๏‚Ÿ๏€๏ƒธ๏‚Š๏‚ฉ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏‚’๏ƒŽ๏ƒป

๏ƒ๏‚‘๏€ค๏น๏ง๏‚จ๏™๏€น๏€ค๏€ฃ

๏ƒŸ๏ซ๏ƒ๏€น๏ฑ๏ƒจ๏€ฟ๏ต๏ฒ

๏ต๏‚‘๏€ค๏น๏ง๏‚จ๏™๏€น๏€ค๏€ฃ

๏‚’๏ƒŽ๏ƒป

๏ƒˆ๏€๏ƒธ๏‚Š๏‚ฉ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏€จ

๏ƒŸ๏ฌ๏ƒŒ๏‚๏ƒท๏‚‚๏ƒจ๏€ฟ๏ต๏ฒ

๏‚ข๏‚‘๏น๏ƒ›๏ƒธ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏‚š๏ƒ†๏ƒ๏‚

๏ƒ๏๏ƒ๏จ๏‚‹๏น๏Š๏ƒธ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏ƒŸ๏ฌ๏ƒŒ๏‚๏ƒท๏‚‚๏ƒจ๏€ฟ๏ต๏ฒ

๏ผ๏๏ƒ๏จ๏‚‹๏น๏Š๏ƒธ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏บ๏ ๏ƒ๏‚

๏ƒ‡๏ฃ๏‚‘๏น๏ƒ›๏ƒธ๏€น๏€ค๏€ฃ

๏€จ

๏ƒค๏€ญ๏ƒฃ๏‚—๏ƒถ๏‚๏ณ๏€ฟ๏ต๏ฒ

๏ ๏ด๏‚

๏ƒข๏ƒค๏€ก๏€ค๏ด๏‚ฑ๏ฎ๏€

๏ƒŽ๏‚Ž๏ƒถ๏‚๏ด๏ƒณ๏ƒŽ๏€ฏ

๏€ต๏€พ๏€ค๏ผ๏‚ก๏ƒ๏ญ

๏ƒ‡๏ƒ‹๏ƒ๏ƒˆ

Artinya: โ€œEngkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)โ€. (QS. Al-Imran 3:27)

19

Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam tafsir al-qurโ€™an al-aisar

makna yang terkandung dalam ayat tersebut yakni Allah memasukkan siang ke

dalam malam hingga tak tersisa lagi waktu siang, Dia-pun memasukkan waktu

malam ke dalam waktu siang hingga tak tersisa lagi waktu malam. Allah Taโ€™ala

mengeluarkan yang hidup dari yang mati, seperti manusia berasal dari sperma dan

tumbuhan dari sebutir biji. Dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, seperti

sperma dari manusia yang hidup dan telur dari ayam betina. Orang kafir yang mati

(jiwanya) dari orang mukmin yang hidup (jiwanya), begitu juga sebaliknya. Ini

semua termasuk fenomena Rububiyah (kemahapenciptaan) Allah Taโ€™ala yang

menuntut adanya pengesaan Uluhiyah-Nya (Al-Jazairi, 2007:68-69).

Isi dari kajian pustaka dalam bab II ini terfokus pada ruang vektor yang di

dalamnya terdapat himpunan vektor-vektor, adapun himpunan vektor-vektor yang

ada di dalam ruang vektor jika direlevansikan dengan kajian agama yaitu himpunan

orang-orang kafir yang mati (jiwanya) dan himpunan orang-orang mukmin yang hidup (jiwanya), hal ini sesuai dalam qurโ€™an surat al-imran ayat 27 yang telah disebutkan di atas. Adapun yang termasuk dalam himpunan orang-orang mukmin

yaitu orang yang memiliki sifat sabar dan syukur, sedangkan yang termasuk dalam

himpunan orang-orang kafir dalam kajian ini penulis mengambil dua contoh yaitu

sifat ingkar dan takabur.

