• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian tentang kompatibilitas empat jenis leguminosa herba dan Nodulin Plus sebagai inokulan menunjukkan bahwa tanaman kedelai dan kembang telang membentuk bintil akar 14 hari setelah diinokulasi, sedangkan tanaman kacang pintoi dan siratro tidak. Terbentuknya bintil akar merupakan indikasi keberhasilan inokulasi. Bintil akar yang terbentuk pada kedelai dan kembang telang menunjukkan bahwa rhizobium pada Nodulin Plus memiliki kesesuaian dengan kedua tanaman tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat spesifisitas tanaman leguminosa herba terhadap kebutuhan inokulan. Schultze dan Kondorosi (1998) mengemukakan bahwa interaksi antara rhizobia dengan tanaman sangat tergantung pada inang yang didasarkan pada pertukaran signal unsur kimia antara partner yang bersimbiosis.

Pengaruh inokulan sangat nyata meningkatkan produksi tanaman kedelai dan kembang telang. Peningkatan berat kering daun yang diikuti peningkatan berat bintil akar mengindikasikan bahwa bintil akar yang terbentuk akibat pemberian Nodulin Plus sangat efektif menambat N. Kondisi ini dibuktikan dengan adanya keeratan hubungan antara nilai total N pada daun dengan berat segar bintil akar yang ditunjukkan dengan nilai korelasi antara keduanya. Pada tanaman kedelai keeratan hubungan antara nilai total N pada daun dengan berat segar bintil akar yang ditunjukkan dengan nilai korelasi antara keduanya sebesar 67,9% (r = 0,679*), sedangkan pada tanaman kembang telang keeratan hubungan antara total N daun dengan berat kering bintil akar ditunjukkan dengan nilai korelasi antara keduanya sebesar 57,6% (r = 0,576*).

Nitrogen hasil penambatan relatif lebih banyak terjadi pada kedelai dibandingkan pada kembang telang. Hal ini terlihat dari tingginya nilai serapan dan akumulasi bahan kering daun pada kedelai. Rataan serapan nitrogen daun tanaman kedelai pada perlakuan tanpa N plus inokulasi lebih tinggi 180% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan kontrol, sedangkan pada tanaman kembang telang tidak berbeda nyata, yang berarti bahwa efektivitas penambatan nitrogen lebih tinggi pada tanaman kedelai dibandingkan tanaman kembang telang. Hal ini dikarenakan inokulan yang digunakan lebih cocok pada tanaman kedelai dibandingkan dengan tanaman kembang telang. Zhang et al. (2002) mengemukakan bahwa strains rhizobia cenderung memfiksasi lebih baik pada tanaman leguminosa asal rhizobia tersebut diisolasi. Jumlah N2 yang difiksasi oleh asosiasi

leguminosa sangat bervariasi, tergantung pada jenis leguminosanya, kultivarnya, spesies dan galur (strain) bakterinya (Gardner et al. (1991). Efektivitas penambatan N2

ditentukan pula oleh adanya keterpaduan genetik galur rhizobia, jenis dan tingkat varietas leguminosa yang bersimbiose (Purwantari 1988).

Lebih tingginya serapan N pada tanaman kedelai dibandingkan dengan tanaman kembang telang ditunjukkan pula oleh angka koefisien korelasi antara berat kering daun dengan berat segar dan berat kering bintil akar. Pada tanaman kedelai berat kering daun nyata memiliki hubungan dengan berat segar bintil akar (r = 0,707**) dan berat kering bintil akar (r = 0,639*). Hal ini menunjukkan bahwa berat bintil akar berperan penting terhadap akumulasi bahan kering pada daun kedelai, yaitu semakin tinggi nilai berat segar dan kering bintil akar semakin tinggi nilai berat kering daun tanaman kedelai. Berbeda halnya dengan tanaman kembang telang, hasil analisa koefisien korelasi antara berat kering daun dengan berat segar bintil akar (0,348 ns) dan berat kering bintil akar (0,295 ns) menunjukkan bahwa berat kering daun tidak memiliki hubungan yang erat dengan berat segar dan kering bintil akar.

