• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum lokasi penelitian di Bogor dan Jakarta berpotensi memberikan cekaman panas pada tubuh Sapi Dara Peranakan FH, terutama saat siang hari pukul 12.00 dan 13.00 WIB. Pada pukul 12.00 dan 13.00, suhu udara mencapai yang tertinggi yaitu sekitar 32 0C dan 33 0C. Kelembaban udara pada pukul tersebut juga relatif tinggi yaitu 66% dan 63%. Kecepatan angin belum efektif dalam mengurangi beban panas cuaca pada kondisi fisiologis Sapi Dara Peranakan FH di lokasi penelitian. Pada siang hari (pukul 12.00) dan (pukul 13.00), indeks cekaman panas (THI) mencapai nilai tertinggi (82) dan (84) yang berarti cuaca berpotensi memberikan cekaman panas sedang pada Sapi Dara Peranakan FH. Respon fisiologis ternak meningkat bila ada cekaman cuaca panas.

Tingkat indikator cekaman panas (suhu kritis) berdasarkan respon fisiologis, seperti suhu rektal, suhu kulit, denyut jantung, frekuensi respirasi pada suhu dan kelembaban udara ditentukan melalui model simulasi Artificial Neural Network

(ANN) atau disebut Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Perubahan suhu dan kelembaban udara sangat sensitif mempengaruhi suhu rektal, suhu kulit, denyut jantung, dan frekuensi respirasi pada Sapi Dara Peranakan FH yang telah beradaptasi dengan lingkungan. Cekaman panas (suhu kritis) berdasarkan indikator suhu rektal, suhu kulit, denyut jantung, dan frekuensi respirasi dengan perubahan suhu dan kelembaban udara melalui model simulasi ANN yang berbeda baik di Bogor maupun Jakarta.

Model penerapan Artificial Neural Network (ANN) dapat digunakan untuk menentukan suhu kritis atau cekaman panas pada Sapi Dara Peranakan Fries Holland, berdasarkan peubah suhu dan kelembaban udara di dalam kandang terhadap respon fisiologisnya, pada indikator suhu rektal, suhu kulit, denyut jantung, dan frekuensi respirasi. Penentuan suhu kritis pada Sapi Dara Peranakan FH berdasarkan indikator suhu rektal dan frekuensi respirasi lebih sensitif dibanding suhu kulit dan denyut jantung baik di Bogor maupun Jakarta. Cekaman panas (suhu kritis) pada Sapi Dara Peranakan FH berdasarkan indikator suhu rektal, suhu kulit, denyut jantung, dan frekuensi respirasi di Bogor lebih rendah dibanding di Jakarta. Hal tersebut dapat terlihat akibat suhu dan kelembaban udara yang lebih tinggi di Jakarta dibanding Bogor.

Konsumsi bahan kering (BK) pakan pada sapi dara antara di lokasi Bogor dengan lokasi Jakarta menunjukkan jumlah relatif sama. Begitu juga konsumsi TDN dan protein kasar (PK) di lokasi Bogor dan Jakarta menunjukkan relatif sama pula. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara di lokasi Bogor dan Jakarta terhadap konsumsi BK, TDN, dan PK. Pemberian TDN konsentrat di lokasi Bogor menunjukkan konsumsi BK lebih tinggi dibanding di lokasi Jakarta. Hal tersebut mengindikasikan terjadi proses adaptasi ternak untuk memperoleh panas tubuh dan atau energi yang berasal dari pakan

Konsumsi BK, TDN, PK pakan tidak berbeda (P>0.05) diantara perlakuan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata tersebut, dapat menjadi suatu indikasi bahwa, perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan dan pemberian TDN konsentrat dengan penambahan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat menunjukkan efek yang sama pula..Selain itu, tidak menimbulkan efek negatif pada sistem pencernaan. Hal tersebut mengindikasikan terjadi proses adaptasi ternak untuk memperoleh panas tubuh dan atau energi yang berasal dari pakan.

Respon fisiologis ternak berbeda, ada yang nyata (P<0.05) dan yang tidak nyata (P>0.05), baik saat ada perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan maupun saat perlakuan pemberian TDN konsentrat dengan penggunaan minyak kelapa dalam konsentrat. Perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan memberikan hasil cukup efektif terhadap respon fisiologis dan produtivitas Sapi Dara Peranakan FH. Saat ada cekaman cuaca tertinggi (pukul 12.00 WIB), suhu rektal (P<0.01), suhu permukaan kulit (P>0.05), suhu tubuh (P<0.01), denyut jantung (P>0.05), dan frekuansi respirasi (P<0.05) lebih rendah pada ternak yang diberi pakan pada pukul 05.00 dan 18.00 dibanding pada ternak yang diberi pakan pada pukul 08.00 dan 16.00.