Menurut Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi

bahwa iman itu terbagi 2 bagian, yaitu sebagian ada dalam sabar dan sebagian ada

dalam syukur. Sabar dan syukur merupakan tolak ukur tingkat keimanan seseorang,

adapun seseorang yang tidak memiliki sifat syukur maka dia termasuk orang yang

20

sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qurโ€™an surat Ibrahim/14 ayat 7 dan

Al-Qurโ€™an surat An-Nahl/16 ayat 22:

๏ƒธ๏‚Œ๏ƒŽ๏€ฉ๏ต๏ฒ

๏‚š๏ฃ๏‚ฉ๏‚Œ๏ฒ๏€ง๏ณ๏€ฟ

๏ƒถ๏Ž๏ƒค๏€ณ๏‚š๏€ฏ๏ต๏‚‘

๏ƒป๏ƒˆ๏ƒต๏ณ๏€น

๏ƒณ๏๏ƒจ๏€ฟ๏ƒถ๏‚๏ธ๏€ถ๏ธ๏‚ฉ

๏ƒถ๏Ž๏ƒค๏€ณ๏‚ฏ๏’๏น๏‚‰๏‚ƒ๏ƒŽ๏‚—๏–๏ป

๏€จ

๏ƒป๏ƒˆ๏ƒต๏ณ๏€น๏ต๏ฒ

๏ƒท๏Œ๏ƒค๏ฎ๏ƒถ๏‚๏ธ๏ƒฟ๏‚Ÿ๏€ฒ

๏‚จ๏ข๏ƒŽ๏€ฉ

๏‚’๏ƒŽ๏€ฑ๏€ฃ๏ธ๏‚‹๏ด๏ƒฃ

๏ƒ“๏‚‰๏‚ƒ๏ƒ๏‚‰๏ด๏‚ฑ๏ณ๏€น

๏ƒ‡๏ƒ๏ƒˆ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim/14:7)

๏ƒณ๏๏ƒค๏€ณ๏ƒŸ๏ง๏‚ป๏ณ๏€น๏ƒŽ๏€ฉ

๏ƒ—๏ญ๏‚ป๏ณ๏€น๏ƒŽ๏€ฉ

๏ƒ“๏‚‰๏ƒ๏ฎ๏‚บ๏ต๏ฒ

๏€ด

๏‚š๏ƒบ๏ƒฏ๏ƒ๏€ฅ๏‚ฉ๏€ก๏€ค๏€ค๏ณ๏ƒน

๏‚Ÿ๏ท

๏ด๏ข๏ฑ๏ƒฃ๏š๏ƒ๏‚๏ƒท๏ณ๏ƒฃ๏‚ƒ

๏ƒ๏ฏ๏ด๏‚๏ƒ…๏บ๏†๏น๏€ค๏€ค๏ƒŽ๏€ฏ

๏Ž๏ƒฅ๏ซ๏ƒฆ๏€ต๏ฑ๏ƒจ๏€ฝ๏ƒจ๏€ฅ

๏ƒ—๏ฏ๏ด๏‚๏ƒ…๏€ณ๏š๏‚•๏‚

๏Ž๏ƒจ๏ค๏ต๏ฒ

๏ด๏ข๏ฒ๏ƒง๏‚Ž๏ƒ‰๏€น๏ƒต๏€ณ๏ด๏‡๏ƒณ๏‚ก๏‚•๏‚

Artinya: Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (QS. An-Nahl/16:22)

Dalam kajian matematika himpunan vektor-vektor yang berada di dalam

suatu ruang vektor memiliki arah dan besaran, hal ini relevansi dengan kajian

agama mengenai sabar dan syukur. Adapun arah kesabaran menurut Yusuf

Al-Qardhawi di antaranya yaitu: sabar dalam menerima cobaan hidup, sabar dari

keinginan hawa nafsu, sabar dalam taat kepada Allah SWT, sabar dalam

berdakwah, sabar dalam perang, sabar dalam pergaulan. Sedangkan untuk besaran

dalam sabar merupakan tingkatan dari sifat sabar itu sendiri yang sesuai dengan

pahala yang didapat. Menurut Ali bin Abi Thalib siapa yang bersabar dalam

menghadapi musibah sehingga bisa menerimanya dengan lapang dada, maka Allah

akan menaikkan derajatnya sampai tiga ratus kali lipat. Siapa yang bersabar dalam

taat kepada Allah sehingga dia mengerjakan semua perintah Allah sebagaimana

mestinya, maka Allah menulis baginya enam ratus derajat. Siapa yang bisa bersabar

untuk tidak mengerjakan maksiat karena takut kepada Allah dan mengharapkan

rahmat dari Allah, maka Allah akan menulis baginya sembilan ratus derajat

21

di antaranya yaitu: syukur dengan hati, syukur dengan lisan, dan syukur dengan

perbuatan (Shihab, 2007:288).