Pemberian unsur hara Mo pada tanaman kembang telang berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar dan berat segar bintil akar. Rataan jumlah bintil akar tanaman kembang telang yang diberi unsur hara Mo lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan tanpa Mo. Demikian juga halnya dengan berat segar bintil akar, penambahan Mo pada taraf 17,78 mg/pot nyata meningkatkan berat segar bintil akar. Keadaan ini menunjukkan bahwa keberadaan Mo pada tanah bagi tanaman kembang telang sangat penting dalam membentuk bintil akar, meskipun disadari bahwa Mo bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan bintil akar. Terdapat interaksi yang nyata antara taraf pemberian Mo dengan perlakuan inokulasi terhadap jumlah bintil akar tanaman kembang telang. Ketersediaan Mo berhubungan erat dengan perkembangan bintil akar (Anderson, 1956 dalam Kaiser et al. 2005). Penambahan Mo melalui tanaman akan disalurkan ke membran sel bintil akar untuk membentuk enzim nitrogenase, namun hingga saat ini belum ada informasi mengenai mekanisme yang mengontrol transportasi Mo ke bintil akar (Kaiser et al. 2005).

Penambahan unsur hara Mo melalui media tanam pada tanaman kedelai tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati. Hal ini terlihat pula

pada penelitian selanjutnya yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata dari taraf pemberian unsur hara Mo terhadap aktivitas enzim nitrogenase. Taraf pemberian Mo hanya menunjukkan pola perubahan aktivitas enzim nitrogenase yang sama antara tanaman kedelai dan kembang telang. Peran Mo sangat penting pada tanaman berumur 30 hari, ditunjukkan dengan adanya kecenderungan pola meningkatnya aktivitas enzim nitrogenase jika secara bertahap Mo ditambahkan. Tetapi pada umur 20 dan 40 hari pola aktivitas enzimatik cenderung tidak tergantung dari keberadaan Mo pada media. Namun demikian secara statistik tidak berbeda nyata.

Untuk dapat berfungsi dengan baik enzim nitrogenase membutuhkan unsur hara Mo (Vitousek et al., 2002), tetapi dalam penelitian ini terlihat bahwa enzim nitrogenase belum dapat berfungsi dengan baik. Hal ini diduga disebabkan karena unsur hara Mo yang ada tidak tersedia bagi tanaman. Oksidasi Mo dalam media tanam bervariasi dari II hingga IV, tetapi hanya bentuk soluble Mo (IV) yang tersedia bagi tanaman (Fortescue, 1992 dalam Mendel dan Hansch, 2002). Selanjutnya Rosmarkam dan Yuwono (2002) melaporkan bahwa ketersediaan Mo dalam media tanam dipengaruhi oleh perubahan suasana reduksi oksidasi, mikroorganisme dan harkat Mo tersedia.

Pemberian Mo melalui media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati pada tanaman kedelai dan kembang telang yang ditanam pada media tanah. Tidak terdapatnya pengaruh pemberian Mo tersebut diduga disebabkan oleh media tanam tanah yang digunakan. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ciawi, dicirikan dengan pH masam. Hakim et al., (1986) mengemukakan bahwa keadaan tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara Mo. Ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH rendah hampir tidak ada Mo yang tersedia. Selanjutnya Rosmarkam dan Yuwono (2002) melaporkan bahwa unsur hara Mo dapat membentuk kompleks dengan bahan organik tanah. Ikatan ini dikenal dengan khelat yang bermanfaat melindungi Mo dari fiksasi oleh lempung. Senyawa organik yang mengikat Mo tersebut adalah ortho hidroksil yang meliputi alkohol, phenol, asam hidroksi dan asam organik mono basis. Mo dalam tanah juga dapat bergabung dengan senyawa yang mengandung N, misalnya tirosin, tiramin, lisitin, dan protein.

Tanaman leguminosa pada umumnya bertumbuh baik pada tanah netral atau sedikit masam, terutama bila tanaman tersebut sumber utama N tergantung pada hasil fiksasi

(Zahran, 1999). Tanah masam mungkin kehilangan rhizobium yang membutuhkan pH tinggi (Gardner et al. 1991). Selanjutnya Zahran (1999) mengemukakan bahwa tanah masam merupakan faktor pembatas dalam proses fiksasi N2 secara simbiosis, membatasi

ketahanan hidup rhizobium dan menurunkan jumlah bintil akar.