Penggunaan minyak kelapa sebagai sumber energi dalam konsentrat memberikan hasil yang cukup efektif pada respon fisiologis Sapi Dara Peranakan FH. Saat ada cekaman cuaca tertinggi (pukul 12.00 WIB), suhu rektal (P>0.05), suhu permukaan kulit (P>0.05), suhu tubuh (P>0.05), denyut jantung (P<0.05), dan frekuensi respirasi (P>0.05) lebih rendah pada ternak yang diberi pakan konsentrat mengandung minyak kelapa 3.5 % dibanding pada ternak yang diberi pakan konsentrat tanpa minyak kelapa dengan kadar TDN yang sama. Perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan cenderung lebih berpengaruh dalam menjaga kesetabilan respon fisiologis atau mereduksi beban panas tubuh Sapi Dara Peranakan FH dibanding perlakuan penggunaan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat.

Respon fisiologis yang lebih rendah memerlukan energi yang relatif lebih rendah pula, sehingga sisa energi dari penggunaan untuk hidup pokok dan menyesuaikan diri, dapat digunakan untuk berproduksi. Hal tersebut dapat terlihat pada pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada Sapi Dara Peranakan FH yang diberi perlakuan waktu pemberian pakan pada pukul 05.00 dan 18.00. Pertambahan bobot hidup juga lebih tinggi pada Sapi Dara Peranakan FH yang mengkonsumsi konsentrat mengandung minyak kelapa 3.5 % sebagai salah satu sumber energinya.

Respon fisiologis lebih rendah pada Sapi Dara Peranakan FH yang diberi pakan pukul 05.00 dan 18.00 WIB dibanding yang diberi pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB. Pada waktu pemberian pakan pukul 05.00 dan 18,00 tersebut, kondisi cuaca masih rendah yang mengakibatkan tidak terjadi cekaman panas, sehingga cekaman panas yang berasal dari cuaca tidak bersamaan dengan yang berasal dari pakan, Begitu juga pemberian pakan pukul 05.00 dan 18.00 atau penggunaan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat dapat mereduksi beban panas tubuh Sapi Dara Peranakan FH..Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlakuan pemberian pakan pada pukul 05.00 dan 18.00 atau penggunaan minyak kelapa sebanyak 3,5% dalam konsentrat cukup efektif dalam mengurangi beban panas, menjaga kesetabilan respon fisiologis saat ada cekaman cuaca panas

Model penerapan ANN dapat digunakan untuk memprediksi respon fisiologis Sapi Dara Peranakan FH dengan input suhu dan kelembaban udara sebagai penentu suhu kritis yang diberi pakan pukul 05.00 dan 18.00 WIB dengan pukul 08.00 dan 16.00 WIB serta pemberian konsentrat TDN 70 %, 75 %, dan TDN 75 % yang mengandung minyak kelapa 3.5 %. Suhu kritis pada Sapi Dara Peranakan FH terjadi pergeseran semakin meningkat yang diberi pakan pukul 05.00 dan 18.00 WIB dibanding yang diberi pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB, begitu juga dengan pemberian konsentrat TDN 75 % yang mengandung minyak kelapa 3.5 % dibanding pemberian konsentrat tanpa minyak kelapa pada TDN yang sama.

Suhu rektal dan Frekuensi respirasi Sapi Dara Peranakan FH lebih sensitif terkena cekaman akibat perubahan suhu dan kelembaban udara dibanding suhu permukaan kulit dan denyut jantung, baik yang diberi pakan pukul 05.00 dan 18.00 WIB maupun yang diberi pakan pukul 08.00 dan 16.00 WIB dengan pemberian konsentrat TDN 70 %, 75 %, dan 75 % yang mengandung minyak kelapa 3.5 %. Pada suhu rektal dan frekuensi respirasi dipengaruhi dari ekternal yang berasal dari cuaca dan internal yang berupa dari pakan.

Konsumsi BK, TDN, PK pakan tidak berbeda (P>0.05) diantara perlakuan. Hal tersebut dapat menjadi suatu indikasi bahwa, perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan dan pemberian TDN konsentrat dengan penambahan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat tidak menimbulkan efek

Kecepatan konsumsi pakan dan mengunyah tidak berbeda (P>0.05) diantara perlakuan. Hal tersebut dapat menjadi suatu indikasi bahwa, perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan dan pemberian TDN konsentrat dengan penambahan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat tidak menimbulkan efek negatif pada sistem pencernaan. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlakuan pemberian pakan pada pukul 05.00 dan 18.00 atau penggunaan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat cukup efektif dalam mengurangi beban panas, menjaga kesetabilan respon fisiologis saat ada cekaman cuaca panas dan meningkatkan pertambahan bobot badan Sapi Dara Peranakan FH.

Kecepatan konsumsi pakan dan ruminasi tidak berbeda (P>0.05) diantara perlakuan. Hal tersebut dapat menjadi suatu tanda bahwa perlakuan pengaturan waktu pemberian pakan dan penambahan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat tidak menimbulkan efek negatif pada sistem pencernaan. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlakuan pemberian pakan pada pukul 05.00 dan 18.00 atau penggunaan minyak kelapa sebanyak 3.5 % dalam konsentrat cukup efektif dalam mengurangi beban panas, menjaga kesetabilan respon fisiologis saat ada cekaman cuaca panas dan meningkatkan pertambahan bobot badan Sapi Dara Peranakan FH.

Dokumen terkait