Adapun arah dan besaran yang ada dalam sifat ingkar yang dimiliki oleh

orang kafir yaitu: ingkar terhadap nikmat Allah, ingkar terhadap ayat-ayat al-qurโ€™an, ingkar tehadap tanda-tanda kekuasaan Allah, ingkar terhadap hari kemudian, dan ingkar terhadap rahmat Allah. Sedangkan arah dan besaran yang ada

dalam sifat takabur di antaranya adalah: takabur kepada Allah SWT, takabur kepada

22 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang

dihadapi (Arief Furchan dalam Prastowo, 2011:18). Dengan kata lain, metode

penelitian merupakan suatu cara yang harus dilakukan oleh peneliti melalui

serangkaian prosedur dan tahapan dalam melaksanakan kegiatan penelitian dengan

tujuan memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap suatu masalah

(Prastowo, 2011:18).

1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif karena

data yang dibutuhkan dan digunakan bukan berupa angka melainkan berwujud

keterangan verbal. Sebagaimana yang telah dijelaskan Lexy J. Moleong (2006:6)

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya: perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya) secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam penetian ini

adalah pendekatan deskriptif, dimana pendekatan deskriptif tersebut melakukan

analisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta

23

(Azwar, 1998:6). Alasan penulis menggunakan pendekatan deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik terhadap

objek yang diteliti.

1.2 Data dan Sumber Data 1.2.1 Data

Pohan (2007:45) dalam Prastowo (2011:204) mengungkapkan bahwa data

adalah fakta, informasi, atau keterangan. Keterangan yang merupakan bahan baku

dalam penelitian untuk dijadikan bahan pemecahan masalah atau bahan untuk

mengungkapkan suatu gejala. Mengingat ia masih berwujud bahan baku, bahan itu

perlu diolah terlebih dahulu agar dapat berguna sebagai alat pemecahan masalah

atau guna merumuskan kesimpulan-kesimpulan penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Pohan (2007:93) dalam Prastowo (2011:237),

data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat

diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat

dan kata). Begitu juga menurut Turmudi dan Harini (2008:23) data kualitatif adalah

data yang dinyatakan dalam bentuk kategori atau data yang tidak bisa diukur

dengan pasti (bukan angka).

Adapun data yang diperoleh dari sumber data dalam penelitian ini berupa

definisi, teorema, lemma, sifat-sifat, dan contoh. Berikut merupakan rincian dari

data-data tersebut di antaranya adalah:

1. Definisi tentang ring, lapangan, perluasan lapangan, ruang vektor, ruang fungsi

24

2. Teorema tentang subruang dan Hom(๐‘‰, ๐‘ˆ).

3. Sifat-sifat (aksioma) tentang ring, lapangan, ruang vektor, ruang vektor atas

lapangan, dan transformasi linier.

4. Contoh dari setiap definisi yang berasal dari penulis dan bahan pustaka.

1.2.2 Sumber Data

Setelah penulis menentukan jenis data yang digunakan berupa data kualitatif

selanjutnya penulis mencari data yang bersumber dari buku, makalah, dan internet.

Sumber data yang diperoleh berupa sumber data utama dan sumber data

pendukung, berikut merupakan rincian sumber data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini yaitu:

a. Sumber utama yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu berupa

buku yang berjudul Topics in Algebra karangan I.N Herstein.

b. Sumber pendukung dalam penelitian ini yang digunakan oleh penulis yaitu dari

buku aljabar linier, makalah, dan internet.

1.3 Pengumpulan Data

Setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian diketahui selanjutnya

penulis mengumpulkan data-data tersebut. Metode yang digunakan penulis dalam

mengumpulkan data yaitu berupa metode studi kepustakaan atau biasa dikenal

dengan istilah library research. Metode kepustakaan (literer) adalah salah satu jenis

metode penelitian kualitatif yang lokasi atau tempat penelitiannya dilakukan di

25

penelitian ini tidak menuntut kita mesti terjun ke lapangan melihat fakta langsung

sebagaimana adanya (Prastowo, 2011:190).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam mengumpulkan

data di antaranya adalah:

1. Langkah pertama adalah tahap persiapan, disini penulis mulai membaca dan

menentukan data-data dan sumber data yang dibutuhkan dan akan digunakan

dalam penelitian.