Taraf pemberian Mo melalui media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman kedelai yang ditanam pada media tanah. Bobot kering akar sangat penting untuk menentukan kemampuan tanaman beradaptasi di tanah masam. Terhambatnya pertumbuhan akar tersebut diduga sebagai akibat dari kerusakan pada sel tudung akar karena akumulasi Al yang tinggi pada inti sel yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hambatan yang terjadi pada perakaran akan menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan air yang perlu untuk pertumbuhan ke tubuh tanaman.

Media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering daun tanaman kedelai dan tanaman kembang telang. Rataan berat kering daun tanaman kedelai lebih tinggi 120% dan kembang telang 51% pada media tanam pasir dibandingkan dengan media tanam tanah. Hal ini diduga berkaitan erat dengan tidak optimalnya pertumbuhan akar pada media tanam tanah. Sebagian besar unsur hara yang diperlukan tanaman diserap dari media tanam oleh akar, kecuali karbon dan oksigen (Lakitan, 2000). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, bahwa pada media tanam tanah pertumbuhan tanaman tidak optimal yang diduga disebabkan oleh pH tanah yang rendah.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman kedelai dan kembang telang. Rataan berat kering akar tanaman kedelai dengan media tanam pasir lebih tinggi 31% dan berbeda nyata dibandingkan dengan media tanam tanah. Rataan berat kering akar tanaman kembang telang pada media tanam pasir lebih tinggi 45% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan media tanam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pada media tanam tanah pertumbuhan akar tidak optimal.

Media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah, berat segar dan berat kering bintil akar tanaman kedelai dan kembang telang. Rataan jumlah bintil akar tanaman kedelai dengan media tanam pasir lebih tinggi 62% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan media tanam tanah, sedangkan pada tanaman kembang telang, jumlah bintil akar pada media tanam pasir lebih tinggi 71% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan media tanam tanah. Rataan berat segar bintil akar tanaman kedelai

dengan media tanam pasir lebih tinggi 85% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan media tanam tanah. Rataan berat segar bintil akar kembang telang pada media tanam pasir lebih tinggi 80% dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan media tanam tanah.

Keberhasilan pemberian Mo melalui daun ditentukan pula oleh media tanam dan jenis tanaman. Pada tanaman kedelai taraf pemberian Mo melalui daun berpengaruh nyata terhadap berat kering daun pada media tanam pasir, sedangkan pada media tanam tanah tidak berbeda nyata. Berat kering daun tanaman kedelai pada media tanam pasir lebih tinggi dan berbeda nyata pada taraf pemberian Mo yang lebih tinggi. Pada tanaman kembang telang, taraf pemberian Mo tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai lebih tanggap terhadap pemberian unsur hara Mo melalui daun dibandingkan dengan tanaman kembang telang.

Pemberian Mo melalui daun berpengaruh sangat nyata terhadap berat segar bintil akar dan berpengaruh nyata terhadap berat kering bintil akar tanaman kedelai pada media tanam pasir, namun tidak berbeda nyata pada media tanam tanah. Berat segar bintil akar tanaman kedelai pada media tanam pasir tertinggi terdapat pada taraf pemberian Mo 0,42 mg/pot dan berbeda sangat nyata dengan taraf pemberian Mo lainnya. Demikian juga halnya dengan berat kering bintil akar tanaman kedelai pada media tanam pasir tertinggi terdapat pada taraf pemberian Mo 0,42 mg/pot dan berbeda nyata dengan taraf pemberian Mo lainnya..

Pemberian Mo melalui daun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah, berat segar dan berat kering bintil akar, tetapi interaksi antara taraf pemberian Mo dengan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah, berat segar dan berat kering bintil akar tanaman kembang telang. Jumlah, berat segar dan berat kering bintil akar tanaman kembang telang tertinggi terdapat pada media tanam pasir dan taraf pemberian Mo 0,42 mg/pot.

Dokumen terkait