2. Mencari data-data yang berasal dari sumber data yang telah ditentukan yaitu dari

buku, makalah, dan internet.

3. Menentukan dan memilih data-data yang valid yang dibutuhkan dalam

penelitian.

4. Mencatat data-data yang valid yang dibutuhkan dan digunakan oleh penulis

dalam penelitian yang berupa definisi, teorema, lemma, dan contoh. Data-data

tersebut meliputi tentang ring, lapangan, perluasan lapangan, ruang vektor,

ruang fungsi ๐น(๐‘‹), subruang, ruang vektor atas lapangan, dan transformasi

linier.

1.4 Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,

2006:280) dalam Prastowo (2011:238). Dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode analisis deskriptif, karena data yang digunakan penulis berupa data

26

untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari

variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan

untuk pengujian hipotesis (Azwar, 1998:126).

Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, selanjutnya

penulis menganalisa data-data tersebut sebagai dasar dalam bab pembahasan,

adapun proses analisa data adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan lapangan (๐น, +,ร—) dengan + dan ร— merupakan lambang

operasi biner

2. Mendeskripsikan lapangan (๐พ, +,ร—) sebagai perluasan atas lapangan (๐น, +,ร—)

3. Mendeskripsikan perluasan sebagai ruang vektor

4. Membangun fungsi homomorfisme dari ruang vektor ๐‘‰ ke dirinya sendiri yang

merupakan perluasan atas lapangan ๐น

5. Mendefinisikan operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar pada

fungsi-fungsi homomorfisme dari ๐‘‰ ke ๐‘‰

6. Mendeskripsikan Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai himpunan semua homomorfisme dari

ruang vektor ๐‘‰ ke ๐‘‰

7. Menunjukkan bahwa Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai ruang vektor

1.5 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah identifikasi

masalah yang kemudian menghasilkan rumusan masalah, di antaranya yaitu:

1. Bagaimana analisis perluasan lapangan dipandang sebagai ruang vektor atas

lapangan?

27

Setelah rumusan masalah diperoleh selanjutnya penulis memilih jenis dan

pendekatan penelitian yaitu jenis penelitian kualitatif, dan pendekatan yang

dilakukan oleh penulis adalah pendekatan deskriptif. Kemudian langkah

selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari

sumber data yang telah ditentukan yaitu buku, makalah, dan internet. Adapun

data-data yang diperoleh berupa definisi, teorema, lemma, sifat-sifat, dan contoh yang

terkait tentang ring, lapangan, perluasan lapangan, ruang vektor, ruang fungsi ๐น(๐‘‹),

subruang, ruang vektor atas lapangan, dan transformasi linier.

Dari data-data yang diperoleh tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai

bahan analisa dalam penelitian ini, adapun proses analisa data yang dilakukan telah

dijelaskan pada subbab 3.4. Setelah proses analisa data dilakukan sehingga

menghasilkan kesimpulan maka untuk selanjutnya hasil dari penelitian disusun dan

28 BAB IV PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis menguraikan bagaimana cara untuk

menunjukkan transformasi linier pada perluasan lapangan menurut I.N. Herstein.

Inti dari pembahasan dalam bab ini adalah menunjukkan bahwa elemen dari

himpunan fungsi homomorfisme ditunjukkan sebagai transformasi linier. Hal

tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Diberikan lapangan (๐น, +,ร—) dengan + dan ร— merupakan lambang operasi biner

2. Mendeskripsikan lapangan (๐พ, +,ร—) sebagai perluasan atas lapangan (๐น, +,ร—)

3. Mendeskripsikan perluasan sebagai ruang vektor

4. Membangun fungsi homomorfisme dari ruang vektor ๐‘‰ ke dirinya sendiri yang

merupakan perluasan atas lapangan ๐น

5. Memberi operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar pada fungsi-fungsi

homomorfisme dari ๐‘‰ ke ๐‘‰

6. Mendeskripsikan Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai himpunan semua homomorfisme dari

ruang vektor ๐‘‰ ke ๐‘‰

7. Menunjukkan bahwa Hom(๐‘‰, ๐‘‰) sebagai ruang vektor

Dalam penelitian ini lapangan yang diberikan adalah lapangan (๐น, +,ร—),

Dalam dokumen Transformasi linier pada perluasan lapangan (Halaman 20-55)

Dokumen terkait